Pages

Monday, October 27, 2014

How I met my passion---at Medical Faculty

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah sedang berada di blok elektif yang sedikit "selo" dan membuat saya bisa bermain-main lagi dengan blog ini. Seperti yang kita tahu, blok elektif di fakultas kedokteran setiap universitas pasti berbeda, dan di kampus saya kami mempunyai 4 pilihan topik untuk tiap blok elektif: professional/research exchange program, komplementer, PBKM, dan manajemen rumah sakit.  Dan alhamdulillahnya, saya lolos seleksi untuk ikut yang professional exchange (yang mana sudah saya lakukan ketika libur ba'da lebaran kemarin) sehingga hampir 2 bulan ini kerjaan saya luntang-luntung saja di kampus.

Kalau ada yang tanya, kenapa saya memilih program exchange....saya akan jawab, yah itu karna sesuai dengan passion saya, dimana saya orangnya sangat suka menjelajah negara lain dan berkenalan dengan banyak orang baru. Dan kalau ada yang bertanya kenapa saya memilih departemen Obsgyn untuk program exchange saya.......well, saya akan jawab, saya sedang mencoba menemukan passion saya dengan cara ini.

Saya pernah menemukan sebuah kutipan yang sangat menarik;

“Passion.
It lies in all of us. Sleeping... waiting... and though unwanted, unbidden, it will stir...
open its jaws and howl. It speaks to us... guides us.
Passion rules us all. And we obey.
What other choice do we have?
Passion is the source of our finest moments.
The joy of love... the clarity of hatred... the ecstasy of grief.
It hurts sometimes more than we can bear.
If we could live without passion, maybe we'd know some kind of peace. But we would be hollow. Empty rooms, shuttered and dank. Without passion, we'd be truly dead.” 
― Joss Whedon

Yap, hidup adalah tentang passion. Hidup tanpa passion tentu saja ibarat mobil tanpa bahan bakar, maka dia tidak akan bisa pergi jauh apalagi harus melalui tanjakan.

Berbicara mengenai passion membuat saya ingin sedikit flashback ke masa-masa dimana saya masih mencari apa itu arti kata "passion".
Dulu sewaktu saya masih kecil dan ditanya mau jadi apa, jawaban saya simpel : dokter. Bukan karna ingin menolong sesama atau serentetan alasan mulia yang lain, tetapi murni karna hari-hari saya akrab dengan seseorang yang berprofesi tersebut : ibunda saya.

Semakin besar, ketika duduk di bangku SMP, ternyata saya menyadari bahwa sepertinya saya tidak akan cocok dengan pekerjaan tersebut. Karena saya sangat tidak menyukai pelajaran hafalan. Bahkan untuk menutupi kekurangan tersebut saya berusaha menjadi yang paling menonjol di bidang pelajaran lain yaitu matematika, hingga akhirnya menjadikan saya langganan sekolah untuk diikutkan ke olimpiade matematika. Ya, dengan penuh ke-sok-tahuan saat itu saya berkata, "saya tidak akan menjadi dokter, saya tidak punya passion di pekerjaan tersebut."

Beranjak ke bangku SMA, pikiran saya tersebut semakin menjadi. Huff, ternyata saya memang tidak berbakat di bidang hafalan. Seriously, saya benar-benar heran bagaimana orang bisa dengan sukarelanya menghafal teks-teks penuh teori seperti itu. Menyadari kekrisisan saya di bidang biologi dan segala jenis temannya, dengan berbekal nekat saya mendatangi orangtua saya dan berkata, "saya ingin mengambil jurusan lain, saya tidak mempunya passion di bidang kedokteran." Dan yang yah- tentu saja permohonan saya tersebut ditolak.

Hasil akhir diskusi (?) adalah saya harus tetap mengambil jurusan kedokteran, tidak peduli dimanapun universitasnya. Dan seperti postingan saya sebelumnya, saya memang tidak pernah bisa menolak keinginan orangtua, apalagi jika hal tersebut merupakan "perintah tersembunyi" dari ibunda saya.

Akhirnya masuklah saya di fakultas kedokteran dengan segala carut marut di dalam hati dan pikiran.
Belum lagi ketika semua orang di luar sana bertanya saya ingin jadi apa, well -as you can see, I'm here, I'm a medical student so I will become a doctor. Dan ketika pertanyaan berkembang menjadi: ingin menjadi dokter spesialis apa, saya dengan mengangguk mantap akan berkata : obsgyn. Sayangnya ucapan-ucapan yang sering saya lontarkan tersebut bukan karna saya memang sudah mantap, tetapi semata karna saya ingin meyakinkan diri sendiri.

Betul kata bang Tere Liye yang pernah membuat quote, "semakin seseorang mengungkapkan cintanya, jangan-jangan dia sebenernya tidak secinta itu. Jangan-jangan dia hanya ingin meyakinkan diri sendiri, bahwa dia cinta, padahal sebenarnya tidak." Ya, saya membenarkan hal tersebut, karna secara nggak sadar saya sudah melakukannya.

Hingga akhirnya saya memaksa diri untuk secepatnya menyelesaikan skripsi karna saya nggak tahu apalagi yang harus saya lakukan di sini. Saya hanya ingin secepatnya selesai kuliah, menyelesaikan koas, mendapat gelar tersebut dan done, kewajiban saya terhadap orangtua lunas sudah. Setidaknya ketika saya benar-benar tidak suka dengan fakultas pilihan orangtua saya ini, saya tetap harus menyelesaikannya dengan bertanggungjawab.

Menyedihkan memang.

Sampai akhirnya pengumuman pendaftaran exchange itu dibuka. Maybe this is my last chance, pikir saya saat itu, sebelum saya benar-benar memulai hidup saya di koas setidaknya saya ingin tahu bagaimana sih rasanya kerja beneran di rumah sakit. Dan tentu saja saya mengambil departemen obsgyn, spesialisasi dimana saya harus menggantikan ibunda saya besok.

Oke, bermodal ijin dari suami, akhirnya saya ikuti juga itu rangkaian seleksi professional exchange. Yang qodarullah nya saya diterima, dan mendapat departemen sesuai yang saya apply-kan.

Singkat cerita, sampailah saya di Tunisia, bersama 20an mahasiswa kedokteran lain dari berbagai negara. Dari kesemua mahasiswa tersebut, ada 1 orang yang kebetulan mengambil departemen yang sama dengan saya, dan dia perempuan, dari Rumania. Di hari pertama kami (sebelum kami melihat seperti apa departemen obsgyn disana), teman saya itu mendadak bercerita bahwa dia memang ingin menjadi dokter obsgyn, tetapi ibunya yang seorang dokter mata tidak mengizinkan karena pekerjaan dokter obsgyn adalah pekerjaan yang "kotor". Dan teman saya disuruh memilih spesialisasi yang lebih "bersih" atau lebih "feminin".

Di akhir ceritanya dia menambahkan, "tetapi ibu saya mengizinkan saya ikut exchange dan mengambil departemen ini, dia bilang saya pasti akan ilfeel dan nggak akan mengambil spesialis ini lagi kalau sudah tahu bagaimana kehidupan dokter obsgyn itu."

Memang ya, doa ibu itu seperti kehendaknya Tuhan. Masih di minggu pertama kerja, ternyata teman saya itu benar-benar sudah ilfeel dengan departemen obsgyn. Capek, katanya, dan cuma ada kotor dimana-mana. "Saya beneran nggak akan mengambil obsgyn untuk spesialisasi, bahkan saya nggak akan mau melahirkan kalau harus mengalami semua proses menyakitkan itu," tambahnya sebagai penutup yang dramatis.

Jika teman saya menemukan ke-ilfeel-annya disana, yang terjadi pada saya justru sebaliknya.
Disanalah akhirnya Allah membukakan mata saya terhadap jalan ini -setelah untaian doa panjang ibunda saya yang mungkin tak berhenti setiap malamnya.

Ya, ternyata saya suka bekerja di rumah sakit. Ternyata saya betah berlama-lama di rumah sakit. Dan yang mengejutkan saya, ternyata saya benar-benar menjadi jatuh cinta dengan dunia obsgyn, dengan semua jeritan-jeritan pasien ketika melahirkan, dengan penuhnya jadwal operasi dan jadwal jaga, juga dengan semua pengorbanan jam tidur untuk harus standby di rumah sakit.

Saat itu saya seperti menemukan sebuah passion yang selama ini terpendam berjuta meter didalam hati saya, yang membuat saya sadar, bahwa ternyata passion itu bukan suatu "bawaan" yang memang sudah terlihat dari diri kita, tetapi sesuatu yang harus dicari dan diusahakan seperti jodoh. Dan setelah kegabutan saya bertahun-tahun kuliah di kedokteran, akhirnya saya bisa juga menemukan satu alasan untuk tetap bertahan di profesi ini. Saya akan bertahan disini untuk bisa mengambil spesialisasi obsgyn dan saya akan melanjutkan lagi semua proses ini hingga saya bisa meraih tujuan saya tersebut.

Well, menyedihkan memang karena saya baru menemukan passion tersebut ketika sudah menyelesaikan study bertahun-tahun, tetapi prinsip praktis saya, it's always better to late than never.

Karena kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sekali orang di luar sana yang nggak tahu passion-nya apa dalam hidup ini. Yang mereka tahu hanyalah melakukan pekerjaannya sehari-hari, membuat mereka menjadi orang yang sensitif dan mudah sekali stress, karna selalu terkepung kebosanan dan tenggelam dalam rutinitas aktivitas sehari-harinya tersebut.

Sejumlah pihak ngotot berkata bahwa, "saya sudah mengerjakan yang terbaik dan memaksimalkan potensi yang dimiliki." Dan ketika disinggung tentang passion justru berkata, "ah apa itu passion, tidak perlu."

Padahal, jika kita sudah tahu passion apa yang kita miliki, kita akan lebih mudah menjalani serangkaian aktivitas apapun dan dengan mudahnya bisa meraih kesuksesan di bidang yang kita geluti. 

Lalu bagaimana cara kita mengetahui kalau kita sudah menemukan passion kita? Saya mengutip sebuah artikel dari Kompasiana yang menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 kriteria yang bisa menjadi patokan kita: (1). Selalu semangat mengerjakannya meskipun sulit, (2). Selalu mencari jalan keluar pemecahannya, (3). Dalam proses pencapaiannya keuntungan materi (uang) bukan menjadi tujuan utama tapi sekunder; kecuali passionnya adalah mencari uang.

Untuk yang sudah menemukan passionnya, saya ucapkan selamat. Anda benar-benar sudah berada di jalan yang benar. :")

Dan untuk yang belum menemukannya, saya nggak pernah memaksa teman-teman untuk segera mencari passionnya, tetapi paling tidak, cobalah untuk mengusahakannya. Memang, banyak orang yang mengatakan, "jika ingin berhasil dalam hidup, kita perlu untuk menjalani hidup sesuai passion kita, in other word, we have to do what we love." tapi bagi saya, kita masih bisa kok mengusahakan passion tersebut, dengan cara "we have to love what we do".

Don't do what we love,
But LOVE what we do
is the way to do a great work
but
DO what we love,
and LOVE what we do
is the perfect one.

Apa saja yang sudah ada di tangan kita, atau ada di depan mata kita, ya ayok dimaksimalkan. Dikerjakan semaksimal mungkin. Dicari-cari alasan untuk menjadikannya sebuah passion kita. Hingga kita bisa berkata pada diri sendiri, "Yeah, I know I did the right thing!!".

Akhir kata, yuk temukan passion kita dengan mulai melihat didalam diri sendiri apa yang sangat ingin kita wujudkan. Yang harus kita sadari, bahwa passion bukanlah suatu tujuan. Passion bisa jadi merupakan sebuah proses pencapaian. Oleh karena itu, alasan apapun yang membuat kita bertahan untuk terus berjuang bisa saja adalah passion kita, karena passion nggak mengenal kata lelah maupun menyerah.

Mari kita ciptakan prestasi terbaik dengan passion yang luar biasa. :)

foto semasa kuliah yang masih bisa dikumpulkan... yang lain entah sudah tercecer dimana saja :""

Friday, July 25, 2014

Hidup adalah Kesempatan Membuat Pilihan

bismillahirrahmaanirrahim...
alhamdulillah,, akhirnya menyentuh blog ini lagi... :)

Tulisan kali ini ingin saya dedikasikan untuk semua orang yang sedang berjuang dengan takdirnya masing-masing..

Takdir, sesuai pelajaran yang saya dapat dari SD, terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq. Takdir mubram adalah takdir yang nggak bisa diubah, sifatnya absolut, contohnya pergerakan matahari dan bulan, bernafasnya manusia dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, dan sebagainya. Sedangkan takdir mu’allaq adalah takdir yang bisa diubah, sifatnya relatif, contohnya kekayaan, kecerdasan, dan lain-lain.

Sayangnya, terkadang nggak semua yang kita inginkan bisa kita peroleh, karna bisa jadi nggak semua ujung dari ikhtiar seperti yang kita rencanakan di awal.. Seperti misalnya ketika kita merangkai hidup 1+1 kemudian angka 2 yang diharapkan terjadi namun tidak selamannya seperti itu, karena pada akhirnya takdir Allah lah yang akan terjadi..

Saya masih sangat ingat bagaimana takdir-takdir Allah dulu membentuk saya..
Seperti ketika dulu saya menginginkan untuk melanjutkan sekolah di SMA 3 Padmandaba, qodarullah ternyata orangtua lebih menghendaki saya di SMA 1 Teladan. dan ketika kehendak Allah ternyata sejalan dengan keinginan orangtua, maka terjadilah...

Akhirnya saya bersekolah di tempat yang ketika awal-awal tahun pertama ada kakak kelas yang menegur saya karena kaos kakinya kelupaan, atau karena jilbabnya kurang panjang, dan lain sebagainya.

Meskipun pada akhirnya saya sadar, ternyata Allah menaruh saya di tempat itu dengan berbagai macam kebaikan yang Ia siapkan... karena di tempat itulah akhirnya saya menemukan "diri saya yang lain", yang kemudian bisa berhijrah dari saya yang dulu.

Lagi, sebuah takdir Allah ternyata juga telah menunggu saya ketika lulus...
Dulu, saya nggak pernah membayangkan bahwa akan terdampar di sebuah universitas swasta. sama sekali nggak pernah..

Saya sudah merasa melakukan yang terbaik menurut saya, tapi ternyata menurut Allah itu belum..

Rasanya tentu saja campur aduk.. ketika menyadari semua yang saya perjuangkan di SMA untuk mendapatkan perguruan tinggi keinginan saya ternyata tidak dikabulkan oleh Allah..

Sudah berkali-kali saya mencoba mengikhlaskan dan menjalani apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah dengan lapang dada, tapi ternyata pelajaran ikhlas memang nggak semudah ketika hanya diucapkan.

Banyak sekali hal yang sangat berbeda ketika saya berpindah dari sekolah saya dulu ke tempat saya belajar sekarang. Mulai dari iklimnya, peraturan-peraturannya, teman-temannya, sampai adat budayanya. Dan salah satu yang paling membuat saya tersiksa adalah justru ketika saya sedang berkompetisi dengan membawa nama perguruan tinggi saya.

Dulu saya senang sekali ikut lomba. Dengan jas almamater kebanggaan, ditemani banyak teman-teman dari satu sekolah, rasanya seperti sudah siap menghadapi siapapun jurinya dan apapun kemungkinannya. Dulu saya semangat ikut lomba karena banyak teman-teman yang juga mengejar hal yang sama, bercita-cita yang sama. Bahkan dulu senang sekali kalau mendapat juara karena sekolah saya sangat mengapresiasi hal tersebut.

Berbeda sekali ketika saya di perkuliahan. Dimana sedikit sekali yang memang murni mencintai penelitian. Sedikit yang punya passion ke arah penelitian. Sedikit yang mau berjuang mengikuti lomba-lomba.

Saya masih ingat sekali ketika saya semester 2 dan saya berkesempatan menjadi finalis PIMNAS. Waktu itu terasa sekali bedanya. Yang biasanya bangga karena ada teman banyak dan membawa nama almamater kebanggaan, sekarang terganti dengan mirisnya perasaan karena hanya minoritas di antara sekian banyak. Ketika dulu bisa dengan bangga membuat yel-yel sendiri, sekarang harus menekan hati sendiri karena hanya bisa menjadi penonton para mayoritas, sedangkan saya sekarang di pihak minoritas.

Tempat dimana untuk berdakwah saja harus berhadapan dengan para petinggi kampus, harus sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya harus merelakan satu dua mad'u yang lepas karena tidak bisa terpegang dengan baik di dakwah kampus ini..

Belum lagi ketika berada di antara saudara-saudara saya yang menganut paham universitas negeri, kadang saya benar-benar merasa ingin menghilang ketika sudah membicarakan tentang almamater universitas..

Apakah kemudian saya menjadi tidak ikhlas?
Dulu saya akan mengatakan iya, saya tidak ikhlas. Sangat tidak ikhlas.
Tapi itu dulu.
Sebelum akhirnya sebuah pendewasaan menyadarkan saya ketika sudah mencoba menata hati di tahun kedua. Iya, saya butuh 2 tahun untuk bisa menata hati...

Selama beberapa waktu akhirnya saya mencoba berbicara dengan diri saya sendiri, hati ke hati..
Apa yang sebenarnya saya inginkan? Apa yang orangtua harapkan? Apa yang Allah kehendaki? Apa yang ummat butuhkan?

Dan saya tersadar, ketidak ikhlasan saya tidak akan berbuah hal yang manis...

Saya bisa saja meneruskan ketidak ikhlasan saya tersebut, tapi lalu apa yang bisa berubah? Toh Allah tetap menghendaki saya di sana... Dan ketika saya terus menerus mereject kehendak Allah, apa kemudian saya bisa mewujudkan harapan orangtua saya dengan maksimal? Jika untuk diri sendiri saja saya masih belum bisa menata hati, apa yang bisa saya berikan untuk ummat?

Akhirnya saya sadar... hidup hanyalah kesempatan membuat pilihan... segalanya digulirkan dan digilirkan. Apapun yang kita pilih nantinya, ujungnya adalah tanggung jawab. Dan memikul tanggung jawab, apapun itu, pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.. 

Masih terngiang di telinga saya kalimat “Man purpose, ALLAH dispose”..
Bahwa hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar,, dan ujung dari ikhtiar ini bukan manusia yang menyelesaikan... Manusia berikhtiar, Allah yang akan menyelesaikan.

Ketika semua dinilai dari sebuah niat, niat yang mulia maupun tidak mulia, maka akan selalu ada dua kemungkinan yang terjadi diujung ikhtiar : apakah hasil yang akan terjadi itu sesuai dengan rencana kita atau sebaliknya, inilah ruang kuasa Allah.

Iya, ada ruang yang mesti saya sadari, ruang di mana setiap ikhitiar tak dapat saya ketahui ujungnya, ruang yang benar-benar sangat gelap bagi saya.

Ruang itu adalah kehendak Allah…

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki
dan menetapkan apa yang Dia kehendaki(QS. Ar–Rad : 39)

Dan betul bahwa saya hanya hamba. Apa yang terjadi pada seorang hamba tak luput dari kehendak Allah.

Yang perlu saya pahami di dalam setiap kehendak Allah yang bernama takdir adalah bukan hanya Allah sedang menunjukan betapa maha berkehendaknya Dia, tapi juga betapa Allah mengetahui segala galanya, bahkan yang menurut saya gelap dan misteri, Allah mengetahui itu, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi semua dalam genggaman Allah..

Untuk itulah Allah memilihkan takdir terbaik karena Dia bukan hanya berkendak tapi Maha Tau,
sedang saya? :)

Saya adalah milik Allah.. dan saya percaya bahwa setiap pemilik akan memelihara apa yang dimilikinya dengan kasih sayang, apapun itu, jadi apapun yang terjadi saat ini karena Allah menyayangi saya..

Mungkin saat ini saya melihat takdir seperti luka yang perih menyayat hati, namun taukah saya bahwa esok ini akan menjadi sesuatu yang saya syukuri, sesuatu yang akan mendekatkan diri saya kepada Allah? Lalu masihkah saya marah atas takdir kali ini ketika saya tahu bahwa ini terjadi karena kasih sayangNya?

Dan alhamdullillah... setelah saya benar-benar mengikhlaskan hati, justru banyak sekali hal baik yang terjadi.. hal-hal yang dulu saya anggap sebagai kesulitan, sekarang bisa saya pandang sebagai peluang. Seperti peluang kebaikan untuk mengajak yang lain ikut lomba, peluang dakwah untuk kemudian bisa menaklukkan para petinggi, peluang memaksimalkan potensi diri agar ketika lomba tidak kalah dengan universitas lain, peluang menyemangati diri sendiri untuk cepat lulus, peluang mencari uang dengan mengajar untuk menutupi biaya-biaya kuliah yang belum tercover, dan peluang-peluang lain yang mungkin tidak akan saya dapatkan jika Allah tidak menakdirkan saya disini..

Hidup memang hitam putih,, berliku dan kadang harus memasuki lorong gelap sendiri, namun semua karena kasih sayang Allah..

Ketika kemudian takdir Allah tak dapat dipahami, maka kembalikanlah kepadaNya, sebab memang ada ruang gelap yang dengan ilmu kita akan sulit kita pahami, namun tak sulit untuk direnungi..

Ya, di ruang inilah sekarang saya menyandarkan segala pengharapan saya.. Di ruang inilah energi tawakal saya letakan, dan kepasrahan saya labuhkan.. Hingga akhirnya saya akan mengerti bahwa takdir Allah adalah sebentuk cintaNya kepada saya…

Yang perlu kita lakukan hanyalah memenuhi hidup dengan berbaik sangka kepada Allah, dan tidak membiarkan ruang sekecil apapun dalam diri ini untuk berburuk sangka padaNya..

Karna dengan berbaik sangka kepada Allah maka musibah akan terubah menjadi anugrah, kesedihan menjadi kegembiraan. Dan ujian, kehilangan, luka yang terjadi akan berubah dalam sesaat menjadi kekuatan hidup yang kian membuat kita lebih bijaksana dan tenang..

Semoga kita semua benar-benar bisa mengambil makna dari setiap kejadian, dan meletakkan ikhlas di ujung takdir Allah..
Allahumma aamiin..


*untuk ikhwah seperjuangan yang sedang menghadapi takdir Allah saat ini, semoga kita tetap dikuatkan untuk berdiri di jalanNya... karena menang dan kalah itu bukan hanya yang terlihat di manusia, tetapi apa yang dipandang oleh Allah...

ketika keinginan kita tidak sesuai dengan takdir Allah, percaya,
Allah sedang mempersiapkan skenario terindah untuk kita di masa depan... :')

Friday, March 7, 2014

Jabat Tangan Non-Mahram = Etika Profesionalisme??

bismillaahirrahmaanirrahiim..

Alhamdulillah... bisa diberi kesempatan untuk mengisi blog ini lagi... :")
Nggak nyangka ternyata saya bisa nganggurin ini blog selama satu bulan penuh...
huhu.. maapkeun daku ya blogku.... #tepuktepuklaptop

Kebetulan saya ingin berbagi cerita ke teman-teman semua... semoga bisa diambil pelajarannya.. :)

Belum lama ini (maksudnya sih masih beberapa jam yang lalu), kelas saya lagi-lagi kedatangan dokter tamu dari Jerman. dan lagi-lagi dari Univ Munchen. dan lagi-lagi dari bidang cardiovaskuler.

Kuliah umum berlangsung seperti biasanya ya, walaupun perbedaannya tentu saja kelihatan karena ada dokter obsgin yang menjadi MC kuliah, lalu dokter lain menjadi operator, dan dokter-dokter lain (yang merupakan murid sang prof tamu ini) berderet duduk di bangku paling depan. mendadak merasa udah jadi dokter beneran, karena kuliah bareng mereka yang sudah berstatus dokter.

Seselesainya kuliah dan tanya jawab, dan sang prof hendak meninggalkan ruang kelas, salah seorang dokter (murid sang prof itu) memanggil saya ke depan dan memaksa saya untuk berkenalan dengan prof tersebut. Perbincangan dilanjutkan di luar ruangan, dokter yang memanggil saya tadi (yang merupakan pendiri lembaga ilmiah yang ada di fakultas saya) memperkenalkan saya ke beliau sebagai ketua yang sekarang menjabat, dan uborampe karya-karya saya yang lainnya.

Sampai di bagian ini saya tidak ada masalah sebenarnya..

Tapi yang nggak saya sangka, ketika prof tadi justru antusias sekali, dan kemudian tersenyum lebar dan menanyakan nama lengkap saya, sembari menjulurkan tangannya.

Dan saya..... kaget.... o_o
Detik itu juga saya refleks langsung melangkah mundur, dan menangkupkan kedua tangan di depan.
Saya lupa. Saking seringnya berada di kawasan yang mayoritass muslim, saya lupa dengan kebiasaan ataupun penyikapan terhadap orang di luar.

Melihat saya yang mundur dan bersikap seperti itu, tampaknya jadi membuat sang prof tersebut (dan juga dokter-dokter yang menjadi murid beliau itu) menjadi kaget.

Dan mendadak suasana hening seperti di film-film slow motion.... 
~_~

Saat suasana sedikit ternetralisir, prof tersebut akhirnya bertanya (kurang lebih), "Anda tidak mau berjabat tangan dengan saya??"
Saya sedikit gelagapan menjawab, "Errr, maaf, saya tidak mau, Prof."
Sang prof berdecak lagi, "Tidak mau atau tidak boleh?"
Saya malah bingung, "Emmm... Tidak mau,, dan tidak boleh, Prof. Tidak dibolehkan oleh Allah."
Sang prof tertawa kecil, lalu bertanya ke dokter yang tadi mengajak saya, "Ini, ini aliran apa ini?"

Jdeeerr.... speechless saya... T----T

Untungnya sang dokter menjawab, "ya aliran Islam, Prof." walaupun sang dokter juga menjawab dengan kelihatan bingung dan dengan wajah datar.
Sang prof tersenyum sebentar (atau sinis?) ke saya, dan bilang, "Saya pelajari dulu ya tulisan-tulisan anda. Nanti kita bisa janjian lagi."
Daaan sang prof pergi. menghilang. whuussssh. makcliing. meninggalkan saya yang masih nggak tau saya harus merespon dan menjawab bagaimana. ~___~

Rasanya..... seperti sudah diangkat ke langit ke tujuh lalu dihempaskan ke bumi. -.-.-.-.-.-""

Belum hilang speechless saya, mendadak seorang dokter menawarkan sebuah waktu untuk janjian dan berdiskusi, dengan prof tersebut juga. Masalahnya, dokter tersebut juga laki-laki. =_=
Dan saya terdiam lagi. Kemudian mengutarakan segepok alasan.

Hingga akhirnya sang dokter berkata, "kamu boleh ajak temenmu, atau siapa lagi, kalau memang yang kamu khawatirkan adalah khalwat. Nanti tempat dan waktu bisa dikomunikasikan lagi. Ini semua kan juga demi masa depan."

Dan kemudian sang dokter memasang wajah super datar dan segera menyusul sang prof yang pergi entah kemana....
.
.
.
Bingung ya? Sama.... Seperti ingin berteriak, apaa salah sayaaa.... ~_~
Dulu, waktu SMA, mungkin pernah ada yang tau tentang cerita saya...
Yang ketika saya akan berangkat untuk lomba penelitian di Russia, dan beberapa bulan menjalani pembinaan di Bandung...
Waktu itu kasusnya juga hampir serupa ya...
Mengenai jabat tangan.

Pembicara di pembinaan ketika itu mengajak saya berjabat tangan, dan saya menolak dengan keras.
Dan dibalas, "berjabat tangan itu salah satu bentuk profesionalitasan anda. Anda kalau mau go internasional, apalagi ketika sudah sampai di Russia besok, mau tidak mau harus bersikap profesional. Nggak bisa kalau masih membawa-bawa ajaran lama yang terlalu membatasi itu."

Respon saya dalam hati dan dengan gaya gaulnya anak SMA, "hellooo... Rasulullah itu profesional kok, tapi buktinya beliau nggak sembarangan aja menjadikan hal itu sebagai alasan untuk jabat sana jabat sini. Rasulullah itu sukses kok dalam skala setara internasional, tapi toh beliau nggak kemudian melonggarkan batasan-batasan Allah dalam nama profesionalitas."

Respon saya dalam tutur kata penuh formalitas, "maaf, tapi ini idealisme saya. sudah aturan di agama saya."

Dan seperti kejadian sore tadi, hal yang terjadi kemudian ya hening.
hening. hening everywhere.

Memang ya, ribet banget kayaknya. Padahal sebenernya jawabannya simpel lho..
Dari hadits Ma’qil bin Yasar radhyiallahu ‘anhu :

لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. 
(HR. Ar-Ruyany dalam Musnadnya no.1282, Ath-Thobrany 20/no. 486-487 dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 226)

Jadi sebenernya jabat tangan itu boleh atau enggak....?
Boleeeh koookk.... tapi ya itu..... nanti kepalanya ditusuuk pake jarum besi.....

Dan dari banyaak riwayat, disebutkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘alahi wasallam bersabda :

إِنِّيْ لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ
yang artinya : “Sesungguhnya aku tidak pernah berjabat tangan dengan wanita”.

(HR. Malik no. 1775, Ahmad 6/357, Ishaq Ibnu Rahaway dalam Musnadnya 4/90, ‘Abdurrozzaq no. 9826, Ath-Thoyalisy no. 1621, Ibnu Majah no. 2874, An-Nasa`i 7/149, Ad-Daraquthny 4/146-147, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 4553, Al-Baihaqy 8/148, Ath-Thobary dalam Tafsirnya 28/79, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad wal Matsany no. 3340-3341, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thobaqot 8/5-6, Ath-Thobarany 24/no. 470,472,473 dan Al-Khollal dalam As-Sunnah no. 45. Dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Fathul Bary 12/204, dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 529 dan Syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fii Ash-Shohihain. Dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Asma` binti Yazid diriwayatkan oleh Ahmad 6/454,479, Ishaq Ibnu Rahawaih 4/182-183, Ath-Thobarany 24/no. 417,456,459 dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam At-Tamhid 12/244. Dan di dalam sanadnya ada rawi yang bernama Syahr bin Hausyab dan ia lemah dari sisi hafalannya namun bagus dipakai sebagai pendukung.)

Kurang apa tuh sanadnya....

Dari sebuah sumber juga,, Ibnu Muflih dalam Al-Furu’ mengatakan:
“Diperbolehkan berjabat tangan antara wanita dengan wanita, laki-laki dengan laki-laki, laki-laki tua dengan wanita terhormat yang umurnya tidak muda lagi, karena jika masih muda diharamkan untuk menyentuhnya”. Hal ini disebutkan dalam kitab Al-Fusul dan Ar-Ri’ayah.

*betewe saya sih masih merasa muda yaa... >__

Beliau juga bercerita dalam kitab Kasyful Qina’ :
“Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya mengenai seorang laki-laki yang berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya, maka beliau menjawab, “Tidak boleh!”. Karena ingin mendapat penjelasan lebih, maka aku bertanya: “Bagaimana jika berjabat tangannya dengan menggunakan kain?”. Abu Abdillah pun mengatakan : “Tidak boleh!”. Laki-laki yang lain ikut bertanya: “walaupun ia mempunyai hubungan kerabat? Abu Abdillah (Imam Ahmad) juga mengatakan, “Tidak boleh!” Kemudian Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika ia adalah anaknya sendiri?”. Maka Abu Abdillah menjawab: “jika yang ia jabat tangani adalah anaknya, maka hal ini tidaklah mengapa”.

Dari nukilan-nukilan di atas, kelihatan kan kalau berjabat tangan langsung dengan wanita asing yang bukan mahram adalah salah satu diantara kemaksiatan yang telah tersebaar luas banget di kalangan masyarakat. Dan hal ini termasuk kemungkaran jika diukur dari sisi syariat, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang buruk atau tanda rusaknya agama seseorang.

Tambahan ya dari mahdzab Asy-Syafi'i...
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’:
“Sahabat kami berkata bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk memandang wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya atau dalam keadaan jual beli atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam keadaan demikian."

Imam Nawawi pun berkata dalam Syarah Shahih Muslim:
“Hal ini menunjukkan bahwa cara membaiat wanita adalah dengan perkataan, dan hal ini juga menunjukkan, mendengar ucapan atau suara wanita yang bukan mahram adalah diperbolehkan jika ada kebutuhan, karena suara bukanlah aurat. Dan tidak boleh menyentuh secara langsung wanita yang bukan mahram jika tidak termasuk hal yang darurat, semisal seorang dokter yang menyentuh pasiennya untuk memeriksa penyakit”.

Dan saya rasa jabat tangan itu bukan sesuatu hal yang termasuk darurat ya. Kita nggak akan meninggal kok walaupun sang presiden nggak megang tangan kita. Nggak usah takut dengan orang-orang yang mengatasnamakan profesionalisme dan berada di atas itu, toh cuma di dunia kan. Tenang saja, selama ada Allah (dan juga suami :3) rezeki itu sudah ada bagiannya masing-masing. ^_^

Jadiii... lalu, jabat tangan itu salah satu bentuk profesionalitas bukan?
Kalau menurut saya sih justru nggak profesional ya. Nggak tau kalau menurut mas Dhani.

sumber : http://imagedbyaqil.wordpress.com/2012/04/21/haramnya-bersalaman-dengan-non-mahram/

Thursday, February 6, 2014

Bagaimana bila aku rindu pada mereka?

Mengutip salah satu puisi dalam buku kedua saya yang judulnya "Pintu Hati Pintu Langit"..
".....
Ada yang rindu...
Ia membisikkannya melalui sarana imaji
Melayangkan segenap prihatin akan jawaban yang terdiam,
membeku

Kesekian kali menanyakan
Ia rindu, katanya

Begitukah adanya tatapan mata yang menipu?
Tersenyum,
lantang menyirat ketiadaan
Sementara asa yang nyata adalah harapan

Beginikah yang menjadikan keengganan serupa permintaan
akan jawaban berbalut rindu?

Seperti ombak yang menghempas karang
Rindu tebal yang ganas
Tak habis tercurahkan sampai runtuhnya perkasamu

Seperti pena yang berdebu
Dan kertas yang menguning
......"
-Annisa Fitriani

Dan sekarang, lagi-lagi saya rindu...
Yang pertama jelas ke suami ya... hehehe... lama banget nggak liat beliau, terpisah jarak dan waktu. Masih setia menanti kabar kapan kepulangan beliau.

Yang berikutnya,, saya tujukan kepada mereka...

Mereka, sahabat-sahabat yang dulu dalam lingkaran yang sama...
Meskipun telah terpisah tempat menimba ilmu,, 
meski terkendala jadwal yang sering sekali bertubrukan,
tapi selalu saja berkumpul dengan mereka terasa seperti *kembali ke rumah*...

Mereka, rekan-rekan yang dulu bersama-sama membangun jalan cinta ini, jalan cinta dakwah..
Dengan sedikit sekali orang yang mau ikut andil bersama mereka,
dengan tak berhenti bekerja walau hasilnya belum terlihat di dunia,
toh yang diutamakan memang hanya istana di syurga Allah..

Mereka, yang waktu dan raga rela saya korbankan untuk bisa berpeluh dan berlelah-lelah bersamanya..
Tak peduli siang terik ataupun malam larut,
tak masalah entah hari kuliah ataupun hari libur,
seakan raga ini tak ada habisnya untuk digunakan beribadah bersama mereka..

Mereka, yang meski kadang terpisah jarak dan waktu, tapi selalu terasa rekat di hati..
Mereka, keluarga dakwah sekolahku....

Ingat sekali, dulu, ketika kaki ini sedang sedikit tertatih di jalanNya,
air mata jatuh sesenggukan,
seorang mbak berkata,

"ya.... memang seperti ini.... memang kita tidak seperti mereka, yang bersinar dengan hingar bingar kemewahan kampus... yang berdiri di depan dan memimpin pasukan elit di gerakannya.. yang bisa berjalan dengan kepala yang tertegak dan membusungnya dada, karna setiap langkah kakinya menjadi percontohan untuk diikuti.. yang slalu mendapatkan tepuk tangan serta pujian untuk berbagai aksi dan kesibukan yang dilakukan...
tapi mereka tak seperti kita... yang bisa terselamatkan dengan sifat qonaah karna tak perlu berebut hingar bingar kekuasaan... yang terjaga dari kesombongan hati karna setiap yang kita lakukan akan selalu terorientasi kepada Allah, karna kita tak punya kepentingan dunia yang merusak jalan kerja kita.. yang memang akan selalu ada di balik layar, namun akan menjadi orang yang tersenyum paling indah ketika bibit-bibit yang diperjuangkan mulai terlihat pesonanya..."

Dan saya dulu hanya bisa menangis... kalimat beliau praktis menjadi pengingat dan penguat ketika diri ini jatuh ke titik yang lebih bawah.

Saya sangat mencintai mereka,, apakah mereka juga?
Saya sangat rindu dengan mereka,,, begitu jugakah dengan mereka?

Seandainya boleh memilih, dan saya memang sudah pernah memilih,
tak pernah ada sedikitpun bayangan jika saya harus berpisah dengan mereka..

Bahkan dulu pernah berkata kepada murobbi bahwa saya lebih baik tetap disana daripada lahan dakwah manapun yang selainnya.

Tapi yang namanya takdir Allah, bukankah Ia yang memilihkan, dan bukannya kita?

Sekali lagi,,, ketika sudah seperti ini,,,, apa yang harus saya lakukan bila saya ingin kembali?
bagaimana....bila... saya... rindu....?

Ah, jangankan saya, Rasulullah saja rindu kok.....
“Mereka adalah umatku kelak, yang mana mereka belum pernah melihat wajahku, belum pernah bertemu denganku, belum pernah berbincang-bincang denganku, tetapi mereka sangat merindukanku dengan tulus, ikhlas dan penuh rasa hormat kepadaku...

mereka adalah orang-orang yang melanjutkan perjuanganku dan tidak jarang pula mereka meneteskan air mata karena menahan rindu yang sangat kepadaku, 
aku rindu kepada mereka dan aku ingin bertemu dengan mereka…”

Kalian, para calon penghuni syurga,
dimanapun berada dan sedang apapun sekarang,
semoga slalu berada dalam lindungan dan cahaya dari Allah.... :"

Karna Tuhan tak pernah tidur, apalagi mendengkur!
semua ini jelas-jelas telah Tuhan ukur
mungkin dengan begini kita kan tahu bersyukur
mungkin dengan ini kita takkan pernah takabur

Karna satu persatu, seiring berjalannya waktu,
kita akan tahu sebenarnya yang Tuhan Mau
Tuhan ingin kita jadi manusia yang tangguh
Tuhan ingin agar kita tak mudah tuk mengeluh,
-Karena Tuhan Tau Kita Mampu-

Walladziina yu’tuuna maa aataw wa quluubuhum
wajilatun annahum
ilaa rabbihim raaji'uun.

ukhibbukum fillah.. lillah..

Thursday, January 23, 2014

Tips dan Trik untuk Survive di Tanah Suci

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Alhamdulillahirobbil 'alamin... akhirnya berkesempatan untuk mengisi blog ini lagi setelah ditinggal sekian lama... hehehew...

Edisi kali ini spesial banget nihh,.... Mau banyak bercerita tentang perjalanan yang baru saja saya lakukan kemarin bersama suami.... Bener-bener spesial (pakai telor sosis dan macem-macem) karna tempat yang saya kunjungi ini benar-benar luar biasa masyaAllah subhanallah luarbiasa....

Manakah itu . . . . . . . . . . . . ? ?

Masjid Nabawi-Ka'bah-Masjidil Haram
Jreng jreng..... *\(^_^)/*
aihh indahnya ya.... :""""

Sebelumnya terimakasih banyak untuk teman-teman dan kerabat yang duluu datang ke pernikahan kami,, karna dari sumbangan temen-temen semua lah maka bekal untuk perjalanan ini bisa kami kumpulkan... Jazaakumullahu khayran katsiiro.... smoga benar-benar dibalas berkali-lipat yang lebih baik dari Allah.. dan semoga pahala ibadah kami kemarin juga mengalir untuk temen-temen semuaa...aamiin :"


Okey, next yah ,

Waktu awal-awal mau berangkat kemarin, seperti orang kebanyakan, saya sudah mulai ngelist doa-doa (baik pribadi maupun orangtua/keluarga/sahabat dekat) yang mau dibacakan disana... Tapi ternyata, begitu sampai disana, begitu ngelihat banyaknya orang yang berjibun memenuhi tempat tersebut, hati jadi bergetar nggak karuan....

Sebanyak itu orang-orang yang ingin mendapatkan keutamaan dari Allah,, sebanyak itu yang juga berdoa untuk berharap syurga... dan sebanyak itu juga yang mungkin iman dan ketaqwaannya benar-benar jauh di atas saya..

Jadi ngerasa nggak ada apa-apanya banget lah saya..... merasa paling rendah imannya, merasa paling nggak pantas juga memaksa Allah untuk memberi syurga.. T-T

Walhasil lebih dari separoh kegiatan disana dihabiskan dengan menangis-nangis nggak karuan... meminta maaf sebesar-besarnya untuk yang telah dilakukan... Serasa nggak keinget dunia lagi... masyaa Allah...
*tapi doa temen-temen yang sudah pesen insyaaAllah sudah dibacakan disana kok... ;)

Nah,,, maka dari itu tulisan ini saya buat... untuk membagi cerita sekaligus beberapa hal penting yang mungkin bisa menjadi perhatian ketika teman-teman besok mendapat giliran dipanggil oleh Allah,, supaya persiapannya benar-benar lebih matang karna ketika disana saya jamin temen-temen nggak akan sempet lagi untuk mikir yang remeh-temeh diluar ibadah.... dan juga teman-teman lebih khusyuk lagi dalam beribadah... aamiin... :""

Persiapan Pra-H
1. Niat
Niat ini penting banget.... Jauh-jauh hari sebelum berangkat, atau bahkan sewaktu mendaftarkan diri untuk pergi, satu hal ini harus diperhatikan dengan serius... Apa sih alasan mau ke tanah suci? Mau ngapain di sana? dan lain sebagainya, yang jelas semuanya harus ditujukan untuk Allah semata.. jangan sampai ada hal-hal kecil yang merusak keikhlasan niat kita untuk beribadah ya,, sayang banget kan kalau pahalanya jadi sia-sia dan cuma dapet capeknya aja... :)

"Seluruh amal perbuatan manusia ditentukan oleh niatnya. Dan orang yang beramal mendapatkan balasan atas amalnya itu sesuai dengan apa yang diniatkannya". Hadits muttafaq alaih

*Tips : berwudhu, dan banyak-banyak istighfar

Seperti dalam hadits Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. meriwayatkan kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda :

"Tidak ada seseorang yang berbuat dosa, kemudian ia bangun dan bersuci serta memperbaiki bersucinya, kemudian ia beristighfar kepada Allah SWT, kecuali Allah SWT pasti mengampuninya" [Al Hafizh berkata: hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan yang empat dan Ibnu Hibban mensahihkannya. Fathul Bari: 11/ 98. Sedangkan dalam Jami' Shagir dinisbahkan kepada Abi Daud dan Tirmizi. Sementara Al Albani menyebutkannya dalam Dha'if al Jami' (5006)].

Termasuk ini ya :: latihan buat nge-batin atau berprasangka yang baik-baik
Karna disana setiap prasangka kita akan langsung jadi kenyataan, jadi ini juga perlu dibiasakan mulai dari sebelum berangkat, dan lebih baik lagi kalau sudah dijadikan kebiasaan baik mulai dari sekarang dan seterusnya... Jangan sampai mbatin yang aneh-aneh pokoknya...

2. Jasmani
Entah kenapa, sampai sekarang saya masih berfikir bahwa memang yang melaksanakan umroh atau haji itu ya seharusnya yang jasmaninya kuat, minimal sehat bugar deh. Karena ibadah yang satu ini bisa dibilang semacam "ibadah fisik" ya, perlu jalan jauh, perlu muter-muter, apalagi yang ikhwan perlu lari-lari juga di antara bukit, kalau fisiknya nggak sehat kan jadi kasian juga ngelihatnya...

Makanya saya kurang setuju kalau orang-orang justru berangkat pergi melaksanakan ibadah ini kalau sudah sangat berumur, karna jadinya kan nggak bisa maksimal dalam ibadah tersebut... ya memang nanti pasti dibantu juga sih sama orang lain buat didorongin atau dipakaiin kursi roda, tapi kan.... hmmm...

Dan untuk yang usianya masih muda pun, aspek jasmani ini kalau bisa juga dipersiapkan sebaik-baiknya... jangan sampai tepar atau malah kelelahan ya, sayang bangett udah sampai ke tanah suci kok malah nggak maksimal... ~__~

*Tips : latihan! latihan! latihan!

Kalau bisa, sebelum berangkat, mulai dirutinkan tuh olahraganya.... minimal lari biasa aja, atau jogging... atau apadeh untuk bisa jadi bekal fisik yang memadai selama disana... latihan pengaturan nafas juga... latihan jalan dengan gesit.. latihan cuma tidur sebentar tapi tetep bugar... Trust me deh, hal-hal diatas itu akan sangat membantu banget buat pas di tanah sucinya. 

Saya kemarin nggak begitu sempet buat olahraga rutin sesuai rencana awal ya, karna lagi padat banget ujiannya (saya berangkat ke sana kan H+1 selesai ujian blok) dan juga padat sama kegiatan lain,, tapi malah jadi bisa semacam latihan "tidur sedikit dan memaksakan diri buat tetep bugar", dan itu membantu banget pas di sana.. :") Nanti saya bahas di sub yang lainnya kalau sempat. :)

3. Finansial
Nah, beruntungnya, keluarga kami termasuk keluarga yang menganggap bahwa orang muslim itu memang harus kaya. Bagaimana bisa maksimal ibadah kalau finansial saja tidak mendukung? Dan poin satu ini juga harus dipersiapkan ketika akan berangkat ke tanah suci : BEKAL UANG.

Kenapa? Karena ketika disana itu, semua orang beneran pada rebutan nyari pahala... Didukung dengan didepan masjid (baik masjid nabawi maupun masjidil haram) banyak dijual alqur'an-alqur'an kecil gitu, yang ketika kita membeli itu maka nanti al-qur'annya akan diwaqafkan ke masjid tersebut.

Bayangpun deh kalau kita bisa beli banyak qur'an di sana lalu al qur'annya diwaqafkan (di masjid-masjid agung itu) dan sering dibaca oleh jamaah dari berbagai negara yang melaksanakan ibadah di sana... waaa..... #mata langsung hijau berbinar-binar

Ada juga jamaah yang pas hari-hari puasa sengaja menyediakan makanan-makanan tambahan,,, tentu saja buat dibagiin ke orang lain... bahkan ke orang yang udah dapet makanan ifthor dari jamaah lain pun bakalan dipaksa-paksa buat nerima juga makanan ifthor dari orang itu.... *saya kemarin kena nih... mau masuk masjid malah dapet banyak makanan.... seneng sih,,, tapi....... sedih.... karna saya nggak kepikiran tentang itu.... =_="

*Tips : bang bing bung ayok kita nabung!
InsyaaAllah semoga ketika kita mencari rezeki karna Allah, maka Allah pun akan mempermudah dan membarokahi setiap rezeki kita... :"")

Tapi kalau bener-bener nggak bisa mencukupi gimana?
Tenaaang, insyaaAllah selalu ada jalan kok untuk ke kebaikan ;)
klik pada gambar untuk memperbesar

Yang jelas disana itu pada rebutan berbuat baik semua... walaupun hanya dengan ngasih permen ke setiap jamaah yang datang,.. atau bahkan ngebantuin buat ngambilin segelas air zam-zam buat jamaah lain (karna memang harus antri dan rame banget di bagian zam-zam ini).. dan lain-lain, luarbiasa banget pokoknya... :"

4. Bahasa
Kalau bisa nih, kalau bisa banget dipersiapkan : bahasa arab. Seriously, saya nyesel banget nggak bisa cas cis cus bahasa arab. Jadi susah kalau mau ngapa-ngapain. Masalahnya orang di sana jarang banget yang bisa bahasa inggris....... errrr.... ~_~

Bahkan di madinah, ada penjual yang lebih bisa bahasa indonesia daripada bahasa inggris, ya tapi bahasa indonesianya ya kayak gitu ........

*Tips : mulai dari sekarang belajar bahasa arab!
Sedih banget deh, bahasa Rasulnya sendiri masa nggak lebih bisa daripada bahasa orang-orang komunis. ck...

5. Perlengkapan
Behubung di perlengkapan ini banyak, langsung ke tips aja yah :: bawa barang seperlunya aja!

Untuk akhwat, kalau memang nggak butuh banget, nggak usah ribet bawa banyak rukuh ya.... kalo bisa sejak awal memang dipersiapkan baju-bajunya yang menutup seluruh aurat dan juga lebar,, biar sekalian bisa dipakai sholat everywhere everytime... saran saya sih bajunya jangan yang kebanyakan warna, cukup hitam polos atau putih polos gitu, tapi saya lebih menyarankan yang hitam atau gelap polos ding. biar aman, hehe. Dan yang gamis-gamis besar ya,, jilbabnya juga,, kaos kaki juga... pokoknya yang urgent dibawa ya ini untuk akhwat... 

Tenang aja, issue bahwa pakaian ihrom atau pakaian yang dipakai thawaf itu harus putih tuh cuma mitosnya Indonesia aja... nyatanya disana banyak yang pakaian ihromnya warna hitam... saya juga pakainya hitam kok ^^""

Kalau buat ikhwan sih justru lebih bagus yang warna putih atau mendekati putih,,, kalau bisa yang gamisan juga... hehe... biar lebih terjaga sajaa pas sholat atau thawaf dan sebagainya...

ketika selesai thawaf dan sa'i, jam 3 pagi
ketika di masjid nabawi

See kan? dominansinya memang putih-cerah dan hitam-gelap.. ^^

Dan btw, perlengkapan tambahan yang wajib banget ada (buat saya) adalah botol semprotan kecil, nanti diisi air zam-zam atau air biasa juga boleh, dan dipakai buat berwudhu ketika mendadak batal. Kenapaa? Karna kalau di sana, begitu kalian keluar dari masjid untuk berwudhu, maka perjuangan untuk mencari tempat sholat di dalam masjid pun akan dimulai lagi... syukur-syukur kalau pintu masih dibuka,,, kalau pintu udah ditutup ya.... wassalaamu'alaykum... +__+


Laluu barang berikutnya yang juga penting dipersiapkan adalah ..... kantong sandal! Kalau di masjidil haram mungkin masih ada tempat buat ambil plastik-plastik gitu, walaupun nggak di semua pintu ada. Tapi kalau di masjid nabawi nggak ada tuh plastiknya,,, jadi mendingan nyiapin sendiri aja... kantongnya yang awet, dan kalau bisa diiket ke tas,, nggak usah ditaruh di laci-laci.... karna kita nggak akan pernah tau bakalan dapet tempat sholatnya di bagian mana...^^ jangan sampai nggak disimpan di kantong ya sandalnya.... fatal banget nanti.... harus siap-siap pulang tanpa sandal.... ~_~



6. DOA
Sebaik-baik persiapan, kalau nggak ada Allah dalamsetiap ikhtiarnya, maka jadinya akan sia-sia belaka.. Jadi jangan pernah lupa ya untuk mengikutsertakan Allah di setiap langkah ikhtiar kita.. :"


Udah capek belum? Istirahat dulu yukz matanya biar nggak pedas,,,
1 menit....
.
.
.
.
yak, selesai.
kita lanjut lagii.... :))

Ketika sudah sampai di tanah suci
1. Niat
Niatnya jangan lupa untuk terus-terusan diperbarui yaa... diluruskan... banyak-banyak istighfar.... karna kita kelak hanya akan diberi balasan sesuai dengan sesuatu yang kita niatkan... :"

2. Place and Time Management
Ini..... penting..... bangett.......
Begitu masuk ke tanah suci,, selalu tanamkan ke diri sendiri bahwa semua orang yang ada di sana juga sama-sama rebutan syurga... Jadi kita harus sadar diri dan juga berusaha sebaik mungkin supaya nggak kalah sama mereka... Salah satunya tentu saja permasalahan sholat ya.

*about time*
Plis hentiin kebiasaan pas dulu di Indonesia, yang baru berangkat ke masjid setelah adzan, atau bahkan setelah iqomat. Serius, kalau masih kayak gitu yang dilakuin di tanah suci, jangan terlalu berharap akan mendapat shaf sholat yang terbaik. Terbaik disini tentu aja yang paling depan ya, berhubung tempat sholat akhwat dan ikhwan yang semuanya dipisah disini.

Kami kemarin kan ke Madinah dulu baru ke Mekkah. Sewaktu baru sampai di Madinah sekitar dini hari, kami istirahat sebentar di penginapan dan berniat untuk berangkat shubuhnya sepagi mungkin. Kami waktu itu belum tau tentang iklim lingkungan disana, dan kami ikhtiar untuk berangkat ke masjid satu jam sebelum adzan dengan harapan masjidnya masih agak sepi. Tapi ternyata.......udah ramai sekali teman-temanzz.... ngerasa kecolongan banget saya... apalagi nggak bisa dapet shaf yang di ruang depan... walaupun alhamdulillah selalu bisa sholat didalam masjidnya.

Jadi perlu banget untuk tau tentang waktu kapan kita harus udah ada di masjid ya...
*Tips : secara standarnya sih, kalau mau dapat shaf yang utama, datanglah sekitar 1,5jam-2 jam sebelum adzan... dan khususon untuk hari jum'at apalagi di masjidil haram apalagi pas sholat jum'at, datanglah minimal 3 jam sebelum adzaan.... Karna kepadatannya luar biasa sekalii.... kalau datangnya baru 1 jam sebelum adzan, siap-siap sholat di halamannya,,, atau bahkan di jalanan depan masjid... serius ~_~

Ini saya ada foto para jamaah yang sholat di luar. Kebetulan waktu itu saya mau keluar dari masjid seselesainya sholat jum'at, dan nggak bisa keluar karena keramaian ini. Subhanallah padatt bangett

Masjidil Haram saat jum'at
Dan btw,,, itu yang saya foto hanya mewakili sekitar seperlima atau seper-enam bagian saja lho ya, berhubung saya keluarnya memang dari sisi yang satu itu aja... dan itu butuh waktu hampir setengah jam lebih untuk kemudian bisa keluar dan mencapai gerbang luar.... belum lagi desak-desakannya.. *saya aja sempet banyak ngefoto ini, jadi memang lama banget ini buat bisa keluar dari masjid.... *_*

Bisa dibayangkan kan kalau dapetnya shaf sholat di halaman atau bahkan diluar? kalau di dalam masjid kan adem ayem tentram,.. Ini masih umroh lho ya, belum pas haji kan bakalan 4kali bahkan 5kali lipat dari ini... dan ini juga umrohnya pas bukan bulan rame.... ~_~ That why di awal persiapan tadi saya tekankan banget jasmaninya.

Dikarenakan waktu yang begitu berharga setiap detiknya disini, kalau nggak penting banget (kayak makan atau tidur) mendingan nggak usah pergi dari masjid deh... Misal pas hari jum'at itu aja, mulai dzuhur jam setengah satu, khotbah dan lalala sampai sholat jum'at lalu sholat jenazah selesai sekitar jam jam 2, padahal asharnya jam setengah 4. Jadi ya cuma sempet keluar buat makan, lalu harus udah segera balik lagi, kalau nggak nanti nggak kebagian tempat. Ya begitulah~

*Tips : stay di masjid dengan menggabungkan 2 sholat.
Kalau shubuh ya pulang dulu nggak apa-apa, buat sarapan dll, atau mau thawaf, atau apa. Trus nanti berangkat jam 9an buat ndhuha sekalian stay sampai dzuhur. Kalau dzuhur bisa digabung dengan ashar, itu bagus banget, jadi habis ashar baru pulang. Lalu maghrib digabunginnya sama isya'. Kalau saya kemarin habis dzuhur masih keluar karna lapar banget, habis ashar pulang lagi untuk mandi dan istirahat sebentar, trus maghribnya dipolin sampe isya' dan sekalian nyicil sholat lail juga, atau untuk tadarusan lama, atau untuk thawaf lagi.. Atau kalau memang nggak pakai agen, dan mau stay all day all night di masjid malah luarbiasa banget... :) Silahkan dipilih-pilih yang sesuai dengan kondisinya besok yaa :)

*about place*
Sewaktu di Madinah maupun di Mekkah, apalagi pas pertama sampai, saya sempet speechless lho waktu ke masjid dan ternyata udah banyak yang sholatnya di halaman masjid. Kan jadi mikir, "emang masjidnya udah penuh bangett ya?"

Dan seringnya, karna saya orangnya nekat, ya saya masuk aja ke masjid. Dan ternyata ya masih ada kok tempat di dalam sana.. Makanya saya dan suami itu heran banget kenapa pada mau sholat di halaman... walaupun kami juga belum dapat sih perbedaan pahala sholat di dalamnya dengan di halamannya.... yang jelas kalau di dalam masjid nabawi kan 100kali lipat, dan didalam masjidil haram 1000kalilipat.

*Tips : jangan pernah nyerah buat nyari tempat di dalam masjid!
Jangan lupa juga kenali tempat-tempat utama untuk sholat dan berdoa disana ya...
Kalau di Masjid Nabawi, Madinah, tempat yang paling mustajab untuk berdoa adalah di Raudhah.

Seperti sabda Rasulullah Saw, “Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga” (HR. Bukhari no. 1196) . 

Para ahli hadits menafsirkan taman surga sebagai tempat Allah SWT menurunkan rahmat dan kebahagian-Nya karena dilakukan zikir serta pemujaan kepada Allah SWT.

Raudhah ini ditandai dengan karpet / ambal berwarna hijau dengan ornamen khas. Warna karpet yang menutupi ruangan Raudhah berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam masjid Nabawi ini. Kalau raudhah itu warnya hijau, kalau bagian lain di dalam masjid nabawi warnanya merah, kalau di halaman masjid nggak ada karpetnya.

Kalau kata ibu-ibu pembimbing rombongan saya dulu itu bilangnya, kalau berdoa di bagian ada karpet merahnya itu pahalanya berlipat 100 dan doanya akan dikabulkan, tapi kalau bisa berdoa di bagian karpet hijau makan doanya nggak akan tertolak, alias akan sangat dikabulkan. Kalau yang nggak ada karpetnya ya saya nggak tau... ~_~

Lokasi ‘taman surga’ ini merupakan bagian dari shaf laki-laki, hanya terbuka untuk perempuan di jam tertentu, saat dhuha dan setelah shalat dzuhur. Bukan hal yang mudah untuk bisa memasuki Raudhah. Upaya lainnya adalah usahakan datang ke mesjid pada awal pintu mesjid dibuka. Dengan demikian mempunyai waktu cukup untuk melaksanakan salat Tahajud, salat Tasbih, dan salat Fajar serta melakukan zikir atau membaca Alquran.

Jangan lupa, ketika berdo’a di sini (atau di manapun di Masjid Nabawi), jangan sambil menghadap makam yaa. Jangan melakukan bid'ah!! Menghadaplah ke arah Kiblat. Sementara ketika di depan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, nggak perlu juga buat mengusap-usap jendela makam dan menciumnya, atau menempelkan dada dan perut, karena syariat Islam sama sekali nggak menuntunkan demikian. Ucapkan saja sebanyak mungkin shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat serta keluarga. :)

Suasana di bagian Taman Surga, Raudhah
Karna tempat ini selalu saja ramai dan padat luarbiasa, yang bahkan kalau sholat saja buat sujud susah banget karna akan keinjak-injak kepalanya, makanya kita harus tau kapan waktu yang tepat untuk ke Raudhah.. Waktu ke Raudhah bagi jemaah laki-laki cukup banyak dari pukul 3 pagi sampai dengan pukul 12 malam (saat ini masjid Nabawi sudah dibuka selama 24 jam), tidak seperti jemaah perempuan hanya pada waktu dhuha yaitu pukul 07.30 sampai 11.00 waktu setempat dan setelah Dzuhur yaitu pukul 14.00 sampai 15.00.

Sedangkan ketika di Mekkah, kata ustadz saya kemarin, tempat yang mustajab untuk berdoa beberapa diantaranya ada tiga yaitu di Al Mutazzam, di bukit Safa, dan di bukit Marwah.

Al Mutazzam-Bukit Safa-Marwah
Al mutazzam itu yang manaa? mutazam itu area diantara hajar aswat dan lengkung pintu ka'bah... kecil banget yakk areanya... *_*

Untuk yang akhwat nih..... karna memang disekitar ka'bah itu tempat untuk shafnya laki-laki, jadi nggak usah memaksakan diri buat sholat di mutazam ya... nggak usah maksa untuk sholat didepan ka'bah juga.. selain karna bakalan sangat desak-desakan dengan para ikhwan yang badannya jauuh lebih besar-besar, juga akan sangat mungkin untuk diusir askar (penjaga militernya) ketika kalian mulai sholat disana.. Sayang kan udah datang pagi-pagi buta buat sholat depan ka'bah tapi diusir di detik-detik iqomat, malah jadi nggak tau mau sholat dimana... *ini curcol banget hehe

*Tips : buat akhwat, kalau memang nggak bisa banget di sana, ya sholatlah ditempat yang lebih memungkinkan seperti di bukit Safa.
Entah karna memang belum banyak orang yang tau kalau tempat ini juga mustajab, banyak yang rela untuk ribut dengan askar-askarnya yang garang banget itu demi keluar dari area sa'i untuk menuju ka'bah di detik-detik iqomat, padahal kan pintunya udah ditutup rapat... Ya yang wajar-wajar aja lah ya...~ Dan tempat ini lumayan kondusif untuk para akhwat karena memang disini nggak terlalu desak-desakan banget seperti di depan ka'bah... malah lebih tenang disini lhoo,,, trust me ;) Nanti kalau pas agak sepi seperti tengah malam gitu kan bisa ke depan ka'bah sendiri,, sholat sunnah apa gimana gitu... hehe..

Kalau saya kemarin sih bagi tugas dengan suami... jadi suami yang berjuang ke mutazam,, dan saya yang ke bukit safa... hehehe... boleh lho ditiru ^^

3. Tentukan Kelompok
Ketika perjalanan mau sholat dan sebagainya mau sendirian atau berkelompok itu tergantung orangnya masing-masing... yang penting tau dampak dan efeknya masing-masing...

Kalau berkelompok memang sepertinya akan lebih aman, karna ada yang njagain atau nemenin. Tapi susahnya ya pas nyari tempat sholat,, kan disana ramai banget ya,, biasanya tempat shaf yang tersisa ya cuma secuil-cuil buat seorang.... kalau bareng kelompok kan nanti harus nyari yang shafnya bisa buat barengan juga,,, bakal lebih lama lagi itu perjuangannya... kalau sendirian kan bisa lebih gesit dan mudah buat nyari tempat shaf sholat... cuma ya biasanya pada takut tersesat gitu kalau sendirian..

Makanya kenapa saya bilang orang yang pergi ke ibadah ini sebaiknya ketika masih muda dan seger, karena pengalaman kemarin yang sering ilang nggak tau kemana itu yang sudah agak sepuh... karna ingatannya kan udah nggak bisa diandalkan lagi... Sedangkan kalau yang udah sepuh banget ketika pergi kemana-mana harus ada temennya, malah jadi ketergantungan ke orang lain kan...

Saya dan suami alhamdulillah kemarin menerapkan jalan keluar *berjuang sendiri-sendiri*, dan ketika berangkat ke masjid selalu sudah janjian untuk bertemu di suatu tempat tertentu ketika selesai sholat dan keluar masjid. Jadi kami masing-masing malah bisa bebas banget buat leluasa mengeksplor masjid-masjid tersebut sesuai dengan jatah tempat kami masing-masing.. Dan serunya, selalu ada cerita baru setiap kali kami bertemu seselesai sholat.. hehe

Jadi yang ini tipsnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing yaa. :)

4. Pakaianmu : Identitasmu
Banyak cerita lucu di bagian ini >.<

Kebetulan waktu hari pertama di Madinah saya kan ke masjidnya pakai rukuh, kelihatan Indonesia banget ya, karna ternyata yang pakai rukuh cuma dari Indonesia :)) Kalau yang lain memang udah pakai bajunya masing-masing gitu yang sudah menutup aurat. Dan akhirnya saya berpikir memakai rukuh agaknya kurang efektif, karna saya siap-siapnya jadi lama, dan kemudian lebih memilih untuk pakai gamis-gamis aja di sholat-sholat yang berikutnya.

Suatu kali, pernah saya dan suami ke lantai R2 penginapan yang digunakan untuk makan. Di lantai itu ada 2 area, yaitu area makan orang Indonesia dan area makan orang Pakistan. Kita langsung kesana setelah selesai sholat, saya pakai gamis biru tua yang agak bagus, dan suami pakai gamis ikhwan arab gitu. Begitu kami masuk dan mau menuju ke arah area Indonesia, eeh si mas-mas arab yang pelayannya itu malah manggil-manggil kami, dan nyuruh kami ke area Pakistan, dia bilang kami salah tempat. Kami dipikir orang Pakistan :)))) Bahkan ada seorang mbak dari Indonesia yang justru ngajak saya ngomong pake bahasa inggris. :)) Padahal hari sebelumnya pas saya pakai rukuh dan suami pakai pakaian koko biasa, kami langsung disuruh ke area Indonesia lhohh. wkwk.

Jadi memang rukuh itu budayanya Indonesia :))

Lalu kan saya dibawain cadar sama ibunda saya... dan pas di Mekkah saya pakai...
dan lucunya lagi, waktu itu saya dan suami baru selesai sholat, lalu ke suatu ruangan dimana disana banyak ibu-ibu dari Indonesia. Waktu ngelihat suami saya, dan tau kalau suami saya itu orang Indonesia, mereka ngajak ngobrol suami saya seru banget tentang Indonesia... dan saya yang waktu itu lagi pakai cadar dan pakaian full hitam semua nggak diajak ngobrol sama sekali sampai mereka selesai bicara.... ~___~

Dan pas sholat, beberapa kali juga orang-orang yang lain langsung ngajak saya ngomong dalam bahasa arab, karna saya bercadar. Karna kata suami saya, cadar itu memang budayanya Arab, jadi pantas aja kalau semua orang berpikir yang pakai cadar itu pasti orang Arab.. hehe..

*Tips : sesuaikan pakaian kalian yaa. Kalau memang kaliannya yang pingin membaur atau menghilang di antara kerumunan (halah) atau mencari pengalaman-pengalaman baru ya pakai hitam-hitam aja biasa... Tapi kalau memang kalian takut hilang dan pingin menunjukkan ke-Indonesia-an kalian, ya pakailan kostum yang Indonesia bangett, minimal rukuh, atau pakai kalung tanda pengenal :))


5. Doa
Karna semua ikhtiarmu akan jadi sia-sia kalau nggak ada ridho Allah disetiap langkahnya :")

6. Enjoy the land!

Jabal Uhud

Jabal Rahmah


Pemandangan dari atas Jabal Nur -- Goa Hiro
Sekali lagi yaa,, jasmani itu penting sangatt..
Dan alhamdulillah kami dua kali mendaki disana, mendaki Jabal Rahmah dan Jabal Nur... :"")

Kalau yang Jabal Rahmah ini nggak tinggi ya,, termasuk mudah untuk mendakinya... cuma beberapa menit aja sampai...
Sedangkan yang Jabal Nur ini lumayan tinggi menurut saya, dan batu-batuan semua.. Makanya nggak smua orang mau rela mendaki ke sini..

*Tips dari saya : jangan lupa bawa tongkat waktu mendaki gunung ini... apalagi kalau pagi-pagi buta seperti kami kemarin..,.

Kemarin kami meremehkan banget ya waktu mulai mendaki dan ada penjual yang menawarkan tongkat, "Buat apa?" gitu pikir kami.

Dan ternyata pikiran kami salah, heheheu. Gunung ini nggak kayak gunung di Indonesia yang jalannya cukup landai. Di gunung ini jalannya curam bangett, hampir 45derajat lah ya,, jadi gampang tergelincir ke belakang.. Dan beda dengan gunung di Indonesia yang banyak pohon-pohonannya yang bisa buat pegangan pas ndaki, di gunung ini batuu semua dan nggak ada yang bisa buat pegangan. Apalagi di pagi-pagi buta kemarin dimana anginnya super duper kencang, saya aja hampir terpental karna angin tersebut dan karna nggak ada pegangan. -.-

Tapi setelah beberapa kali berhenti untuk menunggu angin kencang yang lewat, akhirnya sampai jugaa ke atasnya yaitu di Goa Hiro.... *\(^__^)/*

Nggak kebayang yaa gimana luarbiasa Rasulullah dulu untuk beruzlah... niat banget gitu lho uzlahnya... *__* Para kafir Quraisy yang mengejar Beliau juga,,,niat banget ya nyarinya.... hahaha... >_<

Betewee, saya nemuin hal lucu disini hihihi


Itu adalah penunjuk jalan di sebuah pinggiran gunung...
"Kindly, Keep our holy area c*****"
Sayangnya kalimatnya nggak saya mengerti lanjutannya karna ada tempelannya disana. Kasian ya Indonesia, promosi partai aja jauh-jauh nempel stiker di tanah suci. Tapi itu stikernya kok cuma ada di penunjuk jalan yang bawah-bawah, di atas gunung kok ngga ada ya? Mungkin yang nempelin stiker nggak kuat ndaki sampai atas ya.. :"))))

Nggak usah disebutin partainya ah, kasian :))))

===========================================
Alhamdulillaahirobbil 'alamiin,, selesai juga serial yang menguras foto ini...hehehe
Semoga apa yang disampaikan disini bisa bermanfaat untuk semuanya yaa... :"""

Smoga dimudahkan juga untuk bisa menjawab panggilan Allah ke tanah suci.... Masa panggilan telpon aja diusahain buat dijawab, tapi panggilan Allah nggak diperjuangkan untuk disahut.... :"""


Labbaikallaahumma labbaiik...
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah...
Aku sambut panggilan-Mu....

Labbaiika laa syariika laka labbaiik..
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah..
dan tiada sekutu apapun bagi-Mu..

Innal hamda..
wanni'mata..
laka walmulk..
laa syariikalak...
Sesungguhnya segala puji,
dan nikmat,
dan kekuasaan,
hanya bagi-Mu tanpa sekutu apapun bagi-Mu...

Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu.... Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, Rabb kebenaran...
:""""(