Pages

Sunday, December 29, 2013

Yang Paling Mulia Yang Paling Bercahaya

Di padang mahsyar, manusia berlari-lari mencari 'Abdan Syakuro, Nuh yang penuh syukur..
"Wahai Nuh, berilah syafaat kepada kami.."
Tapi 'Abdan Syakuro berkata, "Bahkan aku pun tidak bisa memohonkan ampun untuk anakku.. pergilah kepada Ibrahim.."

Manusia kemudian berlari-lari lagi, mencari Ibrahim, hamba yang dirahmati.
"Wahai Ibrahim, hamba yang dirahmati.. berilah syafaat kepada kami..".
Ibrahim berkata, "Aku tidak bisa memberikan syafaat kepada kalian, ayahku pun tidak dapat kumohonkan ampunan Allah.. pergilah kepada Musa.."

Pontang-panting manusia-manusia itu berlari mencari Musa, orang yang pernah bicara langsung dengan Rabbnya..
"Musa, wahai Musa.. mohon berikan kami syafaat..kami mohon.."
Musa menggeleng, "Aku sungguh berpikir akan diriku, yang pernah melalukan kesalahan di masa lalu.. pergilah saja kepada Isa putra Maryam.."

Para manusia semakin gontai mencari Isa. Mereka menemukan Isa putra Maryam yang suci. Tapi Isa langsung saja berkata, "Pergilah mencari Muhammad..".

Pada akhir asa mereka mencari Muhammad. Rekomendasi Isa, atas rekomendasi Musa, atas rekomendasi Ibrahim, atas rekomendasi Nuh.. Siapakah Muhammad? seberapa mulia ia?
Manusia menemukan Muhammad, berharap agar mereka memperoleh syafaat surga barang sedikit.
"Yaa Habibi.. Ya Rasulullaah.. berikanlah kami syafaat.. mohon berikanlah kami syafaat..".
Muhammad yang mulia, yang paling bercahaya, namun yang paling rendah hatinya,
"Aku dan nabi-nabi sebelumku..Ibarat sebuah bangunan indah, yang batu batanya belumlah lengkap.. aku ibarat satu batu bata terakhir penyusun temboknya.. kini kuberikan syafaat kepada kalian.."

***
Rasul mencontohkan,,
semakin mulia, mestilah semakin rendah hatinya..
tiada yang bisa disombongkan.. semua cuma titipan. 

*di-re-tell dari cerita ustadz salim a fillah
sumber : http://khansa-khairunisaa.blogspot.com



robbanaa laa tuzigquluubana..
ba'da idz hadaitanaa..
wahablana..
milladunka rahmah.. 
allohumma aamiin.

Friday, December 27, 2013

Pandu Coklat

galau ditengah pengerjaan tugas-tugas..

ngeliat seorang sahabat sliweran pakai baju coklat-coklat itu.....
mbuat jadi KSBB....
sedih dan galau lagi

mendadak keinget waktu dulu masih sering banget aksi
dan terpesona sama baju coklat-coklat untuk yang pertama kali...
kesannya langsung kuat menancap, keren banget ya mbak-mbaknya itu...
keliatan banget aura kekuatan jisminya...
"aaahh kapan ya bisa kayak gitu...." pikir saya dulu.

hingga akhirnya sebuah tawaran itupun datang juga....
tawaran bergabung dengan mereka, pandu coklat-coklat...
yang sayangnya, tawaran itu datang justru bukan pada waktu yang tepat....

tawaran yang awalnya membuat saya sangat bergairah, mendadak justru menjadikan hari-hari saya penuh kegalauan...
menimbang-nimbang,,, berdiskusi sana-sini,,,
hingga akhirnya mbak murobbi di kampus berkata,,
"tak usah dipaksakan... itu ndak wajib kok... lagipula lahan da'wahnya Sasa kan ada sendiri... gabung ke yang satunya saja ya..."

dan akhirnya benar-benar harus berpisah jalan dengan sahabat liqo saya itu....
yah, jalan da'wah seseorang memang sendiri-sendiri kan..

tapi ternyata sampai sekarang saya masih belum bisa move on....
terlebih ketika melihat seragam coklat-coklat itu kembali....

masyaaAllahh.....

Allahumma mushorrifal quluub
shorrif quluubana 'ala tho'atiq

ya Tuhan kami... tuangkanlah kesabaran atas diri kami..
dan kokohkanlah pendirian kami..
dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir...
aamiin

Nama: Sasa
Pekerjaan: Berjuang untuk Move On

Monday, December 16, 2013

Menjadi Ibu yang Menghafal Al-Qur'an

Dikutip dari sebuah catatan blog : http://khansa-khairunisaa.blogspot.com
Semoga menginspirasi :)

.
.
.

Waktu saya masih gadis :D pernah diceritakan sama seorang saudari sholihah yang mengajar di darul quran, seorang muridnya berkata padanya,

"bu, kalau ibu ga hapal quran, kesian loh anaknya nanti.."

waktu denger cerita itu, ya jleb... tapi jleb titik. maksudnya.. oh... gitu ya...
iya sih... kesian. kalau ibunya hapal quran, mungkin pembinaan ruhiyah anak akan lebih baik,,, dibina oleh seorang hafidzoh adalah sebuah prestige bagi seorang anak *pikir saya

tapi kemudian pernyataan sang murid itu akhirnya hadir lagi hari ini.
lebih mudah dipahami karena akhirnya dirasakan sendiri.

ahmad 2 bulan 5 hari (anak beliau, red.) akhirnya dijemur juga secara solo oleh ibunya :D
selama ini yang jemur kalau nggak kakeknya ya abinya *ibunya ngapain aajjjaaa? :D

di debut pertama saya ini,
agak kikuk karena harus berempat mata dengan anak saya sendiri *@#!$%^&$
selama ini juga demikian seringnya sih... tapi nggak tau kenapa sekarang jadi seperti momen yang agak berbeda

karena masih terbawa-bawa pikiran tentang hypnoparenting, tentang ibu (atau guru?) dari muhammad al fatih yang sering mengulang-ulang hadits rasuullah shalallahu 'alaihi wa sallam tentang pembebasan konstantinopel menjelang tidurnya muhammad al fatih,

jadilah saya berusaha melakukan hal serupa pada sunbathing kali ini.

awalnya, saya menyenandungkan bingkai kehidupan ( :( nasib kurang hapalan hadits ny)
kemudian setelah saya (dan ahmad?) bosan, saya lanjutkan dengan mengulang-ulang agar ahmad menjadi ahli masjid, bercerita tentang bangunan pertama yang dibangun ketika hijrah adalah masjid, hikmah dari peristiwa tsb, dsb...
sudah selesai ceritanya,
lanjut bingkai kehidupan lagi :D

Allahu ghayyatuna
arrasul qudwatuna
al quran dusturunaa
al jihad sabiilunaa
al mautu fii sabiilillaah asma amaaninaa
arabnya lirik ini bikin saya tersadar, :D >
ada yang jauh lebih indah untuk disenandungkan...

akhirnya saya lantunkan ayat-ayat quran (yang saya hapal)
pilih-pilih mana yang ingin ditanamkan saat ini.

sudah ini
itu sudah...
apalagi ya...

nah, di titik inilah, langsung terbersit di hati saya...

beruntunglah anak-anak yang memiliki ibu seorang penghapal quran... 

dibersamai dengan mudah oleh lantunan firman terindah...
oleh manusia terdekatnya...

tentu, saya tidak memaksudkan diri bahwa ibu-ibu yang belum atau tidak menghapal quran itu tidak baik.
ibu saya, belum menjadi penghapal quran.
but she is the wonderful one.
teman-teman, saudara, kaka, adik kelas dan tingkat saya, juga banyak yang belum jadi penghapal quran ataupun hapal al quran, tapi mereka adalah inspirator yang hebat bagi saya.

pemikiran ini,
semacam credit bagi para wanita penghapal quran. berbahagialah kalian... sungguh saya iri. baarakallaahu fiikunna.
dan juga semacam contekan gembira,
bagi para gadis ;) ataupun wanita yang belum dibersamai buah hati

waktu itu belum datang,
mungkin agar anak-anak antunna dapat bertemu dengan ibu terbaiknya. pada saatnya :)

dan juga semoga,
tulisan ini dapat menjadi salah satu penyebab datangnya rahmat Allah.
sehingga saya diberikan kesempatan, kemauan, mujahadah,
hingga akhirnya,
sebelum pulang,
firman-firman itu sudah di dalam dada...

aamiiin,
.
.
.
.

Subhanallah ya,,, saya nggak bisa berhenti buat merinding...
Ah,, hafidzoh,,, betapa masih sangat jauh sekali gelar itu untuk diraih... tapi bukan berarti tidak mungkin kan?

Mengingatkan saya mengenai seringnya muncul pertanyaan yang mengusik hati : 
"kapan punya anak? kapan hamil?"

Dan mungkin tulisan di atas bisa menjelaskan salah satu alasannya...
"wanita yang belum dibersamai buah hati... waktu itu belum datang,,
mungkin agar anak-anak antunna dapat bertemu dengan ibu terbaiknya. pada saatnya :)"

Ahh... maafkan bundamu ini jika menjadi penunda dirimu untuk hadir di bumi Allah ini sayang....
bunda janji untuk segera memenuhi hakmu,, doakan bunda dan ayahmu selalu ya...
inshaa Allah kita akan berjumpa di waktu dan saat terbaik, sayang.... :""

"...Dan barang siapa yang mempelajarinya (Al Qur'an) kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik.” (HR Tirmidzi)

Thursday, December 5, 2013

私の親友

Di antara berbagai sms yang mulai menghujani HP ketika di kampus....
"Rapat hari ini jam....." "Jatah editan kuliah hari ini ......" "Para PH wajib kumpul di ... jam..."
"Deadline ngoreksi materi ....." "Jangan lupa LPJ dikumpulkan pada ..."
dan lain-lain yang hampir senada... 

SMS paling menyejukkan tetap ini :
"Hari ini sudah mengaji dan muroja'ah belum ukh? Jangan lupa nanti setoran yaa.. :)"

Ahh... anti itu memang deh.... sahabat paling super duper subhanallaah... >.<

Walaupun jumlah setornya masih kalah jauuh bangett sama anti,,
tapi alhamdulillah paling nggak jadi selalu ada yang bisa disetor setiap harinya kalau di kampus...

Sahabat selamanya ya,,, semoga bisa bersama sampai besok di syurgaNya... :""

Ana ukhibbuki fillah ukhty,,, :""***


Monday, December 2, 2013

Arruhul jadid...

setelah hari yang panjang....

Arruhul jadid fi jasadil ummah 
Hai mujahid luluh lantakkan jiwa pendosa

malam ini,
masih dengan meja belajar yang bersebelahan,
dengan pandangan tetap menatap layar laptop masing-masing,
dan dengan segala pikiran yang bercabang..

Kami petualang mencari kebenaran
Mencari makna serta hakikat manusia
Kami berjuang menegakkan kehormatan
Hidup mulia atau mati sebagai syuhada..

ah, berdua denganmu memang tak akan pernah membosankan, Sayang...

Kami berbekal alquran hakiki 
Meneruskan cita dan risalah para nabi 
Kami sandang julukan generasi ghuraba
Biar saatnya datang kami pimpin dunia...

meski hanya bisa bertemu sejenak,
dan masih diselingi banyak sekali hal,
tapi  in shaa Allah akan selalu ada banyak doa malaikat di sana kan,, :""

Kami serahkan semua hidup pada Alloh
Kami tekadkan tuk ikuti rasulullah
Usung panji ilahi iman kuat membaja

Hadapi tirani bebaskan umat dunia...


*Malam syahdu, dengan dua cangkir kopi dan alunan nasyid Ar-Ruhul Jadid
in shaa Allah akan bersama ke syurga... :""

Wednesday, November 27, 2013

Mogok? Demo? Yuk lihat dari dua sisi :)

Bismillaah....

Kalau boleh memilih, saya sebenernya lebih memilih untuk mengerjakan tugas dibanding menulis tentang ini.. Atau melanjutkan tulisan saya tentang pola makanan kemarin mungkin, hehe. Tapi mumpung lagi dibahas, jadi saya ingin menulis sedikit saja terkait kejadian yang sedang ramai dibicarakan sekarang...

Beberapa minggu lalu, saat saya selesai ujian dan melewati loby kedokteran untuk menuju tempat parkir, ternyata di depan loby kedokteran sedang ramaai sekali, ada banyak orang di sana, membawa berbagai macam spanduk, pengeras suara, dan sebagainya. Saya tanya ke teman-teman saya yang kebetulan juga sedang menonton orang-orang itu, "Ada apa sih?"

Teman saya waktu itu hanya menjawab, "Anak-anak dari fakultas *piiiip* lagi pada demo."

"Kok di gedung kita demonya?"

"Iya, mereka demo nya ke kita."

Dan singkat cerita, saya tau alasan mereka demo itu apa. Dan singkat cerita lagi, sebenernya bukan anak kedokteran yang salah, jadi saya juga nggak ngerti kenapa mereka ngotot menuntut kita.

Lalu saya iseng tanya ke teman saya yang lain, yang termasuk mahasiswa 'aktif' di kampus. "Nggak ikut demo? Tuh, sana, demo balasan ke mereka."

Dia melengos, "kurang kerjaan banget. Kayak kita nggak ada kerjaan lain aja. Ngatur jadwal kuliah aja udah belibet gini, ngapain demo-demo segala."

Hehehe... karakteristik mahasiswa kedokteran ya, nggak pernah demo yang nggak penting, mendingan ngurusin kuliah.

Sampai akhirnya beberapa hari ini ada sebuah kasus yang mencuat di kalangan para dokter : kriminalisasi terhadap dokter Ayu dkk, begitu judulnya.

Kasus yang sebenarnya sudah selesai bertahun lalu, tiba-tiba diungkit lagi dan tiba-tiba juga dokter ayu dkk dipenjarakan.

Belum selesai masalah kesalahpahaman itu, sudah muncul berbagai komentar pedas terhadap dokter dari berbagai kalangan, dan bahkan dari pihak *atas*.

Efek kasus ini ternyata sebegitu luar biasanya. Di rumah sakit para dokter mulai memasang pita hitam di jas dokternya, menunjukkan keprihatinan terhadap kasus dokter Ayu. Di kampus saya, yang biasanya adem ayem ngelab dan ngeperpus, sekarang bahkan hampir seminggu tiga kali kami aksi, mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai bentuk keprihatinan. Sampai kemudian diambil lah keputusan mengenai liburnya pelayanan di rumah sakit kecuali untuk kegawatdaruratan. (Ibunda saya cerita bahwa beliau mendapat surat tugas resmi langsung dari POGI terkait dengan liburnya pelayanan tersebut)

Sore ini, ketika menyetel metro TV, kebetulan pas ditayangkan mengenai para dokter yang menangis ketika menjenguk dokter Ayu di penjaranya... Semuanya prihatin dan ikut mendoakan dokter Ayu supaya bisa segera terselesaikan kasusnya. 

Banyak yang mencerca, lebih banyak yang menghina, walaupun tidak sedikit yang mendukung tindakan ini. Jika ada yang bertanya-tanya, "Kenapa sih sampai segitunya banget? Kenapa pakai aksi segala macem?"

Kalau boleh milih ya,,,,, pasti nggak ada deh yang seneng buat melakukan aksi seperti ini..... beneran.

Tapi kenapa? Karena, yang seriing tidak diketahui oleh orang-orang lain, ikatan persaudaran kedokteran itu sangat kuat.... Benar-benar sangat kuat...

Sejak masih di tingkat mahasiswa (seperti saya ini) kami sudah berkegiatan dan beraktivitas di bawah naungan nama ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang kemudian bercabang menajadi Senat, Badan Penelitian, Forum Da'wah, Tim Bantuan Medis, dan lain sebagainya. Minimal setahun sekali kami selalu bertemu dalam agenda nasional, mempertemukan kami dengan seluruh mahasiswa kedokteran se Indonesia, dengan beragam kegiatan sesuai cabangnya (temu nasional, penelitian nasional, musyawarah nasional, meeting nasional, pelatihan gabungan, dan lain-lain). Itu minimal. Maksimal, ada yang berapa bulan sekali mengadakan meeting nasional, apalagi kalau bukan untuk bekerja bersama-sama untuk acara atau kegiatan-kegiatan kedokteran.

Ketika lulus dari sarjana, ketika kelak kami tergabung dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) pun kami akan melakukan hal yang sama. Kami harus saling berkolaborasi, saling berdiskusi, saling memberikan materi atau masukan, dan lainnya. Sangat banyak sekali pertemuan yang harus dilakukan untuk sekedar meningkatkan kualitas dokter dalam melayani pasien, karna pendidikan kedokteran tidak akan berhenti ketika kami disumpah. Tapi sepanjang hayat kami tidak akan pernah berhenti belajar dan mengupgrade diri.

Ibunda saya bahkan kadang masih tidur dengan ditemani berbagai buku tebal, padahal beliau sudah lulus dari sub-spesialis obsgin fetomaternal. Jangan tanya bagaimana berantakannya meja belajar saya

Nah, ringkasnya, meskipun memang miris ketika melihat banyak pasien yang jadi mengeluhkan karena tidak adanya dokter,,, tapi saya bisa mengerti perasaan para dokter itu... apalagi yang tergabung di POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia), betapa sedihnya perasaan mereka ketika temannya sejawatnya sendiri, sahabat berdiskusi mereka selama ini, sekarang terjerat penjara yang bahkan segala tuduhan dari keluarga pasien sudah terbantahkan dengan bukti-bukti dari tim forensik..

Ibaratnya ya,,,, keluarga kedokteran itu sudah seperti satu tulang satu daging satu darah.... Sudah seperti satu tubuh, dimana ketika ada salah satu bagian yang disakiti maka bagian yang lain tidak akan tinggal diam..

Harapan saya hanyalah,,, smoga permasalahan ini bisa segera terselesaikan,, tanpa ada pihak yang terdzolimi...

Ingat, dokter itu bukan Tuhan..

Dan kalau mau jahat (ini ide suami saya), karena dokter itu penjual jasa, seperti penjual jasa yang lain tentu saja mereka juga punya hak untuk memilih mau kerja dan mau libur kapan, mau menangani pasien atau tidak. Hanya saja, tentu, para dokter tersebut tetap tidak akan tega dan tidak kuat untuk menelantarkan pasien.. Ibunda saya saja tetap praktik dan keep in touch dengan koas-koas atau perawat untuk menanyakan status pasien kok..

Yuk saling menghargai profesi masing-masing,
hidup ini indaah jika kau tauu........ ;")







Wednesday, November 20, 2013

Yuk Atur Pola Makan Kita! :D

bismillaah...

Alhamdulillaah, baru saja melewati minggu-minggu ujian yang luar biasa dengan nafas yang masih dipertahankan untuk tidak terengah-engah (???) Maklum, memasuki tahun-tahun terakhir begini, lagi pada gencar-gencarnya mbenerin IPK biar cumloud kan, jadinya ya....... #sebagian text hilang.

Oke, lanjut saja ya. :)

Sebelumnya mau curcol dulu sedikit. Kebetulan kan akhirnya yang saya ambil buat skripsi itu tentang DM (Diabetes Mellitus), ceritanya mau membuat inovasi gula pengganti dari suatu ekstrak limbah gitu.. Dan kebetulan juga, blok saya yang baru saja selesai ujian ini, juga banyak membahas tentang DM... Nah, beberapa hari lalu tau-tau saya mendapat sebuat SMS dari seorang mbak di DS, isinya kurang lebih meloby untuk menjadi pembicara di penyuluhan mengenai DM (sebuah kegiatan yang diadakan Tim KKN-nya UAD).

Wah.... pucuk dicinta ulam pun tiba, pikir saya. Lumayan lah buat nambah pengalaman..

Singkat cerita, alhamdulillah kegiatan berjalan lancar, dan banyak sekali pertanyaan yang diajukan dari bapak ibu tersebut.. Yang membuat saya jadi merenung banyak, ternyata penyuluhan-penyuluhan tentang DM masih sangat sedikit ya, padahal prevalensinya selalu meningkat dari tahun ke tahun lho... Belum lagi karena DM ini termasuk silent killer (karena memang perjalanan penyakitnya sangat jarang disadari sejak awal), dan dengan gaya hidup yang semakin parah mengikuti jaman modern, akhirnya ya jumlah orang yang terkena penyakit ini terus-terusan meningkat...

Berhubung saya sayang sama teman-teman semua, dan saya pingin kita semua sehat berkualitas, di sini akan saya beri tips-tips supaya penyakit DM ini nggak mengenai kita... *insyaaLLoh valid karena bersumber dari modul kuliah, catatan kuliah, dan rekaman waktu dosen mengajar :D

Oh iya, buat yang belum tau DM itu apa,
gampangnya : DM itu adalah saat insulin di tubuh kita nggak bisa lagi mengolah glukosa (gula dari makanan) yang masuk ke tubuh kita... Ada dua jenis DM, DM tipe 1 dimana pankreas kita (lebih tepatnya sel beta pankreas) rusak dan nggak bisa menghasilkan insulin sama sekali... DM tipe 1 ini yang sering disebut dengan Insulin Dependent atau ketergantungannya terhadap suntik insulin sangat kuat.. Sedangkan yang daritadi kita bahas di atas adalah tentang DM tipe 2, yaitu ada gangguan fungsi insulin (ada resistensi insulin) gara-gara kita kebanyakan ngemasukin glukosa ke tubuh. 

Mekanisme ringkasnya :
Insulin (normal) mengolah glukosa untuk disimpan di otot dan sel-sel tubuh yang lain --> kita banyak makan/makan nggak terkontrol --> insulin terpaksa dikeluarkan terus-menerus dan juga besar-besaran --> lama-lama produk insulinnya habis --> insulin di tubuh jadi nggak sensitif lagi sama glukosa --> kalo kita makan, nggak akan diolah lagi sama insulin --> nggak ada glukosa yang diubah jadi energi --> kadar gula darah tinggi --> DM deeh....

Nah,,, ada dua poin pentiing sekali dalam pencegahan DM ini... yaitu pengaturan pola makan dan olahraga. Kita bahas satu-satu yukz....

1. Pengaturan Pola Makan
Jumlah atau porsi makan orang itu beda-beda, sebagaimana Allah menciptakan manusia berbeda-beda agar saling melengkapi. hehe.
Jadi dalam pengaturan makan pun kita nggak bisa menggeneralisir porsi makan semua orang. Mungkin orang A kebutuhannya sudah tercukupi walaupun cuma makan sehari dua kali, tapi untuk orang B ternyata harus makan sehari tiga kali. Apa sih yang membedakan?

Berat badan, tinggi badan, usia, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, suhu tubuh, penyakit yang menyertai.

Markitung... Mari kita berhitung... (untuk sekian lamanya di kedokteran akhirnya hitung-menghitung lagi)

Pura-puranya kita pakai skenario kasus ya (saya ambilkan dari buku modul)..
Seorang laki-laki (BB 80kg, TB 160cm) berusia 50 tahun dibawa ke IGD RS karena lemas. Laki-laki tersebut didiagnosis DM sejak 5 tahun yang lalu dan kontrol tidak teratur. Dia bekerja sebagai guru SMA. Sejak setengah bulan yang lalu dia merasakan kering pada kakinya. Dia mendapat obat dari Puskesmas tetapi keluhan belum membaik. Rencanakan diet yang sesuai untuk laki-laki tersebut!

Langkah pertama : tentukan dulu kebutuhan kalori basalnya berapa.
*Hitung Berat Badan Ideal (BBI)
Untuk laki-laki dengan tinggi badan lebih dari sama dengan 160cm, dan juga wanita tinggi badan lebih dari sama dengan 150cm, kita pakai rumus = 90% (tinggi badan - 100) kg
Sedangkan untuk lak-laki dengan TB kurang dari 160cm, dan wanita dengan TB kurang dari 150cm, kita pakai rumus = (tinggi - 100) kg

Si bapak itu kan BB 80kg TB 160, jadi kita pakai rumus yang pertama...
BBI = 90% (160-100)kg = 54 kg (jadi ini adalah berat badan ideal untuk tinggi 160cm)

*Hitung Kalori Basalnya
Kalori basal dibedakan sesuai jenis kelamin, laki-laki = 30 cal/kg, dan wanita = 25 cal/kg

Langsung dikaliin aja...
Kalori Basal = BBI * 30 cal/kg (karena dia laki-laki)
                 = 54 kg * 30 cal/kg
                 = 1620 cal

Langkah kedua : koreksi nilai kalori
Yang kita koreksi di sini ada 3 = usia, jenis aktivitas, dan jenis berat badan
*Usia
Untuk yang berusia >40 tahun = minus 5%,
usia >60tahun = minus 10%,
usia >70tahun = minus 20%.

Karena si bapak usianya udah diatas 40 tahun, jadi nanti kita minus sesuai angka koreksi...
Pengurangan = Kalori basal * koreksi usia
                   = 1620 cal * minus 5%
                   = minus 81 cal

untuk saya dan juga teman-teman yang masih di usia produktif nggak usah dihitung yang koreksi usia... :D

*Aktivitas
Aktivitas ringan (tidur, duduk-duduk, guling-guling) = plus 10%
Aktivitas sedang (kuliah, berkendara motor, mengajar) = plus 20%
Aktivitas berat (atlit, olahraga setiap hari, angkat beban, kuli) = plus 30%
^intinya semakin berat aktivitas kita ya kebutuhan makannya harus ditambah..

Si bapak kan guru SMA, tanpa aktivitas berat lain, jadi masuknya ke kategori Aktivitas Sedang. Begitu juga dengan kita (mahasiswa) yang kerjanya cuma ngampus-ngelab-ngekos. Bahkan misal ada yang lagi nyekeripsi, tetep masuknya ke aktivitas sedang ya, sesulit dan seterjal apapun skripsi itu #uhuk

Pengurangan = Kalori basal * koreksi aktivitas
                   = 1620 cal * plus 20%
                   = plus 324 cal

*Jenis Berat Badan
Dihitungnya dari BMI kita... Rumusnya standar kok = (berat badan) dibagi (tinggi badan dalam cm kuadrat)
Jadinya BMI si bapak di atas = 80 / (1,6)kuadrat = 31, 25

Sebenarnya ada banyaak versi tentang klasifikasi BMI,, tapi entah dapat wangsit dari mana asdos kami kemarin bilang untuk memakai klasifikasi yang BMI Asia aja...


Karena bapaknya itu obese, jadi kita lakukan koreksi lagi..
Underweight = plus 20%
Overweight = minus 10%
Obese = minus 20%
Gampangnya, kalo dia kekurusan, maka kebutuhan makannya harus ditambah. Tapi kalo udah melebihi BB normal, maka kebutuhan makannya harus diminus..

Pengurangan = Kalori basal * koreksi berat badan
                   = 1620 cal * minus 20%
                   = minus 324 cal

Langkah Ketiga : Hitung Kebutuhan Kalori dengan Pengoreksian
 Tinggal dijumlah-jumlah aja..
Kebutuhan kalori si bapak = kalori basal - koreksi usia + koreksi aktivitas - koreksi berat badan
                                     = 1620 - 81 + 324 - 324
                                     = 1539 kalori

Nah jadi,,, si bapak ini dalam sehari nggak boleh makan LEBIH DARI 1539kalori... begituu....
Untuk daftar makanan dan kalorinya, bisa dilihat di sini ,, maaf ya nggak sempet ngescan buku kuliah.. +_+


Nggak mau ribet? Ada cara yang lebih gampang lho! ^_^b
Kata dokternya, penjagaan pola makan itu kuncinya satu = porsi antara nasi dengan lauk pauk+sayur ditukar.

Jadi semisal biasanya temen-temen makan nasinya hampir dua pertiga piring, trus lauk pauk dan sayurnya cuma sepertiga piring, nah itu harus ditukar... Jadi nasinya harusnya cukup sepertiga aja, dan lauk pauk serta sayurnya yang dua pertiga...

Kenapa? Karena nasi itu kan bahan utama glukosa, ketika nasi masuk ke tubuh, otomatis yang diolah ya nasi duluan. Lha kalo nasinya banyak? Ya insulin kerepotan dong ngolahnya...

Sedangkan lauk pauk serta sayur yang banyak mengandung protein itu kan proses pengolahannya panjang, makanya kenapa kalo sahur lebih baik dibanyakin proteinnya, biar jam 12 siang pun tetep nggak kerasa lemes.. Jadi si insulin kerjanya bisa lebih tenang gitu karena ngolah glukosanya bisa pelan-pelan satu per satu...

2. Olahraga
Ini nih yang sering dilupain.... OLAHRAGA. #uhuk uhuk

Kenapa sih kok penting banget olahraga?
Inget kan kalau DM itu terjadi karena si insulin udah kesusahan buat mengolah glukosa yang masuk?
Nah, ternyata, dengan olahraga, itu akan membantu si insulin supaya glukosa bisa termanfaatkan..

Mekanismenya = Olahraga --> anggota tubuh bergerak --> otot-otot berkontraksi --> akan memudahkan glukosa untuk masuk ke otot ataupun sel-sel tubuh tanpa perantara --> insulin nggak usah dikeluarkan nggak apa-apa --> insulin nggak tersiksa (?)

Hehehehe,, begitu intinya.... :D jadi mulai sekarang jangan malas-malas buat bergerak yaa, kan lumayan tuh jadi bisa menghemat insulin... ^__^

sumber gambar : http://healthonlinetips.files.wordpress.com
Saya sudah mulai menerapkan pola makan ini di rumah.. Soalnya ngeri juga yah lihat tiap hari suami saya itu makannya kok banyak banget (maklum namanya juga laki-laki), dengan alasan ini pula saya setelah menikah jadi jarang ngefoto makanan hasil masak *lha setiap baru tersaji aja udah langsung ludes.... bzzzt. Wkwk

Dan kebetulan suami saya juga ada faktor resiko untuk DM karena abah mertua saya DM, jadi lah saya sekarang ketaaat sekali persoalan kalori makanan ini... Kalo udah bikin perkedel, ya berarti ga boleh makan nasi, bolehnya tambah lauk sama sayur. Dan sebagainya. ^_^

Pola hidup sehat ini pada akhirnya nggak akan cuma untuk mencegah DM lhoo,, tapi juga mencegah penyakit-penyakit metabolik dan mungkin juga penyakit degeneratif yang lainnya... Jadi, yuk ubah gaya hidup untuk sehat mulai sekarang! :DD

**Sumber :
Kuliah Dr. dr. Erwin Santosa, Sp. A, M.Kes : Diabetes Mellitus tipe 1
Kuliah dr. Agus Widiyatmoko : Diabetic Mellitus in General Approach
Slide Skills Lab by dr. Evita : Terapi Gizi Medis

Saturday, November 9, 2013

Melihat dari Kacamata Orang Lain

bismillaahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah kondisi badan sudah bisa dibilang *lumayan*, karna belum bisa dikatakan *sembuh total*. Paling tidak saya masih bisa memaksakan diri ke kampus untuk praktikum dan ngurus ini itu walaupun tiap pagi dan sore masih sering memuntahkan segala isi makanan yang ada di perut (efek Salmonella ini ternyata sangat mengganggu sekali +_+)

Menindaklanjuti postingan saya beberapa waktu lalu tentang koreksian, beberapa hari ini hal itu ternyata selalu menghantui hari-hari saya.

Berawal dari ketika kami (asdos-asdos bergaji buta) mulai mengoreksi kerjaan ujian responsinya anak-anak mahasiswa prodi *piip 2013, sempat terjadi obrolan antara saya dan mbak asdos *piip

Saya : "Mbaak, saya nggak tega ngelanjutin ngoreksi. Baru skipping ngoreksi ujian satu dua aja kerjaannya banyak banget salahnya... Ini gimana ngenilainya.....huhu"
Mbak A : "Yaudah sih tinggal dikoreksi aja sesuai rumus kemarin. Kalo nilainya emang jelek yaudah, tempatku aja banyak yang nilainya cuma 30an. Ada yang nol malah."

Dan saya, mungkin karna memang masih fresh-freshnya ngenilai ujian begitu, beneran nggak tega buat ngelanjutin koreksian ujian dan memilih buat nyelesaiin koreksian yang lain..

Hingga akhirnya tumpukan koreksian ujian bertambah dengan kerjaan ujiannya anak-anak mahasiswa dari prodi lain yang lebih eror dari kerjaan prodi sebelumnya. Tambah nggak tega lagi lah saya buat ngoreksi itu kerjaan. T-T

Yang lebih mengenaskan, karena saya menunda-nunda buat ngoreksi kerjaan-kerjaan itu, hidup saya jadi nggak tenang lahir dan batin. Setiap ada sms reminder dari koor asdos buat nyelesaiin koreksian, saya jadi deg-degan sendiri. Belum lagi waktu di kampus ketemu sama mbak dan mas asdos lain yang mengajukan pertanyaan yang sama, apalagi kalau bukan tentang koreksian ujian. Yang sekarang sudah bertumpuk lagi dengan koreksian kerjaan mahasiswa di blok baru ini. Mendadak saya merasa sudah menjadi asdos yang paling berdosa sekampus =__=

Pengalaman ini jadi mengajarkan saya satu hal : yang stres kalau mahasiswa mendapat nilai jelek itu ternyata bukan cuma mahasiswanya, tapi orang yang ngoreksi juga ikut-ikutan stress =_=

Jadi inget waktu awal-awal ngoreksi pretestnya mahasiswa, ngerasa sebel-sebel gimanaa gitu kalo ada mahasiswa yang nilainya jelek, padahal kan saya bikin soalnya udah gampang. Hyaaa, dan hal itu jadi membuat saya flashback sendiri, apa selama jadi mahasiswa saya juga selalu maksimal kalau ngerjain pretest atau minikuis..?? Padahal selama ini saya juga kalo ada pretest ya ngerjain biasa aja, yang penting nilainya rata-rata ke atas, bagi saya nggak masalah lagi. Hufft, jangan-jangan ada asdos yang sebel juga waktu ngoreksi kerjaan saya dulu-dulu ya....... T-T

Dan dari dulu saya juga selalu sebal sama asdos yang sukanya ngasih tugas macem-macem dan susah-susah, saya selalu mikir kalo mereka itu memang sukanya nyiksa mahasiswa dan seneng kalo lihat mahasiswa kerepotan dengan berbagai tugas dan laporan. Tapi ternyata setelah merasakan sendiri berada di posisi mereka,,,,,, sebenernya para asdos itu juga males banget ngoreksi laporan atau tugas mahasiswa..... Kitanya sih cuma ngerjain satu tugas doang, lha mereka? Harus ngoreksi tugas berapa mahasiswa coba, dan di kali berapa pertemuan tiap minggunya, pasti jenuh banget lah ya.....

Saya jadi menyesali pemikiran-pemikiran saya jaman dulu..... T---T huhuhu

Dan untuk melunasi rasa bersalah saya itu, dari berapa minggu lalu saya sudah mengazzamkan diri buat nyelesaiin semuaa koreksian ujian mahasiswa. Tapi ternyata memang berat T-T Hari pertama ngoreksi, dari empat lima kerjaan ujian, belum ada yang lulus di tangan saya T_T semuanya nilainya di bawah batas tuntas. Sedih banget T----T

Dengan status kerjaan yang seperti itu, saya cuma kuat ngoreksi tiga empat kerjaan sehari, selebihnya hati saya nggak kuat buat ngelanjutin T--T

Dan mau nggak mau, ngoreksi ujian mahasiswa jadi bikin kuantitas dzikir saya jadi meningkat. Karna setiap ada kerjaan yang eror fatal dan nilainya jelek, saya jadi istighfar berkali-kali dan mikir,
apa selama ini kami ngajarnya segitu enggak benernya ya, sampai mahasiswanya kok nilainya eror-eror semua begini...... hiks hiks hiks T.T

Menurut saya kegagalan terbesar seorang pengajar itu ya ketika yang diajar nggak berhasil paham sama apa yang diajarkan, dan bahkan outputnya nggak sesuai dengan target si pengajar. Hwaa itu fatal pake banget menurut saya,,,, T__T which means, dalam kasus ini, sepertinya saya harus menghukum diri sendiri karna sudah sangat gagal, buktinya nilainya pada eror-eror begitu.... T__T

Huaah, setelah pekerjaan yang bagi saya sangat menguras hati dan pikiran ini selesai, sepertinya harus mulai merubah beberapa pola pengerjaan ujian bagi diri saya pribadi... Saya nggak mau lah ya membuat asdos atas saya merasakan apa yang saya rasakan ini, saya nggak mau membuat mereka stres lahir batin dengan kerjaan atau ujian yang keerorannya tidak dapat ditolerir...

Mungkin dengan berlalunya waktu besok saya bisa punya sikap *dingin* seperti mbak dan mas asdos lain sewaktu ngoreksi kerjaan mahasiswa, yang bisa tega ngasih nilai berapapun dan nggak tersiksa lahir batin waktu ngoreksi. Tapi mungkin ada baiknya juga sifat ini dipertahankan, untuk sekedar memiliki hati ke kerjaan mahasiswa yang betapapun erornya tapi sudah mereka kerjakan dengan semaksimal mungkin. Hmmm....

Semoga saya selalu diberi kekuatan dan ketahanan hati untuk melanjutkan kerjaan pengoreksian ujian ini,,, dan semoga bisa segera terlepas dari sms-sms reminder yang selalu menghantui beberapa hari ini,, dan semoga ada kerjaan ujian mahasiswa yang lulus di tangan saya ya Allah,,,, aamiin.. T---T

sumber gambar : http://eci17.blogspot.com/2011_04_01_archive.html
"Jadilah pendidik, bukan pengajar.
 karena dia tidak hanya berjasa dalam mencerdaskan bangsa namun juga berperan penting dalam menjaga keutuhan serta pembangunan bangsa." -anonim

Thursday, November 7, 2013

Selalu ada Kerandoman bersama Adek

Postingan random tentang kerandoman, boleh diskip saja... ~~

S : Panas nih, cari es yok
L : Es apa?
S : Es batu
L : Nggak usah dicari, itu di halaman depan banyak (maksudnya batu -,-)

L : Kok akhir-akhir ini jarang rapat mbak?
S : Iya, lagi pingin jadi kupu-kupu. Kuliah-pulang-kuliah-pulang
L : Kenapa?
S : Skripsi
L : Oh. Kalo temenku jadi kunang-kunang
S : Apaan?
L : Kuliah-nangis-kuliah-nangis (anak galau jaman sekarang -,-)

L : Temen-temenku pada ke gembiraloka lho mbak
S : Ngapain?
L : Mau pada nyamain wajah sama yang ada di sana

L : Aku sariawan e mbak, gimana ini
S : Yaudah nanti malem juga sembuh kok
L : Kok bisa?
S : Kan kalo malem jadinya saribengi (awan = siang, bengi = malam)

----dan banyak kerandoman lain----

Saturday, November 2, 2013

Out Sick

bismillaah....
Alhamdulillaah,,, setelah seminggu ini dikurung opname di rumah sakit, hari ini saya bisa menghirup udara segar juga.... :D

Sesuai judul yah,, saya mau cerita tentang perjalanan sakit saya kemarin ini..
Semua bermula dari diare saya yang sudah lebih dari tiga minggu lalu... Tiap mau berangkat ngampus kok diare, terus sorenya diare lagi, padahal makanan juga nggak aneh-aneh banget (buktinya suami saya nggak diare berarti kan makanan di rumah aman lah ya..)

Saya tanya-tanya ke para mbak-mbak senior asdos, kira-kira saya itu kenapa, tapi ya cuma pada nyaranin buat nambahin makan sayur, air putih, dan lain-lain (yang sayangnya sudah saya lakukan di rumah). Akhirnya saya mencoba untuk menganggap itu sakit lalu, udah lah paling besok kapan juga sembuh sendiri..

Hari demi hari berlalu, diare saya bukannya tambah sembuh malahan tambah njadi... Tiap mau berangkat ke kampus diarenya harus tiga kali dulu, jadi sering banget bikin telat ngampusnya... belum lagi kalau sore. Saya semakin tambahin lagi itu minum air putihnya, yakult, dan segala macem, pokoknya apapun deh yang kira-kira bisa membantu perut saya menahan gejolak diare.

Satu minggu sebelum opname, diare saya sangat sangat bertambah parah... Tiap seperempat hari saya diare 6-7 kali, which means saya diare per satu setengah jam. Nggak cuma siang hari, malam hari pun juga tetep diare, jadi kalau malam saya rela-relain tidurnya di sofa dekat kamar mandi, soalnya jam 12 malam pun saya juga diare......

Tapi karena agenda saya padat, ya saya sih acuh aja tetep ngampus, kuliah-ketemu dosen pembimbing-rapat-dan lain sebagainya, padahal itu perut dipakai makan aja nggak bisa lho.. Soalnya setiap makan satu sendok pasti udah diare lagi, dipakai minum berapa gelas udah keluar lagi jadi diare. Jadi saya di kampus berasa seperti mayat yang bisa jalan gitu, pucat-lemes-sempoyongan, wkwk.. Dan berhubung suami saya sedang sibuk-sibuknya, jadi saya juga sengaja nggak cerita-cerita tentang ini, saya cuma bilangnya ya diare biasa aja gitu....

Sampai puncaknya,,, akhirnya beberapa hari saya demam, dan drop sekitar kamis malam sebelum opname. Badan saya menggigil hebat malam itu, panas banget sampai saya sendiri nggak tahan sama panas badan saya. Akhirnya suami saya tau juga, dan ikut ngebantuin ngompres (sebelumnya saya ngompres sendiri wkwk)

Karena nggak kuat, akhirnya besok paginya saya putuskan buat bolos ijin dari kuliah dan ke sebuah klinik dokter umum bersama suami saya. Periksa - tes lab darah dan feses - lalu dikasih obat. Waktu itu saya cuma dikasih obat anti-diare, obat anti maagh (kata dokternya saya ada radang lambung gitu), obat panas, sama imunosupresan.

Saya ngerasa lega ya, soalnya dokternya itu njanjiin paling berapa hari udah sembuh.
Eh lha kok tapi,,,, sampai hari ahad diare saya masih aja lanjut dan juga gejala-gejala yang lain. Akhirnya saya cerita juga ke ibunda saya, dan langsung disuruh ke purworejo. Okelah, yuk mari, kan cuma periksa aja kan (pikir saya waktu itu)

Sampai di RSUD Purworejo ternyata saya bukan mau diperiksa, tapi langsung dimasukin ke IGD sama ibunda saya. Langsung diinfus, disuntik, diambil darah, dan sebagainya. Saya kalem, ah cuma gini aja, paling cuma bentar..

Tapi kok habis itu saya dibawa ke bangsal pakai kursi roda.....
Saya tanya ke ibunda, "Lho, kok ke bangsal? Emang mondok?"
Ibunda saya enteng njawab, "Ya iya nho, masa nggak mondok."
"Lhoooo... berapa hari?"
"Mungkin bisa seminggu."
Jedeerr..... trus kuliah saya gimanaa..... huhuhu hiks hiks hiks T__T
Patah hati deh, speechless bayangin gimana nasib absensi saya, pasrah abis....

Di sana ternyata saya terdiagnosis Demam Berdarah (DB) dan juga Typus..
Dan saya harus melalui rangkaian pengobatan yang hampir membuat saya menyerah...
Dengan infus dan berbagai obat yang diinjeksi ke dalam infus, ada yang reaksinya normal, ada yang bisa bikin saya kejang-kejang sampai nangis menjerit-jerit, ada juga yang bikin mual muntah. Belum lagi obat-obat yang harus diminum secara oral, padahal itu saya juga masih diare hebat. Subhanallaah,, kalau bukan karena kekuatan dari Allaah mungkin saya juga sudah nggak kuat ya ngejalaninnya...

Dan akhirnya,,,, dengan semua kuasa Allah,, setelah seminggu dipenjara opname di rumah sakit, tadi berasa seperti keluar dari gua dan untuk pertama kalinya menghirup udara segar, hehehe..

Nggak nggak lagi deh mau dapet penyakit kayak gini lagi,,, bikin kapok banget ternyata... Jadi banyak agenda terbengkalai, kuliah ketinggalan, undangan pernikahan yang terlewatkan, dan yang paling penting nggak mau lagi ngerepotin suami dan keluarga kayak seminggu kemarin... nggak tega..

Semogaa Allaah menggugurkan dosa-dosa melalui penyakit kemarin,, dan semogaa Allaah mengganti peluh-peluh orang yang sudah banyak membantu dan menemani saya di rumah sakit semingguan kemarin,, dan juga semogaa doa teman-teman diganti berlipat-lipat dengan yang jauh lebih baik.... aamiin...

Ana ukhibbukum fillah.... :")




*btw, ternyata dukungan fisik maupun non fisik itu sangat berpengaruh yaa ke tingkat penyembuhan orang yang lagi sakit.... terimakasih untuk teman-teman yang udah meluangkan waktu untuk sekedar mengsms dan memberikan dukungan maupun semangat selama saya sakit kemarin,,, it was very helpful. :""D ukhibbukunna fillah, dear.... :"""

Saturday, October 12, 2013

Membaca program “mobil murah” secara politik : cara menjegal Jokowi

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Hmmm, berhubung bulan ini adalah bulan paling geje sedunia versi saya, dikarenakan banyaknya proyek dosen dan juga riuwehnya skripsi saya, jadi bulan ini saya isi dengan sharing berbagai blog favorit saya saja yaa...hehe. Setuju ya setuju kan...? :D

Sebenernya pingin sharing banyaaak sekali blog yang akhir-akhir ini sering saya baca (apalagi yang mengupdate berita tentang carut-marutnya negeri ini sekarang). Tapi berhubung blogspot ini bukan facebook, yang kalo ngeshare tinggal pencet satu klik, jadi di sini saya ingin menuliskannya ulang di laman ini. Tentu saja dengan kelengkapan sumber dan data aselinya :)

Salah satu blog yang menurut saya sangat bagus dari segi topik dan juga ketajaman analisisnya adalah blog salah seorang kakak kelas saya di SMA, silahkan dinikmati :)

========================================
Membaca program “mobil murah” secara politik : cara menjegal Jokowi September 23, 2013
Posted by pratamasatria in Uncategorized. 

Seperti yang sama – sama kita tahu, Jokowi adalah pejabat politik dengan popularitas, likelibilitas dan elektabilitas terbaik hari ini. Berbagai hasil survey setidaknya sudah membantu kita untuk menegaskan kenyataan ini. Tetapi, politik adalah hutan belantara bagi para serigala pejuang singgasana. Politik tidak berbeda dengan arena kompetisi gaya bebas bagi para petarung penuh syahwat kekuasaan di dalamnya : gak peduli apapun yang menghalangi, yang penting menang !
20120921nissan-leaf
Ketika mindset itu diletakkan di dalam konteks : berarti, tidak mungkin Jokowi dibiarkan melaju sendirian. Popularitas Jokowi yang sedang selangit hari ini, harus kita lihat sebagai bahan bakar bagi ketidak senangan lawan – lawan politiknya yang tidak mungkin dibiarkan mengendap sekedar dalam hati tanpa terkonversi menjadi tindakan politik. Entah serendah – rendahnya atau malah setinggi – tingginya kadar ketidak senangan lawan politik terhadap subyek politik lainnya, tapi politik adalah action, kan ? One more, tindakan politik yang diambil pun harus benefit : harus mampu menjatuhkan lawan dan menguntungkan diri sendiri dalam waktu yang bersamaan, di hadapan publik.
Program low cost green car atau mobil murah yang diinisiasi oleh pemerintah, bisa dibaca secara multidimensional. Namun demikian, di awal tulisan saya ingin terlebih dulu menegaskan bahwa aspek yang penulis jadikan ruh di dalam tulisan ini adalah politiknya saja. Dengan demikian maka jika terjadi ketidak sepakatan secara substansial, semoga sudah dengan pemahaman terlebih dulu bahwa border dari tulisan ini sudah jelas : membahas sisi politiknya saja.
Ya, sulit untuk menjelaskan, bagaimana bisa pemerintah pusat dan pemerintah daerah justru jauh bertolak belakang dalam menyikapi kondisi aktual jalan raya di kota – kota besar Indonesia yang saya pikir semua sepakat bahwa kemacetan menuju ke kadar parah. Nah ini, lucu tenan, Pemerintah daerah yang sedang giat – giatnya mengatasi kemacetan, kok malah tidak didukung. Alih alih, pusat justru menggagalkan program daerah itu dengan kebijakan mobil murah.
Dengan harga jual 80 juta ke bawah per mobil, program mobil murah adalah jalan tol bagi para kelas menengah ke bawah untuk segera membeli. Predikat murah juga sekaligus sebagai katalisator supaya mobil ini segera berpindah tangan ke masyarakat dalam kuantitas yang bejibun. Nah masalahnya, kalo sudah dibeli, masa iya ga dipake ? Ya pasti dipake toh ? Kalo sudah dipake, sementara jalan juga tidak dibuat lebih luas, jadi tambah gimana macetnya ? Di titik ini lo saya merasa pemerintah pusat kok malah membangun inkongruensi dengan daerah, bukannya sinergi. Ini seperti seorang ibu yang mengatakan ingin anaknya segera pulih setelah babak belur dipukuli orang, tetapi membiarkan orang lain memukulinya lagi justru ketika sang anak sedang berusaha untuk recovery. lalu, kapan sembuhnya ? Aneh sekali.
Jokowi dan macet
Di sinilah sensitivitas politik kita diuji. Saya yakin, pusat juga sebenarnya paham, bahwa mobil murah akan semakin meningkatkan kemacetan jalan raya. Maka pertanyaannya sekarang, kenapa tetap dilakukan ?
Kembali ke kesepakatan : ini tulisan politik. Dari sisi politik, kontroversi mobil murah sebenarnya bisa dipisahkan secara polaris berdasarkan aktornya dan kepentingannya. Dan dari klasifikasi yang semacam itu, hanya muncul dua kubu : Jokowi yang anti, yang kemudian diikuti oleh beberapa kepala daerah, versus pemerintah pusat. Kepentingannya berbeda : Jokowi menganggap itu menambah kemacetan, sementara pusat menekankan pentingnya mengambil momentum menjadi pemimpin industri otomotif setidaknya di Asia Tenggara. MS Hidayat, Hatta Radjasa, dan Boediono termasuk kelompok kedua ini.
Sekarang, mari menjadi Jokowi. Betapa sulit posisinya untuk menolak, atau untuk menerima :
kalau sampai Jokowi menerima, duh, program nya mengatasi kemacetan bisa gagal tanpa bisa mengatakan bahwa ini adalah kesalahan pemerintah pusat. ERP, pembatasan ganjil-genap, tarif parkir tinggi, tetap tidak akan mampu secara total mencegah seorang individu untuk keluar menggunakan mobil. Akhirnya, Jokowi disetting oleh program ini untuk tidak bisa, atau paling tidak : lambat, dalam menuntaskan kemacetan Jakarta. Nah, kalo Jokowi tidak segera membereskan kemacetan Jakarta, ini makanan empuk untuk lawan politik nya berretorika : jangan pilih Jokowi lagiGagal beresin macet Jakarta !
Jokowi
Tetapi kalo sampai Jokowi menolak, ia akan dihukum oleh kelas menengah ke bawah (pembeli mobil murah potensial) untuk tidak dipilih lagi di periode selanjutnya. Kenapa ? karena middle class ini sedang merasa dimudahkan oleh pemerintah untuk membeli mobil. Ibaratnya, mereka merasa pemerintah pengertian banget deh. Jadi janganlah Jokowi larang larang yang udah ngebet pengen punya mobil. Kesempatan pula ini pas murah kan.. Nah, peningnya lagi, kelas menengah ke bawah adalah pangsa pemilih yang menjadi tulang punggung kemenangan Jokowi di pemilihan gubernur September tahun lalu. Jokowi tidak bisa menolak, dengan asumsi ia sadar bagaimana kelas menengah mengkonstruksi kemenangan elektoral nya.
Akhirnya, sudah mulai bisa dilihat jernih, sejauh ini, cara yang sistematis seperti inilah yang lumayan ampuh menjegal Jokowi : menjebaknya ke dalam dilema seperti itu terlebih dulu. Bagaimana hasilnya nanti, akan terlihat konkret terlebih ketika mobil – mobil itu sudah benar – benar ada di jalanan ibu kota.
Yap, saya termasuk yang tidak percaya, bahwa sisi politik adalah sisi yang diabaikan dalam arsitek program ini. Karena secara politik, mobil murah adalah instrumen kepentingan yang harus ‘mereka’ munculkan, karena takut Jokowi jadi Presiden.
================================
Gimana gimana...? menarik ya.... ^_^
Jujur, membaca blog kakak kelas saya ini tuh jadi membuka wawasan yang luas banget, apalagi kalau bukan karena saya jadi bisa tau sudut pandang lain dari masalah-masalah yang sedang terjadi. maklum saya kan cupu
Untuk yang tertarik, bisa langsung buka aja ke blog aslinya ya,,
di http://pratamasatria.wordpress.com/
Masih banyaak sekali tulisan-tulisan di sana yang menarik buat dibaca, dipahami, dan direnungi baik-baik. Pingin sih mengulas tulisan tentang politik tertentu yang dibahas di blog itu, tapi enggak usah deh, haha. nanti saya dimarahin sama si bos
Mungkin, setelah selesai ngeshare banyak blog di Bulan Geje ini besok, saya akan menulis postingan khusus yang juga membahas tentang politik-politik ini. mungkin.. Yang jelas saya mau menyiapkan mental saya dulu, hehehehe  :D
See you next time yaa, siapa tau blog kalian besok yang ternyata masuk ke laman sharing saya ini ;p

Saturday, October 5, 2013

Gangguan Jiwa ada dimana mana

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ingin sedikit berbagi cerita-yang-tertunda tentang kuliah saya di blok kejiwaan ini.. :)

Jadi ceritanya, beberapa hari lalu saya komuda (koas muda) di RSJ Magelang (tepatnya di RSJ Dr. Soerojo Magelang). Ritualnya seperti biasa lah ya,, kumpul pagi -yang ngaret-, lalu perjalanan panjang, sampai sana ngobservasi pasien (atau mengobrak-abrik rekam medik =.=), diskusi dengan dokter, dan sebagainya sebagainya.

Nahh,, ketika di RSJ itu lah, saya baru tau kalau rata-rata (sebagian banyak) penderita muda yang masuk ke sana (dengan gangguan jiwa) itu dengan latar belakang masalah yang ada hubungannya dengan putus cinta a.k.a patah hati. Dan penderita lain ya dari kebanyakan permasalahan : sosial ekonomi dan sebangsanya.

Angka yang amazing banget yaa menurut saya....
Dalam hati langsung berteriak, "kok bisaa...??"

Akhirnya berniat untuk mengobrak-abrik data rekam medik pasien..
Kebetulan saya kebagian jatah di bangsal pria, bareng sama keempat teman saya yang lain..

Beberapa lama obrak-abrik rekam medik, ternyata pasien di bangsal itu kebanyakan diagnosisnya skizofrenia semua.. Yasudahlah nggak apa-apa.
*Untuk yang nggak tau, skizofrenia itu adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas... atau dalam bahasa gampangnya adalah kewarasannya udah nggak bisa bekerja lagi. Pernah lihat orang-orang di jalanan yang disebut *wong edan* dengan tampilan baju kotor lusuh dan gembel kan? Nah itu bahasa medisnya adalah penderita Skizofrenia.....

Waktu itu saya mendapat pasien bapak-bapak usia pertengahan (30 tahunan) yang datang karena dia ngamuk-ngamuk di rumahnya, semua barang dibanting, dan juga ada tindakan kekerasan yang lain.. Si bapak ini juga berhalusinasi kalau dia didatengin sama ibuknya yang sudah meninggal, dan diajakin buat nyusul mbahnya itu ke dunia sana... (syereem banget deh pokoknya)

Di data rekam medik terbaru (beberapa hari sebelum saya komuda), si bapak ini didiagnosis skizofrenia paranoid (F 20.0) karena dominasi halusinasinya itu.. Akhirnya saya buka-buka rekam mediknya yang tersimpan di lemari khusus (untuk pasien-pasien yang udah lama). Nggak nyangka,, ternyata si bapak ini sudah jadi penderita skizofrenia sejak tahun 2007 (lama banget yaa...) Lebih nggak nyangka lagi, ternyata si bapak ini dulunya orang yang rajin banget beribadah, bahkan rajin untuk dzikir maupun wirid pagi dan siang..

Berhubung saat itu si bapak baru aja kolaps (kambuh) dan tidak memungkinkan untuk diperiksa oleh anak-bawang seperti saya, ya saya buka-buka lagi deh itu rekam mediknya..

Di awal-awal dia datang diperiksakan ke RSJ, diagnosis awalnya masih Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3). Dia datang karena banyak muncul halusinasi-halusinasi nggak jelas gitu. Setelah dianamnesis waktu itu, terungkap kalau beliau itu habis kena tipu di Malaysia.. Jadi ceritanya beliau bekerja di sana, punya temen/partner gitu, dan beliau ditipu berapa belas juta... Temennya kabur dengan mbawa uangnya sebanyak itu.

Waktu itu, beliau bilangnya, ya masih rajin itu dzikir dan wiridnya,, tapi kok ritualnya mulai aneh-aneh... Ya yang ke kuburan lah, dan sebagainya.. Pokoknya banyak halusinasinya... makanya beliau dibawa ke RSJ..

Yang jelas, meskipun sudah beberapa kali dirawat inap di sana, gejalanya itu sering kambuh lagi. Sempat sedikit sembuh dan menjadi Skizofrenia Residual (F 20.5) di awal tahun 2008, tapi langsung kambuh lagi 6 bulan kemudian.. Begituu terus berulang (kambuh-pulih-kambuh-pulih) hingga beliau sempat dinyatakan sembuh di Juli 2012.. Sayangnya, satu tahun kemudian beliau kambuh lagi dan bahkan jadi lebih parah, diagnosisnya berubah menjadi Skizofrenia Katatonik (F 20.2) dan sampai sekarang masih dirawat di RSJ..

Subhanallahh,,, saya nggak kebayang kalau saya yang jadi beliau.. Betapa luarbiasanya perjuangan untuk menghadapi penyakit itu sendiri.. Apalagi menilik kenyataan bahwa beliau nggak punya istri, dan keluarganya yang juga nggak mendukung, dan juga dengan status sosial ekonomi yang dibawah rata-rata.

Kita lanjut dengan kasus lain ya...
Kebetulan, ketika diskusi dengan dokter di bangsal itu, beliau memanggilkan salah satu pasien di bangsal itu yang bisa diajak bicara..
Akhirnya kita tanya jawab dengan bapak itu, walaupun awalnya ya sedikit takut juga, hehe

Alhamdulillahnya si penderita sedang stabil, jadi beliau kooperatif banget selama sesi tanya-jawab itu.. Beliau bahkan bisa bercerita tentang cerainya beliau dengan istrinya ketika beliau masuk ke RSJ, cerita tentang bagaimana masyarakat memperlakukan beliau, bagaimana anak-anak kecil mengejek-ejek beliau, bagaimana pak kepala dukuh membawa beliau ke RSJ, dan sebagainya, dan beliau ketika itu menceritakan itu semua bisa dengan santai seolah beliau sudah fine dengan kenyataan bahwa beliau itu penderita Skizofrenia.

Ketika saya tanya, sudah berapa lama di tempat itu (RSJ) pun beliau menjawabnya, "hahaha saya sih sudah sering banget mbak masuk ke sini.. Bolak balik masuk malah... Soalnya sering membanting-banting barang, dan juga pernah mukulin kepala saya ke kepala ibu saya.. pernah juga menendang anak-anak kecil di desa saya.."

Sewaktu dokter nyambung dan tanya, "menyesal nggak melakukan itu?"
Jawabnya, "ya saya menyesal dong, pak dokter.. kadang jadi sedih sendiri kalau ingat sama hal itu.. tapi ya gimana lagi, habisnya di sana (di lingkungan rumahnya) banyak yang sering ngejek-ngejek saya sih, ya jadi saya balas deh mereka."

Ya Allah.... ngeri banget ya...
Selama kuliah yang saya ikuti, saya memang taunya ya penderita jiwa (baik itu Skizofren, Depresi, Manik, dan sebagainya) itu harus dikontrol dengan obat jenisnya masing-masing.. Saya rasa RSJ pasti nggak akan lupa ngasih haloperidol ke pasiennya untuk rawat jalan,, tapi kan faktor eksternal (seperti lingkungan sosial begitu) siapa yang tau?

Kalau menilik angka banyaknya pasien yang kambuh padahal udah dinyatakan sembuh di RSJ (udah dinyatakan bisa dilepas ke lingkungan sosial kembali) dan udah dikasih obat kontrol, sepertinya yang memegang kunci itu ya justru lingkungan sosialnya itu sendiri... Apalagi kalau lingkungan sosialnya justru terstigma kalau si penderita adalah "alumni rumah sakit jiwa" dan memperlakukan si penderita dengan berbeda, pasti kambuh lagi lah itu depresinya si penderita, atau bahkan justru tambah parah.. Padahal kalau terkontrol baik, pasien Skizofrenia itu kan sama aja kayak penderita penyakit DM ataupun Hipertensi, nggak akan membahayakan kok..... (seperti bapak yang sedang tanya-jawab dengan saya itu)

Lanjut lagi ya....
Ketika komuda kemarin (ketika saya kabur dari bapak-bapak gangguan jiwa yang manggil-manggil nama saya terus -__-), kebetulan saya ketemu sama rombongan bangsal wanita yang baru selesai rehabilitasi dan mau kembali ke bangsalnya... dan kebetulan saya diseret sama seorang pasien mbak-mbak dan diminta untuk menemani dia ke bangsalnya (sepertinya saya punya daya magnetik ke penderita-penderita jiwa yaa....)

Ya saya ikut aja kan ya, orang tangan saya udah digandeng kenceng banget sama si mbak itu tadi (untung ada satu perawat yang juga khusus menangani mbak-mbak itu)

Lalu saya iseng menggali riwayat si penderita dan segala macemnya....

Ternyata,, si penderita mbak-mbak yang nggandeng tangan saya itu, dulunya adalah aktivis mahasiswa.. Dia bahkan pernah kuliah di beberapa tempat, dan sempat menjadi reporter majalah apaa gitu. 

Saya langsung kepikirannya ini penderita Afektif Bipolar yang episode manik,, dilihat dari tingkah lakunya yang hiperaktif dan sebagainya. Tapi beberapa detik kemudian kepikiran, jangan-jangan si mbak ini depresif juga, soalnya dia cerita kalau belum punya pacar gitu, dan minta tolong dicarikan pacar seorang dokter. Beberapa menit kemudian, saya jadi mikir lagi, jangan-jangan mbaknya ini juga waham kebesaran, soalnya dia cerita kalau dia itu keturunan keraton manaa gitu.

Luar biasa masyaa Allah pokoknya,,, menyadarkan diri sendiri dengan ucapan seorang dosen, "namanya orang dengan gangguan jiwa itu, diagnosisnya nggak akan hanya ada satu jenis. Yang menonjol mungkin memang cuma satu jenis, tapi sekali gangguan jiwa ya pasti akan ngikut lah itu gangguan-gangguan jiwa tipe yang lain.."

Yang lebih luar biasa lagi, si mbak ini sebenernya insightnya sudah bagus..
Karena waktu itu dia bilang, "wah yang ngantar saya ke bangsal ada banyak orang, kalau yang lain kan cuma didampingi sama satu perawat."
saya bilang, "seneng dong mbak, temennnya banyak... :)"
si mbak langsung bilang, "ya nggak seneng dong, kan saya pasien gangguan jiwa"

Jederrr....... T.T

Apalagi ketika kita beneran sudah sampai di bangsalnya, ada temennya yang sudah sembuh dan pamitan mau keluar RSJ, si mbak ini mendekati temennya itu dan bilang, "doakan saya juga ya supaya bisa cepat keluar dari RSJ..."

Masyaa Allah..... terharu pake banget.... T__T
Saya nggak nyangka aja, di dalam RSJ ini begitu banyaaak orang-orang yang sebenarnya juga sama seperti kita-kita, hanya saja lingkungan yang memang nggak bisa selalu mengerti kondisi ini..

Dan menurut kuliah saya pagi ini (fresh from the oven), prevalensi orang dengan gangguan jiwa ini buanyaak banget lho.... Menurut penelitian WHO, dari sekitar 100 orang normal, 20-30% itu ternyata menderita gangguan jiwa.. Dan golongan gangguan jiwa menurut PPDGJ itu luas banget,,, bisa orang depresi, orang yang phobia dengan sesuatu, orang pasca trauma, orang dengan perubahan mood yang cepat, orang dengan kekhawatiran yang berlebih, dan lain lain. (jangan-jangan di antara saya atau teman-teman yang baca blog ini juga ada yang terindikasi gangguan jiwa nihh,, o_o hehehe)

Dan masih menurut kuliah luar biasa pagi ini, dokter Warih bilang kalau keluarga dan lingkungan sangat sangat berpengaruh serta turut andil dalam peran serta ke orang-orang di sekitarnya untuk menjadikan mereka ini berpotensi gangguan jiwa..

Contoh pasien beliau...
Ada seorang anak yang merupakan cucu pertama, lalu dimanja-manja sama orangtua dan nenek kakeknya, apa-apa selalu dinomorsatukan. Ketika si anak ini masuk dunia persekolahan, kok gurunya nggak menomorsatukan dia,, kok teman-temannya yang justru diminta untuk maju ke depan, bukan dia. Akhirnya dia jadi mengkambinghitamkan sang guru, dia bilang gurunya nggak suka sama dia. Lambat laun dia jadi mogok sekolah, alasannya sih sakit, padahal ya enggak. --> masuk ke diagnosis gangguan somatoform (F.45), yaitu adanya keluhan-keluhan mengenai fisik yang diutarakan, tapi sebenernya semua pemeriksaan fisik menyatakan hasil negatif.

Ada lagi seorang mahasiswa laki-laki (yang baru saja selesai skripsi) yang beberapa bulan ini nggak mau keluar rumah.. Setelah dikasih farmakoterapi, dan akhirnya mau dikonseling, berceritalah dia tentang kekecewaannya ke orangtua.. Tentang dia sebenernya mau masuk jurusan psikologi tapi sama orangtuanya dipaksa untuk masuk ke teknik.. Tentang kegemarannya olahraga taekwondo tapi dilarang orangtuanya karena jadwalnya yang selalu malam hari.. Juga tentang keinginannya untuk memelihara hewan tapi nggak pernah diijinkan sama orangtua.. Akhirnya si mas ini sekarang nggak punya inisiatif sama sekali, bahkan di rumah ya cuma duduk di kursi dan nggak melakukan apa-apa. Saat dokter Warih menawarkan berbagai macam kegiatan ke dia, dia bilangnya nggak mau. Dia nggak mau kecewa lagi karena keinginannya itu ditolak lagi untuk yang kesekian kalinya oleh orangtuanya.

Dan banyak sekali penderita-penderita lain, yang sebenarnya ada di sekitar kita, tapi sering sekali nggak terdiagnosis atau terdeteksi.. Karena ciri khas gangguan jiwa itu ya baru kelihatan kalau sudah kronis atau parah banget, kalau masih awal-awal ya nggak akan kelihatan.. Bahkan, 40% orang yang datang ke puskesmas dengan keluhan fisik, itu sebenernya gangguannya ada di jiwanya lho.. Sayangnya dokter umum banyak yang nggak punya keterampilan psikiatri, jadi ya baru ketahuan kalau penderita-penderita itu adalah penderita jiwa ya kalau mereka itu udah meninggal karena bunuh diri.....

Miris banget ya.....
Yang lebih saya tekankan di sini ke temen-temen (berhubung nggak semuanya di profesi kesehatan) ya lebih ke kewaspadaannya aja ke teman-teman kalian yang lain atau ke lingkungan di sekitar kalian.. Dari cerita di atas bisa ditarik kesimpulan ya, walaupun ada stressor utama yang memicu si penderita untuk menjadi depresi, tapi faktor lingkungan sangatt berpengaruh ke prognosis penyakit jiwanya..

Kalau ada teman yang sedang sedih, ya tolong diajak ngobrol, ditemani,, jangan sampai dia menjadi gangguan depresi nantinya... Kalau ada teman yang kelihatan mulai menjauh ya tolong didekatin, jangan sampai dia bermanifes menjadi skizofrenia di lain waktu..

Bahkan, ada teman dari dokter Inu (dosen saya sore tadi) yang terkena skizofrenia, padahal awalnya temannya itu cuma bermasalah karena ditolak sama wanita.... dan padahal lagi, temannya itu dulunya adalah mahasiswa terjenius di angkatan beliau (iya, si teman tadi itu juga kuliah di kedokteran..)

Subhanallaah..... kalau seperti itu lalu kita mau menyalahkan siapa? menyalahkan dia?
Yang namanya orang itu ya stressornya kan masing-masing,, dan ketika ada stressor yang nggak kuat untuk dia tangani, ya dia butuh orang lain untuk membantu dia, untuk menjaga jiwa dan pikirannya supaya nggak melenceng di luar garis..

Lha kalau orang-orang di sekitarnya (yang dia harapkan) aja nggak peduli dengan dia, lalu salah siapa?
Teman dokter Inu ini juga awalnya masalahnya cuma sepele banget kan : cintanya ditolak. Udah itu aja.

Mungkin untuk teman-temannya (yang mengetahui sejarah kepintaran beliau di dunia perkampusan) masalah itu mereka anggap sepele : Ah, orang yang ujian anatomi nggak usah belajar tapi dapat nilai tertinggi begitu pasti nggak ada masalah dong dengan masalah cinta remeh seperti itu.

Permasalahannya sekarang bukan cuma ke permasalahan cinta-remeh ini. Tapi guncangan jiwa yang sedang dihadapi beliau. Mungkin, bagi beliau yang biasanya mendapatkan apa yang beliau inginkan, permalahan ini jadi sebuah stressor baru yang belum pernah beliau jumpai. Makanya, beliau butuh banget orang lain yang sekiranya bersedia menjelaskan ke beliau tentang itu, dan menemani beliau melewati masa-masa itu.

Kedengarannya simpel yaa,,, tapi beliau ternyata nggak mendapatkan itu tuh,.....
Dan efeknya? Beliau nggak lanjut lagi pendidikan dokternya, dan sekarang menggelandang seperti orang gila (karena beliau positif Skizofrenia Paranoid), berpakaian lusuh dan jalan-jalan nggak jelas arahnya. Siapa yang menyangka kalau beliau itu dulunya orang yang sangat jenius serta selalu membuat iri teman-teman seangkatannya (yang teman-temannya itu sekarang justru sudah mengambil spesialis semua)?

Untuk yang mau cerita lengkapnya bisa baca di blog dokter Inu: 

Pantas aja ya,, kewajiban habluminannaas itu ditaruh setelah habluminallaah....
Apalah arti habluminallaah kalau habluminannasnya jelek,, kalau dia masi suka mendzolimi orang sekitarnya, dan lain lain..

Subhanallah....
Semoga kita terhindar dari ikut andil berbuat dzolim ke orang di sekitar kita ya...
Semoga nggak ada yang jadi tersakiti mental ataupun jiwanya karena sikap atau ucapan kita..
Dan semoga kita semua juga selalu dijaga kesehatan mental dan jiwanya oleh Allah......
aamiiin.......

jangan pernah biarkan orang di sekitar kita merasa bahwa mereka itu sendirian.......
Hmmm, jadi tertarik buat ambil spesialisasinya ke kejiwaan nih.... apalagi bisa jadi bekal buat menghadapi anak-anak saya besok, kalau jadi psikiatri insyaaLLoh kan pasti tau lah ya gimana tips dan trik mengasuh dan mendidik anak supaya sehat jiwa mentalnya...... (thinking) #Semoga Allah memilihkan jalan yang terbaik...... :")