Pages

Thursday, August 29, 2013

Kami Rindu Tegaknya Syariat Islam

Ya Allah,

kami memohon kepada-Mu dengan menyebut Nama-Mu Yang Paling Agung

agar Engkau menangkan saudara-saudara kami dan umat Islam di Mesir

atas musuh-musuh mereka, musuh-musuh-Mu,

sebagaimana Engkau menangkan Nabi Musa atas Fir'aun dan bala tentaranya..


Ya Allah,
jadikan kami termasuk orang-orang yang memenuhi janji tatkala berjanji,
termasuk orang-orang yang sabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam pertempuran. Jadikan lah kami termasuk mereka yang benar imannya dan mereka yang bertaqwa..

Ya Allah,

kami pasrahkan padamu Mesir dan ahlinya,

jagalah dari semua makar buruk dan niat busuk,

dan suburkan di sana keadilan dan kebajikan..



Ya Allah,
tolonglah saudara-saudara kami di Mesir atas musuh-musuh Islam,
tolonglah mereka dalam menghadapi semua yang membantu musuh-musuh-Mu dan memusuhi wali-wali-Mu, serta siapapun yang menolak syariat-Mu dan menekan da’wah-Mu..

Ya Allah,
turunkan kepada mereka hukuman-Mu
yang tak kan terhindarkan dari orang-orang yang berbuat jahat..

Ya Allah, Pemilik Tipu Daya yang kokoh,
lenyapkan lah tipu daya dan makar mereka, Ya Allah..
Jangan biarkan satu jalan pun bagi mereka untuk menghinakan seorang pun diantara hamba-hamba-Mu yang beriman


Ya Allah,
menangkan lah kaum muslimin di Mesir melawan thaghut militer,
hancurkan lah kekuatan As-Sisi,
lemparkan rasa takut kepada mereka
sehingga menyerah pada kekuatan orang-orang yg menginginkan tegaknya syariah-Mu..


Ya Allah hancurkanlah orang-orang zhalim yang membantai kaum muslimin di Mesir tanpa hak, karena sesungguhnya mereka telah melampaui batas

Ya Allah,
Engkau tahu jika ini semua HANYA untuk-Mu,
maka tolonglah da'wah kami,
sebarkan fikrah islamiyah kami,
berkahi ukhuwah kami,
jinakkan dan satukan hati kami,
bimbinglah para pemimpin kami,
dukung lah mereka dengan kebenaran di mana pun mereka berada,
dan jadikan kami satu shaf bagaikan bangunan yang tersusun kokoh..

Sungguh, kami rindu dengan tegaknya khilafah,
kami rindu tegaknya syariat islam di negara kami..


Wednesday, August 28, 2013

Road to TEMILNAS 2013

Nggak nyangka, rasanya baru kemarin ini TEMILNAS 2012, eh kok tau-tau besok udah TEMILNAS lagi. Dan apesnya kebetulan kok ya terjebak untuk ikut lagi. hoho -.-

Apa itu TEMILNAS?
Singkatan dari Temu Ilmiah Nasional, merupakan pertemuan ilmiah tahunan mahasiswa kedokteran terbesar di Indonesia.

Latar belakangnya?
TEMILNAS merupakan salah satu proker rutin dari BAPIN-ISMKI (Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional — Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), bertujuan untuk menyambung tali silaturahim antar lembaga keilmiahan FK se-Indonesia, serta meningkatkan kompetensi dan pengetahuan mahasiswa FK di seluruh Indonesia.

Kapan?
Mulai dari tanggal 30 Agustus pagi sampai tanggal 3 September 2013.

Dimana?
Pada tahun 2013 ini TEMILNAS ditenderkan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Siapa pesertanya?
Seluruh delegasi terdaftar dari Fakultas Kedokteran se INDONESIA.

Acaranya ngapain aja?
Ya sama seperti tahun-tahun sebelumnya : presentasi Proposal Multi-Center, Gagasan Tertulis, Esai, Poster Ilmiah, Poster Layanan Masyarakat, Video Layanan Masyarakat, Fotografi, Simposium, Talkshow, Workshop, dan lain-lain.

Udah sejauh mana persiapannya?
Belum jauh, masih di sini-sini aja... :D hehe.



Nantikan berita selanjutnya ya! :)

Monday, August 26, 2013

Wanita Menikah yang Berkarir -- Sunnah pun Tidak

bismillaahirrahmanirrahiim..

Sebenarnya postingan ini semi-curhat juga.. Berawal dari keseringan saya menjumpai berbagai pertanyaan dari teman-teman mengenai pernikahan; entah itu "gimana rasanya menikah?", "susah nggak nikah?", "dulu gimana kok bisa ketemu sama si mas?", dan kawan-kawan, ada satu pertanyaan yang sedikit menggelitik, "kalo menikah trus nanti gimana kuliahnya? trus nanti karirnya gimana dong?" Terlebih beberapa teman perempuan yang curhat ke saya tentang penundaan mereka menikah ya karena orangtua mereka menyuruh mereka berkarir dulu dan baru menikah kemudian.

"Buat apa sekolah susah-susah, mahal-mahal, kalo ujung-ujungnya justru malah cuma jadi ibu rumah tangga??" -ini termasuk pertanyaan paliing sering yang saya dapat.

Jujur, dari dulu saya juga nggak pernah berpikiran untuk menjadi ibu rumah tangga.. Saya lahir dan besar dalam keluarga dimana ibunda dan bapak saya semuanya bekerja.. Bapak ngantor dari jam 7-sampai siang, dan sorenya wirausahawan (bapak punya perusahaan kecil-kecilan pembangunan perumahan gitu). Sedangkan ibunda saya justru lebih padat lagi, dari jam 7.00 sampai siang jaga poli di rumah sakit daerah, lalu sore sampai malam jaga praktek di rumah sakitnya sendiri.. Pulangnya biasanya jam 22.00 ke atas,, dan itupun jam dua pagi masih sering bangun dan ke rumah sakit lagi untuk operasi..

Saya dan adik-adik saya jaraang sekali bertemu orangtua, tapi ketika ada beberapa jam waktu bersama di rumah, pasti akan termanfaatkan dengan maksimal..

Karena kondisi orangtua yang sama-sama bekerja itu lah, kami sekeluarga sudah biasa membagi tugas merata ke semua anggota keluarga.. Kalau ibu belum pulang, ya kadang bapak yang masak. Nanti siapa yang masak, siapa yang cuci, siapa yang ngunci-ngunci rumah, dan lain lain.

Nah, ketika menikah, saya menemukan potret keluarga yang lain. Keluarga suami saya itu mom-center. Yang bekerja ya cuma abah, sedangkan yang lebih sering di rumah ya ummi..  Berhubung ummi itu full ibu rumah tangga, dan aktivas beliau juga hanya di sosial (jadi ketua GRAPYAK, ngisi pengajian di mana-mana, kegiatan-kegiatan Salimah, dan kawan-kawan) jadi ya memang semua pekerjaan yang di rumah dilakukan ummi..

Di sini bedanya.. Saya waktu awal-awal menikah itu jadi semacam culture shock. Biasanya di rumah saya, semua orang bertanggung jawab sama dirinya sendiri. Apalagi beberapa tahun ini kan saya cuma tinggal sendirian di jogja. Kalau makan ya piringnya dicuci sendiri, kalau pingin makanan lain ya masak sendiri, dan sebagainya. Nah, padahal di keluarga suami itu sistemnya mom-center, ya semua pekerjaan rumah wajib dilakukannya sama si istri. Yang pihak laki-laki itu ya makanan dimasakkan, disiapkan, dicucikan, dan sebagainya. Contoh sederhananya, kalau saya nggak makan ya suami juga nggak mau makan. Repot kan.. ^^"

Nah,, akhirnya kita baru diskusi.. Gimana baiknya untuk ke depannya..

Kalau secara cita-cita, suami dan keluarga suami saya itu sangat mendukung cita-cita saya untuk menjadi dokter spesialis kandungan seperti ibunda saya (berhubung saya kan diwarisi rumah sakitnya itu).. Tapi apa saya akan sesibuk ibunda saya, itu kan pertanyaannya.

Beruntungnya, beberapa waktu lalu, saya dan suami berkesempatan datang di KRPH (Kajian Rutih Pagi Hari @Masjid Mardhiyyah) yang saat itu dibersamai oleh Ustadz Didik Purwodarsono. Tau lah ya, kalau ustadz didik itu kan pasti tentang parenting, hhe. Kebetulan waktu itu juga menyinggung tentang peran suami-istri di dalam keluarga.

Di sana beberapa poin yang saya camkan betul sampai sekarang, salah duanya adalah :
1. Seorang istri yang bekerja itu, sunnah pun TIDAK
2. Seorang anak berhak mendapatkan 3 ibu : ibu kandung, ibu susu, ibu guru

Saat poin pertama tadi dijelaskan, saya tercekat. Iya ya, sunnah aja enggak lho. Di sana ada kemuliaan Allah untuk wanita, katanya. Wanita itu, untuk meraih surga cuma tinggal patuh sama suami, sholat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, dan menjaga kehormatan. Gitu aja. Dan dia akan bebas masuk surga dari pintu manapun. Subhanallah banget kan..

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda :
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
Apabila seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatan dirinya, dan taat kepada suaminya,Maka ia akan masuk syurga dari pintu mana saja yang ia kehendaki..[HR. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahihut Targhib: 1931]
Kata ustadz, kecuali dalam kondisi dimana istri yang bekerja itu untuk membantu perekonomian keluarga, dimana kalo si istri nggak bekerja maka akan mengganggu stabilitas keluarga..

Tapi, kata ustadz itu juga, kita perlu sadar sama lingkungan masyarakat dimana wanita juga dibutuhkan di dalam profesionalitas terutama untuk yang berhadapan dengan masalah akhwat..

Saya jadi ingat, duluu banget saya juga pernah tanya ke ibunda saya,
"Ibu nggak capek po seharian bekerja? Di luar banyak banget pasiennya, padahal di rumah juga masih harus macem-macem. Kenapa nggak bapak aja yang kerja?"

Jawaban ibu saya,
"Ibu nggak merasa sedang kerja kok. Bagi ibu ini hobi, karna ibu seneng banget kalo bisa menolong pasien. Lagipula, kalau bukan ibu, nanti para perempuan itu masa harus ke dokter kandungan yang laki-laki?"

Fyi aja, dokter kandungan itu pekerjaan yang berat lho, setiap kali ada konferensi bareng dokter-dokter kandungan, bisa dipastikan lebih dari tiga per empatnya adalah laki-laki. Bahkan di purworejo aja, dokter kandungan perempuannya ya cuma ibunda saya ini, yang lainnya laki-laki (kebayang kan ya banyaknya pasien yang datang ke ibunda saya)

Berdasarkan itulah, kemudian diambil keputusan, jadi dokter spesialis kandungan ya nggak apa-apa. Tapi tujuannya untuk aktivitas sosial, alias kita nggak mematok penghasilan dari sana. Sedangkan masalah penghasilan sepenuhnya dihandle sama suami saya, begituu. Setiap orang punya lahan da'wahnya masing-masing kan ya? Dan kami sepakat lahan da'wah saya ya melalui profesi saya itu, tanpa mengorbankan peran ibu rumah tangga sedikitpun.. :)

Btw, untuk poin selanjutnya, insyaaLLoh saya lanjut besok-besok, ini saya keburu ke kampus karna mendadak ada syuro' (padahal libur-libur) *_* btw lagi, saya ke kampus juga karna bosan di rumah nungguin suami pulang kerja, hehe. Masaknya nanti aja waktu udah mau ifthor ^_^

See ya! ;D

[UPDATE] ceritanya udah pulang dari syuro' ini, hehee, lanjut ya..

Kadang, setelah dijelaskan dengan penjelasan di atas itu, masih banyak yang kemudian berkomentar,
"Lalu buat apa sekolah tinggi-tinggi? Buat apa jauh-jauh? Buat apa mahal-mahal?? Kalo cuma jadi ibu rumah tangga aja, percuma dong!"


Hmm… apa benar, ilmu itu jadi nggak bermanfaat? Yuk kita bahas, sekalian sedikit banyak menyinggung poin nomor dua tadi.. ^^
Ini beberapa alasan versi saya, kenapa anak perempuan tetap harus sekolah, walaupun sejak awal sudah berniat untuk nggak kerja kantoran.. Sekali lagi, ini versi SAYA lho ya.. jadi dilarang protes ^.^
1. Ibu/istri rumah tangga yang berpendidikan akan dapat suami yang setara.
Sebuah artikel yang ditulis Susan Patton, seorang alumunus Princeton, sempat diprotes para feminis. Patton bilang kalau saat-saat di kampus Princeton-lah masa-masa emas wanita mencari jodoh, yang kalau bisa sesama mahasiswa Princeton, supaya secara intelektualitas setara. Karena setelah lulus dari Princeton, bakal susah mencari pria setara yang masih available (jomblo kalo istilah kita hehe). Para pria cenderung mencari wanita yang lebih muda & berpendidikan lebih rendah, jadi semakin tua & pintar wanita, semakin susah jodohnya. Ini kata Patton lho..
Artikel ini mungkin terdengar jahat, tapi suka nggak suka banyak kakak kelas perempuan saya yang akhirnya menikah dengan teman kampus, satu angkatan atau senior. Walaupun lebih banyaak lagi yang menikah dengan teman SMA, atau angkatan bawahnya atau atasnya di SMA (contohnya saya ini), tapi hal ini pun dikarenakan lingkungan dan culture yang sudah *sama* sejak di SMA (kultur SMA saya memang cenderung islami banget).
Nah, dengan kata lain, pada akhirnya dengan proses pendidikan inilah para calon ibu ini berhasil mendapatkan pria yang sama pintarnya, karena mereka sama-sama bersekolah, berpendidikan tinggi, dan berpergaulan luas :)
2. Ibu/istri rumah tangga yang berpendidikan akan mampu ‘mengimbangi’ suaminya.
Walaupun tidak bekerja di luar rumah, para ibu/istri ini akan rajin membaca berita, buku, meng-update diri dengan info terbaru, termasuk dengan bagian pekerjaan suaminya. Otak yang selalu terasah dengan kegiatan membaca dan menulis akan tetap tajam, karena sudah terlatih selama proses pendidikan beberapa tahun.
Dari sebuah artikel, seorang sarjana psikolog menulis di skripsinya kalau komunikasi adalah kunci kebahagiaan rumah tangga. Komunikasi di sini bukan hanya ngomongin tentang anak-anak aja lho ya, tapi juga isu-isu terkini seperti Pemilu 2014, krisis ekonomi Eropa, bentrokan di Mesir dan Suriah, harga saham, bencana alam, perusahaan bangkrut, pidato SBY, cerita film, kabar artis, kasus korupsi, pokoknya selain hal-hal domestik. Tentu, para istri yang berpendidikan akan jauh lebih mampu melakukannya dibandingkan dengan istri yang tidak berpendidikan kan? :)
3. Ibu/istri rumah tangga yang berpendidikan akan bersosialisasi dengan luwes dan percaya diri.
Seperti yang kita tau, sekolah nggak hanya menghasilkan technical skills aja, tapi juga interpersonal dan soft skills. Salah satu tugas para ibu/istri adalah menemani suami ke acara-acara kantor, yang otomatis membuat mereka harus bergaul dengan atasan atau bawahan suaminya. Mereka yang berpendidikan tentu akan percaya diri dan yakin dalam berbicara. Mereka punya banyak topik, termasuk bisa bilang, “oh.. saya juga alumnus kampus itu.. wah sempat diajar sama Pak Fulan?”. Ujung-ujungnya akan bikin suami bangga dan tambah sayang sama kita ^^
4. Ibu/istri rumah tangga yang berpendidikan adalah pendidik anak nomor satu.
Kalau yang ini sih nggak perlu diperdebatkan lagi yah.. Ilmu yang dipunyai sang ibu tentu bisa diaplikasikan di rumah tangga. Mulai dari masalah memasak, mengatur uang, berbelanja, mendesain rumah, sampai mendidik anak. Tentu si anak akan bangga kalau ibunya berijazah sarjana, bisa berkarir di luar rumah tapi memilih bersama si anak, daripada kalau ibunya nggak sekolah, jadi ibu rumah tangga karena nggak punya keahlian lain. Si anak pun punya perspektif yang setara untuk ayah-bundanya, sebagai role model yang sama hebatnya, sama pintarnya, sama baiknya. 
Masih banyak alasan lain kenapa anak perempuan harus sekolah. Kadang sedih ya kalau denger komentar yang merendahkan ibu rumah tangga yang berijazah. Padahal, mereka bisa membangun keluarga ya karena bersekolah. Kalau nggak sekolah, mungkin nggak ketemu suaminya, hehehe…
Pesan sponsor :: Jadi,, jangan halangi pendidikan anak perempuan hanya karena mereka ingin jadi ibu rumah tangga, seperti ibunya ya. Untuk para ibu/istri rumah tangga yang ingin sekolah lagi, kenapa tidak? ^^ Tetap semangat! :DD
PS : Kalau mau ada tambahan lagi dari para istri, silahkan lho ;)

Tuesday, August 20, 2013

Berburu Tanah untuk Rumah Baru

bismillahirrahmanirrahiim..

Curhatan ala pasangan baru nikah nih, hehee..

Berhubung kami ini kontraktor (tukang pindah-pindah kontrakan), dan rumah yang sekarang sudah tidak bisa kami pakai lagi, kemarin tercetus ide,
"kenapa nggak nyoba-nyoba nyari tanah aja lalu nanti nyicil mbangun di sana?"
*ide ini didukung dan disponsori oleh mertua saya yang luarbiasa

Lalu di mana kami akan tinggal selama rumah itu belum jadi?
Naah, ini ide yang lebih luar biasa lagi, kami akan pindah dan ngontrak di sebuah ruko. Tau ruko kan? Rumah Toko ^^ 
Menimbang harga sewa yang lebiih murah dan ruangan yang nggak terlalu banyak (biar nggak capek mbersihinnya), juga akses jalan yang gampang, maka dipilih lah sebuah ruko di dekat patangpuluhan itu.

Pertanyaan selanjutnya adalah, lalu tokonya mau dibuat jualan apa?
Hohoo, ini juga konspirasi dari mertua, saya disuruh mbantuin jualan kain kiloan punyaknya ummi mertua saya~~

Yah begitulah. Skip bagian ruko. Kembali ke tanah.

Banyaak banget alternatif tanah yang kami dapat, dan semuanya bener-bener beranekaragam.
Fyi, kami mencari tanah dengan beberapa spesifikasi : akses jalan, dekat masjid, luas tanah, harga cocok, lingkungan.

Nah, mari kita review satu-satu...

1. Tanah di dekat SD IT BIAS
Akses? oke. Dekat masjid? bangeeet, tanahnya ini di depan masjid bahkan. Luas tanah dan harga? nggak ada masalah. Lingkungan? aman terkendali dan sentosa. Bahkan tanahnya ini persis disampingnya TK IT Bias, deket juga sama SD IT Bias, secara kalo besok punya anak kecil-kecil tinggal digelindingin diantar jalan kaki aja ke sekolah kan deket bangett.

Perfect pokoknya.
Sayang disayang, ketika udah fix bangett mau beli itu tanah, eeh si pemiliknya mendadak kayak nggak rela gitu tanahnya dibeli, masih eman katanya. Jadinya b-a-t-a-l deh, huhuhu #nangisdipojokan

2. Tanah di dekat jalan wonosari
Akses? oke. Dekat masjid? jelaas. tiap RT ada masjidnya sendiri-sendiri. Luas tanah dan harga? cocok. Lingkungan? ini tanah kan rekomendasi dari temennya ummi, jadi ya tanah di sana dekat sama temen-temennya ummi, sebangsa Ustadz Cahyadi, Ustadzah Tifa, dan kader lain *_*

Yang jadi masalah apa?
Pertama ummi bilang jaraknya terlalu jauh. Saya sih nggak masalah ya, jauh dekat itu kan relatif, asalkan ada si Mas kan semuanya terasa dekat :3
Masalah lain, setelah diusut, ternyata tanah itu adalah tanah warisan, dan belum disertifikasi gitu, juga belum melalui rembug sama saudaranya yang lain. Wahh repot deh urusannya =_=

Jadi, karena masih beribet sama urusan birokrasi itu, pilihan yang ini kami skip sementara, karena nampaknya belum bisa dibeli dalam waktu dekat~ #perjuanganbelumberakhir

3. Tanah di dekat BMKG
Akses? lumayan. Dekat masjid? nggak terlalu dekat, tapi masih bisa ditempuh pakai motor.. Luas tanah dan harga? cocok. Lingkungan? nah ini yang jadi sedikit masalah.. Di sana lingkungannya masih pedalaman banget, mblusuk-mblusuk gitu. Dan rumahnya baru satu dua, itupun terbuat dari jerami.

Yang jadi masalah apa?
Yang jadi masalah adalah, dengan kondisi lingkungan seperti itu, tanah yang dijual adalah bentuk kapling perumahan (tapi cuma 4 rumah), dan itu berbaur langsung sama rumah penduduk yang terbuat dari jerami itu. Saya sih cuma mengkhawatirkan satu hal : jangan sampai tercipta gap kesenjangan sosial yang terlalu.. Soalnya di samping tanah perumahan itu, langsung jejeran sama rumah gubuk, dan itu kan desain rumahnya sudah dari sananya (ya sejenis perumahan type 100 gitu), saya nggak bisa mbayanginnya kalau beneran mbikin rumah di sana *__*

Dan lagi, dibelakang rumah itu langsung turunan jurang dan masuk hutan, kalau ummi bilangnya nggak begitu setuju karena takut membahayakan kami.
Jadi pilihan ini kami skip juga.

4. Tanah di belakang UII
Akses? gampang, begitu keluar jalan langsung masuk kawasan UII. Dekat masjid? enggak. Luas tanah dan harga? murah. Lingkungan? lumayan.

Masalahnya apa? Jauh dari masjid dan jauh banget dari kampus +__+
Tapi bolehlah kalau buat investasi. Jadi ini masuk ke daftar listnya si ummi, mau dibikin pondok pesantren katanya o_o

Btw, tanah di belakang UII ini ada banyaak yang available. Kalau ada pasangan labil muda yang mau cari tanah di sana, boleh lho. Harga sekitar 350ribu per meter2 sampai 700an ribu per meter2. Atau yang mau invest untuk bikin kos-kosan dan sebagainya, boleh lah dicoba..

5. Tanah di daerah Merapi View
Semuanya cocok, kecuali harganya : mahaal. Harga per meter perseginya lebih dari 1juta, dan itu tanahnya harus dibeli semuanya (700meter2). Hmmm #garukgarukdompet

Kalo kata abah : "beli tanah di sana sih bagus, tapi habis itu bisa langsung miskin mendadak"
(ga sempet bikin rumahnya dongg o_o)

6. Dan berbagai jenis tanah lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena saking banyaknya dan kesemuanya tidak ada yang memenuhi kualifikasi.

Tadi seharian habis lihat-lihat tanah hasil rekomendasi orang-orang juga, dan sorenya serasa tepar banget deh habis ngecek tanah yang terakhir.. Dan akhirnya kami mengambil keputusan bersama : akan tinggal di ruko itu sampai kami menemukan tanah yang cocok, dan kami sepakat untuk memperbanyak doa supaya tanah di dekat SD IT Bias itu segera mau dijual ke kami. Ngotot banget ya? hahaa..

Di tengah kepasrahan luar biasa, malam ini saya onlen dan iseng ngetik di googlesearch : "jual beli tanah"

Dan keisengan saya berbuah terdamparnya saya di sebuah forum, yang pemiliknya itu sedang mengiklankan tanahnya. Di daerah Bantul (yang dekat kota), luas tanah 269 meterpersegi, dengan harga 340ribu per meterpersegi. Dan masih bisa dinego!

Huwaa alhamdulillah pucuk dicinta ulam pun tiba >___<

Langsung deh saya hubungi bapaknya, dan tanya-tanya, dan beliau menanggapi positif dan mengajak untuk melihat tanahnya itu secepatnya. Subhanallahh... Seneng luarbiasa rasanya... >__<

Saat postingan ini dibuat, saya baru habis janjian sama bapaknya, jadi pastinya belum ngecek ke sana.. Tunggu berita selanjutnya dari saya ya,, mohon doanya semoga tidak ada masalah yang berarti dengan tanah itu. aamiin aamiin aamiin.. #sujudsyukur

Akhirulkalam, sampai jumpa di kesempatan lain kali ^_^b


Monday, August 19, 2013

Setangkup Rindu dari Mesir --1

Hujan belum reda. 
Seorang gadis muda menatap rinai hujan yang mengalir turun seperti butiran salju. Ia menempelkan jari-jarinya ke kaca jendela di depannya, merasakan permukaannya dengan rintik-rintik kecil yang mulai mengaburkannya. Tetesannya terasa jatuh  satu-satu di jendela kantor. Dingin. Sudah beberapa hari ini kota diguyur hujan, makin lama makin menderas.

“Naya! Kamu ngapain di sana?”

Gadis yang bernama Naya itu menoleh kaget, sejurus kemudian ia tersenyum pada temannya dari balik tempat kerjanya. “Kerjaanmu sudah selesai, Kay? Kenapa belum pulang?”

“Kau nggak lihat kalau aku sedang membereskan barang-barangku untuk pulang?” Temannya tadi tertawa bingung. “Kamu juga segera bersiap lah, Nay. Cepat selesaikan kerjaanmu, sebelum hujannya semakin deras.”

Naya mengangguk dan berjalan menuju meja kerjanya. “Kenapa nggak berhenti juga ya?” tanyanya sambil lalu.

“Apanya?” temannya tadi menoleh ke arahnya. “Hujannya? Atau kerjaanmu?”

Naya terkekeh ringan. “Hujannya.”

“Hmm, nggak tahu juga, sedang musimnya mungkin, Nay.” Ia melanjutkan lagi kegiatan beberesnya. “Lagipula kenapa mendadak kamu jadi tertarik dengan urusan hujan ini sih, Nay? Bukannya biasanya kamu nggak suka hujan?”

“Nggak ada apa-apa,” ia mengedikkan bahu. “Cuma heran, kok dari kemarin hujannya nggak berhenti-berhenti. Justru tambah deras saja.” Seperti dalam mimpiku semalam.

“Sedang ada wanita suci menangis mungkin.”

Gadis itu melanjutkan kalimatnya ketika mendapati Naya menatapnya bingung. “Kata ibuku, hujan bisa saja menjadi penanda bahwa ada wanita berhati suci yang sedang menangis. Ketika dia menangis, maka langit juga akan menurunkan airnya. Entahlah, mungkin itu dongeng lama. Jadi ketika hujannya nggak berhenti seperti ini, anggap saja seperti tumpahan tangis perempuan. Entah perempuan mana dan siapa.”

Naya tercekat. Wanita berhati suci yang menangis. Apakah ada hubungannya dengan mimpinya semalam?

“Sudahlah Nay, segeralah bergegas. Jangan sampai pulang terlalu malam.”

Naya mengangguk dan melambaikan tangan pada temannya. Disusul dengan bunyi pintu tertutup di seberangnya.

Naya menatap pintu itu lamat-lamat, merenungkan banyak sekali hal.

***

“APA YANG KAMU LAKUKAN?” seorang perempuan berteriak kencang. Lengannya dicengkeram kuat lelaki berpakaian militer yang memaksanya harus ikut ke suatu tempat. “Lepaskan tanganku, Fathih! Kubilang lepaskan!” Perempuan tadi berteriak lagi, berusaha melepaskan diri. Tapi percuma, cengkeraman itu terlalu kuat untuk perempuan sepertinya.

“Sudah, kau ikut saja! Jangan banyak berkomentar!” Lelaki lain di belakangnya balas berteriak, mendorong punggung perempuan tadi dengan badan senjatanya. “Menurut saja, atau kau kutembak!”

Perempuan tadi mengerang keras. “Apa bedanya? Bukannya nanti aku tetap kau bunuh??” Ia meludah ke tanah. “Dasar laki-laki biadab! Pengkhianat! Kalian tidak tahu balasan seperti apa yang akan Allah berikan pada kalian?! Neraka Jahannam! Kau dengar tidak?? NERAKA—“

BUK!!

Sebuah bogem mentah melayang di kepalanya sebelum perempuan itu sempat meneruskan kalimatnya. Ia oleng dan terjatuh. Bersungut-sungut membersihkan luka yang mengucur di pelipisnya, bersiap melancarkan kalimat laknat lagi.

BUK!! Sebuah bogem melayang lagi. “Kamu yang biadab, dasar wanita jalang!”

“JOHN! HENTIKAN!” Fathih mendorong badan laki-laki yang sudah bersiap melayangkan sebuah pukulan lagi itu. “Hentikan, JOHN! Jangan di sini, terlalu banyak orang!” Fathih mendesis.

Laki-laki bernama John itu sedikit melangkah mundur. Menatap tajam Fathih. “Kenapa?? Bukannya kita juga biasanya begitu? Memberi pembalasan pada mereka di tengah taman lapang?? Kenapa tidak kita lakukan ini seperti biasanya saja?!”

“Kau tahu persis alasanku.” Fathih menatap sinis John sebelum mencengkeram lagi lengan perempuan tadi. “Dia punya massa yang banyak, John. Kita harus mencari tempat lain!”

John mendengus. “Dia tidak ada apa-apanya! Kau ingat, saat ini kita yang berkuasa! Bunuh saja dia di lapangan Rabiah Adawiya! Tembak saja di sana! Buat apa repot-repot?? Biar dia bergabung bersama bangkai teman-temannya itu! Biar kebusukan mereka semua terpampang nyata di taman lapang!”

“Cepat jalan!” Fathih berseru pada perempuan itu. Mengacuhkan celotehan kasar laki-laki tadi.

Perempuan itu berjalan terseok-seok, berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Kepalanya pening sekali karena bogem tadi. Sekujur tubuhnya serasa remuk rendam.

“Dasar pengkhianat.” Ia mendesis lirih.

“Apa?” Fathih menoleh, berusaha mendengar suara perempuan itu lebih jelas.

“Kamu,” perempuan itu mendongakkan kepalanya, menatap tajam Fathih dengan pandangan nanar, “pengkhianat. Kamu pengkhianat, Fathih. Hati-hati dengan tindakanmu ini. Kamu p-e-n-g-k-h-i-a-n-a-t!”

“Diamlah. Ini demi kebaikanmu.” Laki-laki itu kembali berbalik, semakin kencang menarik lengannya.

“Kebaikan??” Perempuan tadi memberontak lagi, berusaha melepaskan cengkeraman di lengannya. “Di mana rasa cinta pada Tuhanmu, Fathih? Kau berubah, Fathih! Sungguh berubah! Apa yang sudah mereka lakukan padamu??  Kemana rasa cinta itu, Fathih?? Kemana??”

“Dan kamu,” perempuan tadi menoleh ke laki-laki di belakangnya, menunjuk-nunjuk dengan tangannya yang bebas, “Kamu tunggu saja balasannya! Setelah ini kami tak akan tinggal diam! Ini bukan perang antara kamu dan aku, ini perang antara kamu dan Tuhanmu! Dasar pengkhianat biadab! Neraka balasannya! Kau dengar itu??! Neraka!! ALLAHU AKBAR!”

BUK!!

DOR! DOR! DOR!




Naya terbangun dengan terengah-engah. Napasnya naik turun. Keringatnya bercucuran. Lagi-lagi mimpi itu.

Ia memegang kepalanya yang sedikit berdenyut. Melirik jam di ruang tengah. 22:00. Sepertinya ia tidak sengaja ketiduran lagi, kecapaian setelah tadi siang seharian meliput berita di Jogjakarta.

Ia bangkit dari sofa, menuju kulkas, meraih sebotol air mineral dingin. Masih memegangi kepalanya. Ini mimpi kedua tentang wanita itu. Siapa dia? Kenapa dia muncul terus di mimpinya?


====penasaran? nantikan lanjutannya ya! ;)
untuk yang ingin memberi saran, atau tambahan, atau kisah/berita tambahan mengenai ini, silahkan posting di kolom komen :) arigatou




Saturday, August 17, 2013

My Mom dan Jilbabnya

Bismillahirrahmanirrahiim..


Postingan kali ini murni hanya curhat biasa ala Sasa, jadi untuk yang nggak berminat boleh skip dari postingan ini ^^


Sudah pernah baca postingan saya yang di sini? Di sana udah sedikit disinggung, kalau saya pakai jilbab memang semenjak kecil. Nah, kali ini saya mau curhat tentang proses berjilbab yang saya alami -- dan juga dialami ibunda saya.

Dulu, waktu kecil, saya pakai jilbabnya ngasal. Adanya apa. Yang penting berjilbab. Kebetulan waktu TK kan memang di TK ABA gitu jadi jilbab udah disediain sama sekolahan. Waktu SD juga begitu, jilbabnya standart jilbab anak-anak; jilbab cemplungan, pendek, ada talinya.

Memasuki SMP, awal-awal kelas satu masih pakai jilbab cemplungan yang pendek. Lalu tahun kedua mulai pakai jilbab paris (jilbab segiempat yang tipis itu) gara-gara terinspirasi sama jilbab seorang teman saya yang rapi. Waktu itu perempuan di angkatan saya (yang jumlahnya hampir 200 orang) yang berjilbab cuma ada dua orang; saya dan teman saya itu.

Waktu itu saya pernah iseng tanya sama ibunda saya yang sedang siap-siap mau berangkat operasi (ibunda saya dokter kandungan yang kece sekali, kapan-kapan saya tulis di postingan khusus ya),
"Bu, kok jilbabnya diikat di leher gitu? Nggak panas?"
Saya heran aja lihat jilbab dililit-lilit di leher, ngeliatinnya kan gerah.

Ibunda saya njawab, "Biar nggak ribet. Daripada ngganggu operasi."
Saya sih ngangguk-ngangguk aja, berhenti tanya, nanti keburu pasiennya yang marah-marah ke saya kan repot.

Lalu ketika masuk dunia SMA, saya baru tau tuh kalau pakai jilbab paris itu harus di dobel. Biar nggak transparan, katanya.

Ribet ya kesannya. Jadi saya mutusin pakai jilbab agak gedhenya ya pakai jilbab cemplungan aja, males ndobel-ndobel.
Lalu teman saya protes, "jilbab cemplungan kan kesannya nggak formal. Masa' acara resmi pakai jilbabnya kayak gitu?"

Wahh tersentil banget lah..
Akhirnya mulai latihan pakai jilbab paris yang di dobel. *dulu masih jarang banget bisa nemuin jilbab tebel macam jilbab Harifa yang saya jual ini :3

Suatu ketika, waktu siap-siap mau ada acara keluarga, saya masih ngelipat-lipat jilbab paris buat didobel. Ibunda saya masuk kamar, ngeliatin saya masang jilbab itu, lalu komentar, "Lha kalo jilbabannya lama banget kayak gitu, pasiennya ibu keburu meninggal semua dong!"

Jederr... Iya juga ya, haha..
Waktu itu saya nggak membenarkan atau menyalahkan, diem aja deh, belum tau mau komentar apa.

Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun terlewat,
Saya terus berdoa supaya suatu hari ibunda saya dapat hidayah atau petunjuk buat memanjangkan jilbab..

Sampai tibalah suatu hari dimana saya dilamar sama ikhwan yang sekarang jadi suami saya itu..
Seselesainya kunjungan ikhwan itu dan orangtuanya ke purworejo buat ta'arufan yang pertama kali,
ibunda saya komentar, "Umminya si Ibung itu jilbabannya kayak kamu ya? Emangnya bagus kalau kayak gitu po?"

Kebetulan ummi mertua saya kan memang kader inti di tarbiyah, bisa dibayangin lah ya..

Waktu itu saya senyum. Mencoba nanggepin dengan sedikit bercandaan,
"Iya dong, Bu, bagus kan? Ibu pasti cantik kalau pakai jilbabnya kayak itu tadi."

"Itu jilbabnya nggak perlu di dobel-dobel kayak kamu dulu itu?"

"Enggak dong, Bu, sekarang kan udah banyak yang jualan jilbab segiempat yang tebal."

Ibunda saya cuma manggut-manggut aja. Sedetik. Dua detik. Ibunda saya komentar lagi,
"Kalau gitu besok kamu ajarin ibu pakai jilbab kayak gitu ya!""

Hihihi happy bangett.. Alhamdulillah..


Akhirnya misi doa saya dari dulu-dulu itu kesampaian juga..

Kalau ditanya, apa perubahan besar yang terjadi karena pernikahan saya, ya salah satunya proses berjilbabnya ibunda saya yang tercinta itu.

Kemarin waktu malam idul fitri kan saya di rumah mertua, kami shalatnya di Lapangan Kadipiro. Waktu masih nungguin abah mertua yang menyelesaikan khutbahnya, saya sama ummi mertua sempat mengobrol tentang ini. Ummi bilang kalau seneng saya jadi menantu beliau, karena jadi bisa ngasih contoh ke adek-adek ipar saya. Dan saya akhirnya juga cerita tentang jilbab ibunda saya itu, saya seneng banget punya ummi mertua seperti beliau.

Sekarang bahkan nggak cuma jilbabnya saja yang tambah rapi dan syar'i, ibu pun sudah melengkapi busananya dengan kaos kaki. Walaupun mau operasi sekalipun.

Dan senangnya, pernikahan ini bukan hanya berpengaruh ke jilbab ibunda saya, tapi juga ke pemahaman ibu saya tentang da'wah di profesinya.. Subhanallah sekali pokoknya, luar biasa.

Boleh dibilang sifat wanita yang nggak pingin kalah yang awalnya bisa membuat perubahan besar di jilbab ibunda saya itu. Ibu saya sepertinya nggak mau saya lebih lengket ke ummi mertua, atau gimana, jadinya ibunda saya berusaha menyamai ummi mertua. hehee,, nggak tau juga ding.. ^^

Benar kata mbak murobbi saya dulu, "Kita memang pasti akan bahagia sekali dengan perubahan di keluarga kita yang mengarah ke kebaikan, jadi jangan pernah berhenti berda'wah kepada mereka sesibuk apapun kita. Karna mereka lah prioritas kita, mereka yang paling berhak mendapatkan da'wah dari kita, sebelum orang lain."

Subhanallaah... :")

Ah ya, tadi ada kejadian lucu lagi.
Kemarin waktu ibunda saya nelpon, saya kan sedang ikut aksi #SaveEgypt di nol kilometer itu, ibunda saya kelihatan keberatan. Beliau memang nggak pernah setuju kalau saya ikut aksi-aksi semacam itu. Berbahaya, katanya.

Lalu tadi waktu ditanyain tentang aksi kemarin, saya bilang, "Tau nggak, Bu, yang maju ke atas panggung dan orasi mewakili Salimah? Ummi lho! Ummi kemarin yang maju ke atas panggung, padahal yang lainnya ikhwan-ikhwan gitu. Ummi akhwat sendiri!"

Ibunda saya terdiam... Dan sedetik kemudian,, kami malah udah asyik mbahas tentang aksi itu.
Hihi,, saya jadi senyum-senyum mbayangin, gimana ya kalau besok-entah-kapan ibunda saya juga ikut turun buat aksi semacam itu?

Who knows kan? ^___^

Love you both so much, ibu dan ummi... :')

Smoga akan smakin banyak lagi perubahan baik untuk keluarga kami karena pernikahan ini ya..
Karena menikah itu bukan karena cinta, tapi untuk membangun ummat, membuat peradaban. :)

Sunday, August 11, 2013

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA

ba'da hamdalah..
Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Kenapa beda? Karena enam bulan lalu saya baru saja menikah, which means : new member, new family, new adaption, dan lain sebagainya.. Dan tentu saja : harus dijalani dengan new spirit :)

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Karna menikah tidak pernah tentang dua orang saja, tapi juga slalu tentang kedua belah pihak orangtua, kedua keluarga besar, bahkan dua macam tradisi dan kondisi yang beragam

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Karna dulu saya berfikir ritual idul fitri yang biasa saya jalankan setiap tahunnya itu sudah cukup melelahkan, tapi ternyata ada yang lebih menantang lagi : melaksanakan ritual idul fitri dengan dua keluarga besar sekaligus.

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Dengan satu trah dari ibu, dua trah dari bapak, dan dua trah dari mertua, benar-benar membuat kami merasakan idul fitri paling menantang : 19 jam silaturahim dalam sehari, dengan jam tidur hanya 4 jam sehari.

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Ketika mendadak kami merasa menjadi orang tersibuk sekeluarga.
Malam takbiran kami habiskan bersama keluarga suami. Besok paginya langsung ke rumah orangtua saya ba'da sholat, kemudian sowan muter ke keluarga eyang dari ibu.
Sorenya ke rumah keluarga suami, sowan muter keluarga eyang dari abah mertua.
Setelah itu ke rumah mertua untuk silaturahim dengan saudara lainnya, sampai jam 12 malam.
Tidur sampai shubuh.
Paginya mengulangi ritual yang sama : rumah keluarga saya-keluarga bapak saya-rumah mertua-keluarga mertua-trah keluarga bapak-dan selanjutnya.

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA
Lelah? Tentu saja iya. Tapi bukan lelah yang tiada makna.
Karna kami buktinya masih bisa memberi senyum lebar di tengah lelah ini.

Lelah ini untuk Allah, kami percaya itu.
Maka kami tidak lagi merasa harus mengeluh.
Kami mencoba menikmati ini, dengan setiap peluh yang menjadi saksi.

Idul Fitri tahun ini, Idul Fitri BEDA!
Dan kami sangat sangat menikmati itu semua. :)




Monday, August 5, 2013

Lulus Sekolah Ramadhan


Masyaa Allah,, nggak terasa hanya dalam hitungan hari saja Ramadhan akan segera meninggalkan kita,, dan Syawal akan segera menghampiri.. Sedih? Pasti.. Kapan lagi kita akan bertemu dengan bulan penuh berkah, yang bahkan tidur pun bisa mendapat pahala? :(

Nah, mumpung masih tersisa beberapa hari lagi, yuk kita cek sudah sejauh mana kita berprogres di bulan Suci ini.. :)

1. Kedatangan ke Masjid
Biasanya nih ya, orang-orang yang barusan masuk bulan Ramadhan pasti nggak ada yang mau menunda-nunda sholat. Nggak ada lagi deh adzan berkumandang kok masih bengong nggak jelas di rumah. Semuanya serempak-kompak memenuhi shaf-shaf di masjid, bahkan sebelum iqomat pun masjid sudah ramai sampai ke shaf terakhir. 


Nah, sayangnya, pemandangan ini hanya berlangsung di pekan-pekan awal Ramadhan. Sisanya? Cek diri sendiri yuk, "masih semangatkah aku mengisi shaf-shaf di masjid?" :)

2. Interaksi dengan Al Qur'an
Masih ingat dengan target awal di bulan Ramadhan? Ada yang menargetkan khatam beberapa kali, ada yang bersikukuh untuk menghafal sampai beberapa surat Al Qur'an. Nah, sudah hampir selesai nih Ramadhannya, sudah tercapai kah target-target kita itu? Jangan sampai justru sekarang semangatnya sedang loyo ya.. :)

Dalam Al-Quran Allah S.W.T berfirman:

Sesungguhnya telah datang kepada kau cahaya kebenaran (Nabi Muhammad s.a.w) dari Allah dan sebuah Kitab (Al-Quran) yang jelas nyata kebenarannya dengan itu Allah menunjukkan jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredhaanNya dan denganya Tuhan keluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang benderang dengan izinNya dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang betul dan harus.
(Surah Al-Maidah: 14 &15)
Nah, yuk buka lagi Al Qur'annya mumpung pahala masih berlipat-lipat ganda di bulan Suci ini! Mari ditambah lagi halamannya yang dibaca, banyakin lagi ayat-ayat yang dihafalkan, ;)

3. Tingkat Pengelolaan Emosi
Apa saja yang bisa mengurangi pahala ketika berpuasa? Marah? Gosip? Berbohong? Semuanya >,<
Hari-hari terakhir Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk melihat lagi segala peringai kita dalam bertutur kata.. Masih kah kita menjaga lidah dari kesia-sian? Sudahkah kita menjauhi perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri dan bahkan saudara kita? :"

                                       
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba itu berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan -baik atau buruknya-, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat.” (Muttafaq ‘alaih)
 

4. ZIS (Zakat-Infaq-Shodaqoh)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ramadhan biasanya membuat orang-orang jadi rajiin sekali ke masjid. Entah sholat fardhu, kajian rutin, pengajian masyarakat, buka puasa, sholat tarawih, atau bahkan menghidupkan sepuluh malam terakhir dengan i'tikaf. Semuanya di masjid. Dan hal itu mau-nggak-mau jadi mempersering interaksi orang-orang dengan kotak infaq.

Nah, sudah memasuki hari-hari terakhir Ramadhan dan sebentar lagi masuk bulan Syawal, masih ada kah sifat berbagi di diri kita? Masih semangatkah untuk menyisihkan sedikit rezeki kita untuk orang-orang yang nggak mampu? Yang lebih penting lagi : sudahkah kita membayarkan zakat fitrah? Jangan sampai kita keluar dari bulan Ramadhan dengan melupakan hak-hak orang yang kurang mampu ya.. :)


Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang beserta para sahabatnya,
lalu datanglah seorang laki-laki dan bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah Islam itu”?
Nabi menjawab,
"Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, dan engkau dirikan shalat wajib dan engkau tunaikan zakat yang difardhukan, dan engkau berpuasa di bulan Ramadhan." (HR Bukhari dan Muslim dari abu Hurairah).


5. Tingkat Kesabaran
Kita hampir sampai di penghujung target... Apa sih tujuan kita berpuasa tiga puluh hari? Untuk menahan hawa nafsu! Dari apa? Ya dari semua nafsu duniawi : makanan, emosi, syahwat, lisan, dan sebagainya.

Ketika kita berpuasa, yang biasanya bisa makan tiga kali sehari, sekarang makan cuma boleh dua kali, itu pun di pagi buta dan di senja ketika matahari tenggelam. Ketika kita berpuasa, yang biasanya Al Qur'an aja jarang dibuka, eeh seketika itu kita jadi manusia yang getol banget buka Al Qur'an. Yang biasanya sedikit-dikit nggosip, sekarang jadi menutup mulut rapat-rapat. Hehehe, iya kan? :)


Jadi sudah jelas di sini, tujuan akhir dari sekolah ramadhan ini adalah untuk membentuk pribadi muslim-muslim yang tawadhu' terhadap dunia, membentuk muslim yang berkualitas secara jasmani dan rohani.. Pertanyaannya, sudah sepertikah itukah kita sekarang? :""( Yuk, mumpung masih ada waktu, manfaatkan sebaik-baiknya, jangan sampai kita gagal mencapai tujuan-tujuan mulia itu ya! ;)

6. Istiqomah
Gimana? Sudah dicek belum amalan-amalan di atas? Sudah terpenuhi semua kah? Kalau jawabannya "iya" berarti kalian dinyatakan "LULUS" dari sekolah Ramadhan! Selamaaatt... :D

Langkah selanjutnya apa dong? Tentu aja : is-ti-qo-mah!

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”,
kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)


Jadikanlah ramadhan sebagai medrasah pembentuk karakter dan mental takwa..
Sungguh, Ia adalah training tahunan yang takkan tergantikan,
dan takkan kita dapatkan di bulan selainnya..

Tempaan tiga puluh hari dalam nuansa ibadah dan ruhiyah adalah sesuatu yang mahal harganya,
dan hanya akan kembali lagi setelah sebelas bulan perpisahan..

Ramadhan adalah pelatihan tahunan yang bertujuan menghasilkan muslim yang berbeda,
berbeda secara jasmani apalagi secara ruhani..

...Oleh karena itu setiap ramadhan harus lebih baik dari ramadhan sebelumnya..

Wahai jiwa yang ditempa oleh amaliyah ramadhan,
bukankah seharusnya lebih ringan kita melangkah di bulan lainnya,
karena jiwa dan fisik ini telah tertempa sedemikian rupa di sepanjang bulan mulia ini?

Ini saatnya kita sebenar-benar membersihkan hati bukan?
Just two days left... :"(

Semangat bermuhasabah kawans,, selamat menyambut bulan Syawal dengan jiwa dan hati yang bersih dari segala noda.. Smoga kita semua beruntung menjadi hambaNya yang meninggalkan Ramadhan dengan mengantongi ampunan dari Allah.. aamiin.. :")

*artikel ini didedikasikan untuk lomba artikel Ramadhan, sumber gambar: www.komikmuslimah.blogspot.com

(update) Alhamdulillah artikel ini dapat award dari penyelenggara lomba artikel Ramadhan ^_^