Pages

Showing posts with label kedokteran. Show all posts
Showing posts with label kedokteran. Show all posts

Monday, October 27, 2014

How I met my passion---at Medical Faculty

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah sedang berada di blok elektif yang sedikit "selo" dan membuat saya bisa bermain-main lagi dengan blog ini. Seperti yang kita tahu, blok elektif di fakultas kedokteran setiap universitas pasti berbeda, dan di kampus saya kami mempunyai 4 pilihan topik untuk tiap blok elektif: professional/research exchange program, komplementer, PBKM, dan manajemen rumah sakit.  Dan alhamdulillahnya, saya lolos seleksi untuk ikut yang professional exchange (yang mana sudah saya lakukan ketika libur ba'da lebaran kemarin) sehingga hampir 2 bulan ini kerjaan saya luntang-luntung saja di kampus.

Kalau ada yang tanya, kenapa saya memilih program exchange....saya akan jawab, yah itu karna sesuai dengan passion saya, dimana saya orangnya sangat suka menjelajah negara lain dan berkenalan dengan banyak orang baru. Dan kalau ada yang bertanya kenapa saya memilih departemen Obsgyn untuk program exchange saya.......well, saya akan jawab, saya sedang mencoba menemukan passion saya dengan cara ini.

Saya pernah menemukan sebuah kutipan yang sangat menarik;

“Passion.
It lies in all of us. Sleeping... waiting... and though unwanted, unbidden, it will stir...
open its jaws and howl. It speaks to us... guides us.
Passion rules us all. And we obey.
What other choice do we have?
Passion is the source of our finest moments.
The joy of love... the clarity of hatred... the ecstasy of grief.
It hurts sometimes more than we can bear.
If we could live without passion, maybe we'd know some kind of peace. But we would be hollow. Empty rooms, shuttered and dank. Without passion, we'd be truly dead.” 
― Joss Whedon

Yap, hidup adalah tentang passion. Hidup tanpa passion tentu saja ibarat mobil tanpa bahan bakar, maka dia tidak akan bisa pergi jauh apalagi harus melalui tanjakan.

Berbicara mengenai passion membuat saya ingin sedikit flashback ke masa-masa dimana saya masih mencari apa itu arti kata "passion".
Dulu sewaktu saya masih kecil dan ditanya mau jadi apa, jawaban saya simpel : dokter. Bukan karna ingin menolong sesama atau serentetan alasan mulia yang lain, tetapi murni karna hari-hari saya akrab dengan seseorang yang berprofesi tersebut : ibunda saya.

Semakin besar, ketika duduk di bangku SMP, ternyata saya menyadari bahwa sepertinya saya tidak akan cocok dengan pekerjaan tersebut. Karena saya sangat tidak menyukai pelajaran hafalan. Bahkan untuk menutupi kekurangan tersebut saya berusaha menjadi yang paling menonjol di bidang pelajaran lain yaitu matematika, hingga akhirnya menjadikan saya langganan sekolah untuk diikutkan ke olimpiade matematika. Ya, dengan penuh ke-sok-tahuan saat itu saya berkata, "saya tidak akan menjadi dokter, saya tidak punya passion di pekerjaan tersebut."

Beranjak ke bangku SMA, pikiran saya tersebut semakin menjadi. Huff, ternyata saya memang tidak berbakat di bidang hafalan. Seriously, saya benar-benar heran bagaimana orang bisa dengan sukarelanya menghafal teks-teks penuh teori seperti itu. Menyadari kekrisisan saya di bidang biologi dan segala jenis temannya, dengan berbekal nekat saya mendatangi orangtua saya dan berkata, "saya ingin mengambil jurusan lain, saya tidak mempunya passion di bidang kedokteran." Dan yang yah- tentu saja permohonan saya tersebut ditolak.

Hasil akhir diskusi (?) adalah saya harus tetap mengambil jurusan kedokteran, tidak peduli dimanapun universitasnya. Dan seperti postingan saya sebelumnya, saya memang tidak pernah bisa menolak keinginan orangtua, apalagi jika hal tersebut merupakan "perintah tersembunyi" dari ibunda saya.

Akhirnya masuklah saya di fakultas kedokteran dengan segala carut marut di dalam hati dan pikiran.
Belum lagi ketika semua orang di luar sana bertanya saya ingin jadi apa, well -as you can see, I'm here, I'm a medical student so I will become a doctor. Dan ketika pertanyaan berkembang menjadi: ingin menjadi dokter spesialis apa, saya dengan mengangguk mantap akan berkata : obsgyn. Sayangnya ucapan-ucapan yang sering saya lontarkan tersebut bukan karna saya memang sudah mantap, tetapi semata karna saya ingin meyakinkan diri sendiri.

Betul kata bang Tere Liye yang pernah membuat quote, "semakin seseorang mengungkapkan cintanya, jangan-jangan dia sebenernya tidak secinta itu. Jangan-jangan dia hanya ingin meyakinkan diri sendiri, bahwa dia cinta, padahal sebenarnya tidak." Ya, saya membenarkan hal tersebut, karna secara nggak sadar saya sudah melakukannya.

Hingga akhirnya saya memaksa diri untuk secepatnya menyelesaikan skripsi karna saya nggak tahu apalagi yang harus saya lakukan di sini. Saya hanya ingin secepatnya selesai kuliah, menyelesaikan koas, mendapat gelar tersebut dan done, kewajiban saya terhadap orangtua lunas sudah. Setidaknya ketika saya benar-benar tidak suka dengan fakultas pilihan orangtua saya ini, saya tetap harus menyelesaikannya dengan bertanggungjawab.

Menyedihkan memang.

Sampai akhirnya pengumuman pendaftaran exchange itu dibuka. Maybe this is my last chance, pikir saya saat itu, sebelum saya benar-benar memulai hidup saya di koas setidaknya saya ingin tahu bagaimana sih rasanya kerja beneran di rumah sakit. Dan tentu saja saya mengambil departemen obsgyn, spesialisasi dimana saya harus menggantikan ibunda saya besok.

Oke, bermodal ijin dari suami, akhirnya saya ikuti juga itu rangkaian seleksi professional exchange. Yang qodarullah nya saya diterima, dan mendapat departemen sesuai yang saya apply-kan.

Singkat cerita, sampailah saya di Tunisia, bersama 20an mahasiswa kedokteran lain dari berbagai negara. Dari kesemua mahasiswa tersebut, ada 1 orang yang kebetulan mengambil departemen yang sama dengan saya, dan dia perempuan, dari Rumania. Di hari pertama kami (sebelum kami melihat seperti apa departemen obsgyn disana), teman saya itu mendadak bercerita bahwa dia memang ingin menjadi dokter obsgyn, tetapi ibunya yang seorang dokter mata tidak mengizinkan karena pekerjaan dokter obsgyn adalah pekerjaan yang "kotor". Dan teman saya disuruh memilih spesialisasi yang lebih "bersih" atau lebih "feminin".

Di akhir ceritanya dia menambahkan, "tetapi ibu saya mengizinkan saya ikut exchange dan mengambil departemen ini, dia bilang saya pasti akan ilfeel dan nggak akan mengambil spesialis ini lagi kalau sudah tahu bagaimana kehidupan dokter obsgyn itu."

Memang ya, doa ibu itu seperti kehendaknya Tuhan. Masih di minggu pertama kerja, ternyata teman saya itu benar-benar sudah ilfeel dengan departemen obsgyn. Capek, katanya, dan cuma ada kotor dimana-mana. "Saya beneran nggak akan mengambil obsgyn untuk spesialisasi, bahkan saya nggak akan mau melahirkan kalau harus mengalami semua proses menyakitkan itu," tambahnya sebagai penutup yang dramatis.

Jika teman saya menemukan ke-ilfeel-annya disana, yang terjadi pada saya justru sebaliknya.
Disanalah akhirnya Allah membukakan mata saya terhadap jalan ini -setelah untaian doa panjang ibunda saya yang mungkin tak berhenti setiap malamnya.

Ya, ternyata saya suka bekerja di rumah sakit. Ternyata saya betah berlama-lama di rumah sakit. Dan yang mengejutkan saya, ternyata saya benar-benar menjadi jatuh cinta dengan dunia obsgyn, dengan semua jeritan-jeritan pasien ketika melahirkan, dengan penuhnya jadwal operasi dan jadwal jaga, juga dengan semua pengorbanan jam tidur untuk harus standby di rumah sakit.

Saat itu saya seperti menemukan sebuah passion yang selama ini terpendam berjuta meter didalam hati saya, yang membuat saya sadar, bahwa ternyata passion itu bukan suatu "bawaan" yang memang sudah terlihat dari diri kita, tetapi sesuatu yang harus dicari dan diusahakan seperti jodoh. Dan setelah kegabutan saya bertahun-tahun kuliah di kedokteran, akhirnya saya bisa juga menemukan satu alasan untuk tetap bertahan di profesi ini. Saya akan bertahan disini untuk bisa mengambil spesialisasi obsgyn dan saya akan melanjutkan lagi semua proses ini hingga saya bisa meraih tujuan saya tersebut.

Well, menyedihkan memang karena saya baru menemukan passion tersebut ketika sudah menyelesaikan study bertahun-tahun, tetapi prinsip praktis saya, it's always better to late than never.

Karena kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sekali orang di luar sana yang nggak tahu passion-nya apa dalam hidup ini. Yang mereka tahu hanyalah melakukan pekerjaannya sehari-hari, membuat mereka menjadi orang yang sensitif dan mudah sekali stress, karna selalu terkepung kebosanan dan tenggelam dalam rutinitas aktivitas sehari-harinya tersebut.

Sejumlah pihak ngotot berkata bahwa, "saya sudah mengerjakan yang terbaik dan memaksimalkan potensi yang dimiliki." Dan ketika disinggung tentang passion justru berkata, "ah apa itu passion, tidak perlu."

Padahal, jika kita sudah tahu passion apa yang kita miliki, kita akan lebih mudah menjalani serangkaian aktivitas apapun dan dengan mudahnya bisa meraih kesuksesan di bidang yang kita geluti. 

Lalu bagaimana cara kita mengetahui kalau kita sudah menemukan passion kita? Saya mengutip sebuah artikel dari Kompasiana yang menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 kriteria yang bisa menjadi patokan kita: (1). Selalu semangat mengerjakannya meskipun sulit, (2). Selalu mencari jalan keluar pemecahannya, (3). Dalam proses pencapaiannya keuntungan materi (uang) bukan menjadi tujuan utama tapi sekunder; kecuali passionnya adalah mencari uang.

Untuk yang sudah menemukan passionnya, saya ucapkan selamat. Anda benar-benar sudah berada di jalan yang benar. :")

Dan untuk yang belum menemukannya, saya nggak pernah memaksa teman-teman untuk segera mencari passionnya, tetapi paling tidak, cobalah untuk mengusahakannya. Memang, banyak orang yang mengatakan, "jika ingin berhasil dalam hidup, kita perlu untuk menjalani hidup sesuai passion kita, in other word, we have to do what we love." tapi bagi saya, kita masih bisa kok mengusahakan passion tersebut, dengan cara "we have to love what we do".

Don't do what we love,
But LOVE what we do
is the way to do a great work
but
DO what we love,
and LOVE what we do
is the perfect one.

Apa saja yang sudah ada di tangan kita, atau ada di depan mata kita, ya ayok dimaksimalkan. Dikerjakan semaksimal mungkin. Dicari-cari alasan untuk menjadikannya sebuah passion kita. Hingga kita bisa berkata pada diri sendiri, "Yeah, I know I did the right thing!!".

Akhir kata, yuk temukan passion kita dengan mulai melihat didalam diri sendiri apa yang sangat ingin kita wujudkan. Yang harus kita sadari, bahwa passion bukanlah suatu tujuan. Passion bisa jadi merupakan sebuah proses pencapaian. Oleh karena itu, alasan apapun yang membuat kita bertahan untuk terus berjuang bisa saja adalah passion kita, karena passion nggak mengenal kata lelah maupun menyerah.

Mari kita ciptakan prestasi terbaik dengan passion yang luar biasa. :)

foto semasa kuliah yang masih bisa dikumpulkan... yang lain entah sudah tercecer dimana saja :""

Friday, March 7, 2014

Jabat Tangan Non-Mahram = Etika Profesionalisme??

bismillaahirrahmaanirrahiim..

Alhamdulillah... bisa diberi kesempatan untuk mengisi blog ini lagi... :")
Nggak nyangka ternyata saya bisa nganggurin ini blog selama satu bulan penuh...
huhu.. maapkeun daku ya blogku.... #tepuktepuklaptop

Kebetulan saya ingin berbagi cerita ke teman-teman semua... semoga bisa diambil pelajarannya.. :)

Belum lama ini (maksudnya sih masih beberapa jam yang lalu), kelas saya lagi-lagi kedatangan dokter tamu dari Jerman. dan lagi-lagi dari Univ Munchen. dan lagi-lagi dari bidang cardiovaskuler.

Kuliah umum berlangsung seperti biasanya ya, walaupun perbedaannya tentu saja kelihatan karena ada dokter obsgin yang menjadi MC kuliah, lalu dokter lain menjadi operator, dan dokter-dokter lain (yang merupakan murid sang prof tamu ini) berderet duduk di bangku paling depan. mendadak merasa udah jadi dokter beneran, karena kuliah bareng mereka yang sudah berstatus dokter.

Seselesainya kuliah dan tanya jawab, dan sang prof hendak meninggalkan ruang kelas, salah seorang dokter (murid sang prof itu) memanggil saya ke depan dan memaksa saya untuk berkenalan dengan prof tersebut. Perbincangan dilanjutkan di luar ruangan, dokter yang memanggil saya tadi (yang merupakan pendiri lembaga ilmiah yang ada di fakultas saya) memperkenalkan saya ke beliau sebagai ketua yang sekarang menjabat, dan uborampe karya-karya saya yang lainnya.

Sampai di bagian ini saya tidak ada masalah sebenarnya..

Tapi yang nggak saya sangka, ketika prof tadi justru antusias sekali, dan kemudian tersenyum lebar dan menanyakan nama lengkap saya, sembari menjulurkan tangannya.

Dan saya..... kaget.... o_o
Detik itu juga saya refleks langsung melangkah mundur, dan menangkupkan kedua tangan di depan.
Saya lupa. Saking seringnya berada di kawasan yang mayoritass muslim, saya lupa dengan kebiasaan ataupun penyikapan terhadap orang di luar.

Melihat saya yang mundur dan bersikap seperti itu, tampaknya jadi membuat sang prof tersebut (dan juga dokter-dokter yang menjadi murid beliau itu) menjadi kaget.

Dan mendadak suasana hening seperti di film-film slow motion.... 
~_~

Saat suasana sedikit ternetralisir, prof tersebut akhirnya bertanya (kurang lebih), "Anda tidak mau berjabat tangan dengan saya??"
Saya sedikit gelagapan menjawab, "Errr, maaf, saya tidak mau, Prof."
Sang prof berdecak lagi, "Tidak mau atau tidak boleh?"
Saya malah bingung, "Emmm... Tidak mau,, dan tidak boleh, Prof. Tidak dibolehkan oleh Allah."
Sang prof tertawa kecil, lalu bertanya ke dokter yang tadi mengajak saya, "Ini, ini aliran apa ini?"

Jdeeerr.... speechless saya... T----T

Untungnya sang dokter menjawab, "ya aliran Islam, Prof." walaupun sang dokter juga menjawab dengan kelihatan bingung dan dengan wajah datar.
Sang prof tersenyum sebentar (atau sinis?) ke saya, dan bilang, "Saya pelajari dulu ya tulisan-tulisan anda. Nanti kita bisa janjian lagi."
Daaan sang prof pergi. menghilang. whuussssh. makcliing. meninggalkan saya yang masih nggak tau saya harus merespon dan menjawab bagaimana. ~___~

Rasanya..... seperti sudah diangkat ke langit ke tujuh lalu dihempaskan ke bumi. -.-.-.-.-.-""

Belum hilang speechless saya, mendadak seorang dokter menawarkan sebuah waktu untuk janjian dan berdiskusi, dengan prof tersebut juga. Masalahnya, dokter tersebut juga laki-laki. =_=
Dan saya terdiam lagi. Kemudian mengutarakan segepok alasan.

Hingga akhirnya sang dokter berkata, "kamu boleh ajak temenmu, atau siapa lagi, kalau memang yang kamu khawatirkan adalah khalwat. Nanti tempat dan waktu bisa dikomunikasikan lagi. Ini semua kan juga demi masa depan."

Dan kemudian sang dokter memasang wajah super datar dan segera menyusul sang prof yang pergi entah kemana....
.
.
.
Bingung ya? Sama.... Seperti ingin berteriak, apaa salah sayaaa.... ~_~
Dulu, waktu SMA, mungkin pernah ada yang tau tentang cerita saya...
Yang ketika saya akan berangkat untuk lomba penelitian di Russia, dan beberapa bulan menjalani pembinaan di Bandung...
Waktu itu kasusnya juga hampir serupa ya...
Mengenai jabat tangan.

Pembicara di pembinaan ketika itu mengajak saya berjabat tangan, dan saya menolak dengan keras.
Dan dibalas, "berjabat tangan itu salah satu bentuk profesionalitasan anda. Anda kalau mau go internasional, apalagi ketika sudah sampai di Russia besok, mau tidak mau harus bersikap profesional. Nggak bisa kalau masih membawa-bawa ajaran lama yang terlalu membatasi itu."

Respon saya dalam hati dan dengan gaya gaulnya anak SMA, "hellooo... Rasulullah itu profesional kok, tapi buktinya beliau nggak sembarangan aja menjadikan hal itu sebagai alasan untuk jabat sana jabat sini. Rasulullah itu sukses kok dalam skala setara internasional, tapi toh beliau nggak kemudian melonggarkan batasan-batasan Allah dalam nama profesionalitas."

Respon saya dalam tutur kata penuh formalitas, "maaf, tapi ini idealisme saya. sudah aturan di agama saya."

Dan seperti kejadian sore tadi, hal yang terjadi kemudian ya hening.
hening. hening everywhere.

Memang ya, ribet banget kayaknya. Padahal sebenernya jawabannya simpel lho..
Dari hadits Ma’qil bin Yasar radhyiallahu ‘anhu :

لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. 
(HR. Ar-Ruyany dalam Musnadnya no.1282, Ath-Thobrany 20/no. 486-487 dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 226)

Jadi sebenernya jabat tangan itu boleh atau enggak....?
Boleeeh koookk.... tapi ya itu..... nanti kepalanya ditusuuk pake jarum besi.....

Dan dari banyaak riwayat, disebutkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘alahi wasallam bersabda :

إِنِّيْ لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ
yang artinya : “Sesungguhnya aku tidak pernah berjabat tangan dengan wanita”.

(HR. Malik no. 1775, Ahmad 6/357, Ishaq Ibnu Rahaway dalam Musnadnya 4/90, ‘Abdurrozzaq no. 9826, Ath-Thoyalisy no. 1621, Ibnu Majah no. 2874, An-Nasa`i 7/149, Ad-Daraquthny 4/146-147, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 4553, Al-Baihaqy 8/148, Ath-Thobary dalam Tafsirnya 28/79, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad wal Matsany no. 3340-3341, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thobaqot 8/5-6, Ath-Thobarany 24/no. 470,472,473 dan Al-Khollal dalam As-Sunnah no. 45. Dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Fathul Bary 12/204, dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 529 dan Syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fii Ash-Shohihain. Dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Asma` binti Yazid diriwayatkan oleh Ahmad 6/454,479, Ishaq Ibnu Rahawaih 4/182-183, Ath-Thobarany 24/no. 417,456,459 dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam At-Tamhid 12/244. Dan di dalam sanadnya ada rawi yang bernama Syahr bin Hausyab dan ia lemah dari sisi hafalannya namun bagus dipakai sebagai pendukung.)

Kurang apa tuh sanadnya....

Dari sebuah sumber juga,, Ibnu Muflih dalam Al-Furu’ mengatakan:
“Diperbolehkan berjabat tangan antara wanita dengan wanita, laki-laki dengan laki-laki, laki-laki tua dengan wanita terhormat yang umurnya tidak muda lagi, karena jika masih muda diharamkan untuk menyentuhnya”. Hal ini disebutkan dalam kitab Al-Fusul dan Ar-Ri’ayah.

*betewe saya sih masih merasa muda yaa... >__

Beliau juga bercerita dalam kitab Kasyful Qina’ :
“Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya mengenai seorang laki-laki yang berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya, maka beliau menjawab, “Tidak boleh!”. Karena ingin mendapat penjelasan lebih, maka aku bertanya: “Bagaimana jika berjabat tangannya dengan menggunakan kain?”. Abu Abdillah pun mengatakan : “Tidak boleh!”. Laki-laki yang lain ikut bertanya: “walaupun ia mempunyai hubungan kerabat? Abu Abdillah (Imam Ahmad) juga mengatakan, “Tidak boleh!” Kemudian Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika ia adalah anaknya sendiri?”. Maka Abu Abdillah menjawab: “jika yang ia jabat tangani adalah anaknya, maka hal ini tidaklah mengapa”.

Dari nukilan-nukilan di atas, kelihatan kan kalau berjabat tangan langsung dengan wanita asing yang bukan mahram adalah salah satu diantara kemaksiatan yang telah tersebaar luas banget di kalangan masyarakat. Dan hal ini termasuk kemungkaran jika diukur dari sisi syariat, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang buruk atau tanda rusaknya agama seseorang.

Tambahan ya dari mahdzab Asy-Syafi'i...
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’:
“Sahabat kami berkata bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk memandang wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya atau dalam keadaan jual beli atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam keadaan demikian."

Imam Nawawi pun berkata dalam Syarah Shahih Muslim:
“Hal ini menunjukkan bahwa cara membaiat wanita adalah dengan perkataan, dan hal ini juga menunjukkan, mendengar ucapan atau suara wanita yang bukan mahram adalah diperbolehkan jika ada kebutuhan, karena suara bukanlah aurat. Dan tidak boleh menyentuh secara langsung wanita yang bukan mahram jika tidak termasuk hal yang darurat, semisal seorang dokter yang menyentuh pasiennya untuk memeriksa penyakit”.

Dan saya rasa jabat tangan itu bukan sesuatu hal yang termasuk darurat ya. Kita nggak akan meninggal kok walaupun sang presiden nggak megang tangan kita. Nggak usah takut dengan orang-orang yang mengatasnamakan profesionalisme dan berada di atas itu, toh cuma di dunia kan. Tenang saja, selama ada Allah (dan juga suami :3) rezeki itu sudah ada bagiannya masing-masing. ^_^

Jadiii... lalu, jabat tangan itu salah satu bentuk profesionalitas bukan?
Kalau menurut saya sih justru nggak profesional ya. Nggak tau kalau menurut mas Dhani.

sumber : http://imagedbyaqil.wordpress.com/2012/04/21/haramnya-bersalaman-dengan-non-mahram/

Wednesday, November 27, 2013

Mogok? Demo? Yuk lihat dari dua sisi :)

Bismillaah....

Kalau boleh memilih, saya sebenernya lebih memilih untuk mengerjakan tugas dibanding menulis tentang ini.. Atau melanjutkan tulisan saya tentang pola makanan kemarin mungkin, hehe. Tapi mumpung lagi dibahas, jadi saya ingin menulis sedikit saja terkait kejadian yang sedang ramai dibicarakan sekarang...

Beberapa minggu lalu, saat saya selesai ujian dan melewati loby kedokteran untuk menuju tempat parkir, ternyata di depan loby kedokteran sedang ramaai sekali, ada banyak orang di sana, membawa berbagai macam spanduk, pengeras suara, dan sebagainya. Saya tanya ke teman-teman saya yang kebetulan juga sedang menonton orang-orang itu, "Ada apa sih?"

Teman saya waktu itu hanya menjawab, "Anak-anak dari fakultas *piiiip* lagi pada demo."

"Kok di gedung kita demonya?"

"Iya, mereka demo nya ke kita."

Dan singkat cerita, saya tau alasan mereka demo itu apa. Dan singkat cerita lagi, sebenernya bukan anak kedokteran yang salah, jadi saya juga nggak ngerti kenapa mereka ngotot menuntut kita.

Lalu saya iseng tanya ke teman saya yang lain, yang termasuk mahasiswa 'aktif' di kampus. "Nggak ikut demo? Tuh, sana, demo balasan ke mereka."

Dia melengos, "kurang kerjaan banget. Kayak kita nggak ada kerjaan lain aja. Ngatur jadwal kuliah aja udah belibet gini, ngapain demo-demo segala."

Hehehe... karakteristik mahasiswa kedokteran ya, nggak pernah demo yang nggak penting, mendingan ngurusin kuliah.

Sampai akhirnya beberapa hari ini ada sebuah kasus yang mencuat di kalangan para dokter : kriminalisasi terhadap dokter Ayu dkk, begitu judulnya.

Kasus yang sebenarnya sudah selesai bertahun lalu, tiba-tiba diungkit lagi dan tiba-tiba juga dokter ayu dkk dipenjarakan.

Belum selesai masalah kesalahpahaman itu, sudah muncul berbagai komentar pedas terhadap dokter dari berbagai kalangan, dan bahkan dari pihak *atas*.

Efek kasus ini ternyata sebegitu luar biasanya. Di rumah sakit para dokter mulai memasang pita hitam di jas dokternya, menunjukkan keprihatinan terhadap kasus dokter Ayu. Di kampus saya, yang biasanya adem ayem ngelab dan ngeperpus, sekarang bahkan hampir seminggu tiga kali kami aksi, mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai bentuk keprihatinan. Sampai kemudian diambil lah keputusan mengenai liburnya pelayanan di rumah sakit kecuali untuk kegawatdaruratan. (Ibunda saya cerita bahwa beliau mendapat surat tugas resmi langsung dari POGI terkait dengan liburnya pelayanan tersebut)

Sore ini, ketika menyetel metro TV, kebetulan pas ditayangkan mengenai para dokter yang menangis ketika menjenguk dokter Ayu di penjaranya... Semuanya prihatin dan ikut mendoakan dokter Ayu supaya bisa segera terselesaikan kasusnya. 

Banyak yang mencerca, lebih banyak yang menghina, walaupun tidak sedikit yang mendukung tindakan ini. Jika ada yang bertanya-tanya, "Kenapa sih sampai segitunya banget? Kenapa pakai aksi segala macem?"

Kalau boleh milih ya,,,,, pasti nggak ada deh yang seneng buat melakukan aksi seperti ini..... beneran.

Tapi kenapa? Karena, yang seriing tidak diketahui oleh orang-orang lain, ikatan persaudaran kedokteran itu sangat kuat.... Benar-benar sangat kuat...

Sejak masih di tingkat mahasiswa (seperti saya ini) kami sudah berkegiatan dan beraktivitas di bawah naungan nama ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang kemudian bercabang menajadi Senat, Badan Penelitian, Forum Da'wah, Tim Bantuan Medis, dan lain sebagainya. Minimal setahun sekali kami selalu bertemu dalam agenda nasional, mempertemukan kami dengan seluruh mahasiswa kedokteran se Indonesia, dengan beragam kegiatan sesuai cabangnya (temu nasional, penelitian nasional, musyawarah nasional, meeting nasional, pelatihan gabungan, dan lain-lain). Itu minimal. Maksimal, ada yang berapa bulan sekali mengadakan meeting nasional, apalagi kalau bukan untuk bekerja bersama-sama untuk acara atau kegiatan-kegiatan kedokteran.

Ketika lulus dari sarjana, ketika kelak kami tergabung dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) pun kami akan melakukan hal yang sama. Kami harus saling berkolaborasi, saling berdiskusi, saling memberikan materi atau masukan, dan lainnya. Sangat banyak sekali pertemuan yang harus dilakukan untuk sekedar meningkatkan kualitas dokter dalam melayani pasien, karna pendidikan kedokteran tidak akan berhenti ketika kami disumpah. Tapi sepanjang hayat kami tidak akan pernah berhenti belajar dan mengupgrade diri.

Ibunda saya bahkan kadang masih tidur dengan ditemani berbagai buku tebal, padahal beliau sudah lulus dari sub-spesialis obsgin fetomaternal. Jangan tanya bagaimana berantakannya meja belajar saya

Nah, ringkasnya, meskipun memang miris ketika melihat banyak pasien yang jadi mengeluhkan karena tidak adanya dokter,,, tapi saya bisa mengerti perasaan para dokter itu... apalagi yang tergabung di POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia), betapa sedihnya perasaan mereka ketika temannya sejawatnya sendiri, sahabat berdiskusi mereka selama ini, sekarang terjerat penjara yang bahkan segala tuduhan dari keluarga pasien sudah terbantahkan dengan bukti-bukti dari tim forensik..

Ibaratnya ya,,,, keluarga kedokteran itu sudah seperti satu tulang satu daging satu darah.... Sudah seperti satu tubuh, dimana ketika ada salah satu bagian yang disakiti maka bagian yang lain tidak akan tinggal diam..

Harapan saya hanyalah,,, smoga permasalahan ini bisa segera terselesaikan,, tanpa ada pihak yang terdzolimi...

Ingat, dokter itu bukan Tuhan..

Dan kalau mau jahat (ini ide suami saya), karena dokter itu penjual jasa, seperti penjual jasa yang lain tentu saja mereka juga punya hak untuk memilih mau kerja dan mau libur kapan, mau menangani pasien atau tidak. Hanya saja, tentu, para dokter tersebut tetap tidak akan tega dan tidak kuat untuk menelantarkan pasien.. Ibunda saya saja tetap praktik dan keep in touch dengan koas-koas atau perawat untuk menanyakan status pasien kok..

Yuk saling menghargai profesi masing-masing,
hidup ini indaah jika kau tauu........ ;")







Thursday, September 26, 2013

Koreksian

Lokasi : Lab IT
S : Someone; A : Asdos lain; KA : Kepala Asdos

A1 : Kok telat sih, Sa?
S :   Iya, maaf Mbak, tadi bikin bekal dulu.
A2 : Sana ngajar di depan, mereka hampir selesai pretest tuh
S :   Kok aku lagi...... Aku mau ngerjain koreksian sama editan nih
A1 : Anak baru itu tugasnya ya ngajar, jangan protes
S : .................................... okey. (sudah biasa terbully)

S   : Mbak, Mas, udah pada sholat belum? Habis ini ada jadwal mahasiswa yang inhal (remidi) lho
A2 : Ya lalu?
S   : Ya kan ngajar.....
A5 : Kamu dong Sa yang ngajar. Udah siap kan kamu. Kami lagi ngoreksi nih
S   : ...........................................
(selesai ngajar yang inhal)
KA  : Tadi ngajar tambahan kan? Tandatangan di sini ya (nyodorin absen tambahan)
S    : Waaah tambahan gaji nih, Pak?
KA : Iya dong
alhamdulillaah.. :""

KA : Lagi ngapain, Sa?
S  : Ngulang koreksian minggu lalu, Pak. Kehapus semua datanya yang di ELS....
A1 : Lho kok bisa sih, Sa. Emang nggak disimpen?
S   : Ya disimpen lah. Lha gatau ini kok tiba-tiba di rapot nilainya anak-anak ilang semua
A3 : Udah ngoreksi ujiannya mereka belum?
S   : Beluuum
A2 : Gimana sih, Sa. Yang lain aja udah selesai ngoreksi lho.
S   : Ya kan dari kemarin aku ngajar teruss...
A5 : Suruh siapa ngajar terus. Buruan diselesaiin sana, nanti gajimu nggak keluar lho.
S   : .............................................. -______- 

Sesungguhnya mengoreksi itu lebih cepat lebih baik. Sebelum file koreksiannya nambah bejibun lagi.
Dan sesungguhnya setelah terbully selalu ada matahari yang siap bersinar.
Sekian.

*Dan sesungguhnya ngajar itu jangan dilihat dari gajinyaa


Bytheway, nanti atau besok saya ingin share tentang kuliah inspiratif saya tadi siang, masih tentang topik yang sama : gangguan jiwa. See ya! :)

Tuesday, September 24, 2013

Bipolar Disorder

**reshare dari teman kampus saya yang bernama Ainun... :)

Kemarin, dapet materi kuliah dari salah seorang dosen.
Do you know bipolar disorder?
Bipolar disorder adalah salah satu gangguan berupa perubahan mood dua kutub.
Kadang-kadang dia depresi (sedih dan kehilangan semangat) , kadang-kadang dia seneng banget.

Bahayanya, bipolar disorder ini bisa berulang-ulang.
Dan sekurang-kurangnya gejalanya 2 minggu.

Sempat kepikiran sih, jangan-jangan.. salah satu diantara temenku ada yang seperti itu.
We should be aware of that.

Tapi kemudian dosen berkata.. kalo kita menjauhi mereka, kasihan.
Orang dengan depresi, bipolar, dll.. mereka butuh banget dukungan kita dan kita malah menjauh karena kita takut sama mereka..
Justru dengan kita menjauh, bakalan memperparah gangguan jiwa mereka.

Nahlo.. *_*
makanya ketika ada temen kalian yang mulai menjauh dari aktivitas sosial atau yang lainnya, deketin.
Jangan dijauhin.
Lebih baik mencegah daripada mengobati kan? :)
Itu aja guys yang bisa aku bagi kali ini.
Semoga bermanfaat and have a nice day! :"D

"Kadang kita sibuk bicara, lupa melihat" - dr.Shanti

Friday, September 20, 2013

Surprise Again

subhanallah.... alhamdulillah...

Ketika sedang ribet menyelesaikan power point untuk berangkat ke Semarang nanti sore (dan rela membolos kuliah pagi ini), mendadak mendapat sms dari seseorang..... dan menjadi kejutan bahagia yang ke sekian di bulan ini

Dosen DPA saya menawarkan sebuah research milik beliau, yang juga dibimbing langsung oleh beliau. 

Surprise? Bangeeett... Kan jadi sedayung dua pulau, bisa untuk skripsi saya juga :D (yang dari kemarin belum juga tersentuh lagi, hehe)

Jadi ingat lagi sama postingan saya kemarin di awal bulan, kejutan dari Allah itu memang slalu nggak bisa diperkirakan dan disangka-sangka ya.... subhanallah... :')

Jadi semangat lagi deh bikin power pointnya,, hap hap semangattt!!! ^_^b

Untuk yang menanyakan, kenapa sih saya dan suami semangat banget untuk sekolah tinggi-tinggi, kenapa nggak mementingkan kerja dulu -- karenaa kami ingin anak-anak kami besok bangga punya orangtua seperti kami, dan menjadikan kami rolemode bagi mereka..

Kami ingin anak-anak kami besok melihat abinya sebagai seseorang yang sukses dari bidang akademik, dan juga melihat uminya yang walaupun hanya jadi ibu rumah tangga tapi juga punya background akademik yang kuat, jadi supaya anak-anak kami besok punya motivasi yang sangaaaat besar di akademik dan bisa jadi jundi-jundi Allah yang luar biasa di muka bumi... aamiinn.... :"D

*Cepat Lulus*
*Terus Berprestasi*
*Sekolah setinggi-tingginya*
*and become a GREAT mother*

Dedek sedang apa di atas sana?
Doakan calon abi dan umi mu ini yaa,,, semoga kita bisa segera dipertemukan... :""")

Tuesday, September 17, 2013

My Another Journey...

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Untuk bulan ini hanya berharap satu hal, semoga Allaah selalu dan selau menjaga langkah kaki ini untuk tegar di jalan-Nya...

Beberapa waktu lalu saya pernah membuka bulan ini dengan tulisan di sini, dan saat itu saya memang hanya mengharapkan hal itu, lancarnya skripsi saya..

Meskipun masih ada banyaak sekali target-target saya di tahun ketiga ini, tapi saya berpikirnya hanya itu yang ingin saya lakukan di bulan September ini.

Tapi ternyata Allaah berkehendak lain..

Hanya berselang beberapa hari setelah tulisan itu saya buat, datang sebuah berita gembira :
saya lolos program student exchange nya mahasiswa kedokteran.

Meskipun bercampur aduk antara perasaan senang sedih dan bingung, tapi pada akhirnya saya dan suami memutuskan untuk menanggapi berita itu dengan bahagia.

Dan belum hilang perasaan bahagia itu, selang sehari datang lagi kabar membahagiakan berikutnya :
saya lolos dan keterima menjadi asisten dosen (asdos) di laboratorium IT kampus saya..

Rasanya sangat luar biasa. Berawal dari sebuah keisengan semata, dan juga tanpa harapan yang muluk-muluk (karena yang ikut seleksi juga semuanya pinter-pinter, dan banyak), ternyata saya berhasil menjadi satu dari tiga mahasiswa yang diterima dari angkatan saya..

Sejak itu dimulai lah aktivitas non stop sehari semalam.. Apalagi setelah ternyata judul skripsi saya disetujui oleh dosen pembimbing saya, dan saya dipersilahkan mulai mengerjakan proposalnya.

Yang sebelumnya sudah padat kuliah, sekarang aktivitas di kampus saya dobeli dengan bolak-balik ke lab untuk ngajar adik-adik mahasiswa. Ngajar dari pagi sampai sore,, yang berhasil membuat kaki saya jadi mati rasa pada malam harinya. Belum lagi mengerjakan silabus materi untuk mereka, membuat soal-soal, mengoreksi tugas-tugas mereka, dan juga mengedit materi dosen yang akan dicetak sebagai buletin.. dan juga berusaha mulai segera menyelesaikan proposal skripsi saya.

Walaupun saya lebih ingin fokus ke skripsi saya (saya nggak enak sudah ngeloby dosen duluan padahal sebenarnya belum jatahnya untuk bikin skripsi, jadi saya harus menjaga komitmen saya dengan beliau) tapi justru minggu-minggu ini waktu saya lebih banyak terkuras ke kuliah dan ke agenda saya ngasdos.. dan juga organisasi (ah, ya, sekarang sedang heboh-hebohnya open recruitment dan juga makrab)

Baru saja mau mulai untuk merapikan manajemen waktu, mendadak kemarin mendapat sms dari panitia IMSF kalau karya esai ilmiah saya lolos sebagai sepuluh besar dan saya diundang untuk presentasi di IMSF Undip jum'at pekan ini..

Subhanallahh..... saya saja sampai lupa kapan dan kenapa saya dulu mengirim karya saya itu, kenapa kok ya lolos...

Kesannya kufur nikmat banget ya,, astaghfirullah... Tapi serius, saya sedang ingin sedikit istirahat..

Kalau bukan karena mewakili Rohis Kampus saya dalam IMSF, yang kebetulan diselenggarakan oleh FULDFK (Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran), mungkin saya nggak akan mau berangkat.. Keberangkatannya saja hanya tinggal dua hari lagi, dan dua hari itupun saya full ngasdos dan juga mengedit materi... saya belum prepare sama sekali untuk presentasi... :(

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Semoga Allaah selalu menjaga langkah kaki kita dalam kebaikan,,
semoga Allaah selalu menjaga niat dan semangat kita di dalam jalan-Nya..
dan semoga setelah ini jangan ada berita membahagiakan yang lain dulu, paling tidak dalam kurun waktu dua minggu ini.. saya ingin sedikit istirahat...

Kalaupun ada berita lain lagi, semoga memang itu yang terbaik untuk saya, dan saya mampu menghadapi berita tersebut,
dan semogaa Allaah menguatkan bahu dan kaki ini untuk terus menopang semuanya...

aamiin... :')

Tuesday, September 10, 2013

Perihal Wanita Menikah yang Berkarir (PART 2)

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ingin melanjutkan postingan saya di sini beberapa waktu lalu yang ternyata sangat ramai dikunjungi orang-orang (trafficnya langsung mencuat ke ranking 1 popular posts)..

Kemarin, waktu postingan saya itu sedang ramai-ramainya dengan komen, suami saya bilang,
"dek, kayaknya ada yang beda penafsiran deh tentang tulisanmu itu...."

Saya sih nggak ngeh mana yang bikin salah penafsiran.. Sampai tadi teman-teman saya ada yang menegur, "Sasaa, kamu lolos exchange ya? Bukannya katamu perempuan yang udah nikah itu jadi ibu rumah tangga aja? Kok kamu malah pergi-pergi?"

Dan bukan hanya satu dua orang aja yang menanyakan.. Walaupun lebih banyak yang memberi selamat daripada mempertanyakan hal tersebut. Dan pertanyaan itu lah yang membuat saya tiba-tiba sadar dimana kesalahan persepsi yang dulu disebut-sebut sama suami saya itu.

Jadi begini ya,, terkait dengan judul tulisan saya "Wanita Menikah yang Berkarir-Sunnah pun Tidak"...
Point pertama saya adalah :

Wanita Menikah itu TIDAK SUNNAH untuk Berkarir

Berkarir di sini saya batasi dalam konteks mencari nafkah lho ya..
Bisa dilihat dari sebuah ayat di Al Qur'an:
Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang telah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka melahirkan.” (Ath-Thalaq: 6)

Suami berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak seperti yang diperintahkan dalam ayat diatas. Dan kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak berlaku meski suami miskin dan atau istri dalam keadaan kaya/berkecukupan.

Ayat lain menyebutkan :
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah ‎ berikan kepadanya. ‎Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq:7)

Nafkah yang harus dipenuhi suami kepada istri, antara lain tempat tinggal, makan dan minum, pakaian, dan biaya kesehatan ketika sakit. Hal tersebut adalah nafkah yang utama disamping nafkah lainnya yang mengikuti sesuai dengan kebutuhan.

Which means, suami berkewajiban memberikan tempat tinggal untuk ditempati bersama demi mewujudkan ketenangan dan cinta kasih diantara keduanya. Tempat tinggal tidak disyaratkan harus hak milik suami, karena dapat juga sewa atau berupa pinjaman. Mengenai makanan dan minuman, suami juga berkewajiban memberikan nafkah sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, seperti misalnya suami menyediakan berbagai peralatan dapur serta memberikan uang belanja agar istri dapat memasak. Suami pun wajib memberikan pakaian kepada istri dengan yang baik. Dan mengenai pakaian bagi istri, Islam telah mengatur bagaimana pakaian yang sesuai syariat, di mana suami lah yang berkewajiban untuk menjaminnya.

Jadi saya rasa jelas sekali ya di sini, bahwa kesemua permasalahan materi tersebut dibebankan Allah kepada suami, bukannya kepada istri. Dan di sanalah letak ke-wajib-annya. Sedangkan istri? Apa tugasnya? Tugas istri itu mudah : hanya taat dan hormat kepada suami. Titik nggak pakai koma.

Saya akan menukilkan sebuah kisah terkait hal ini..

Seorang perempuan datang memohon nasehat pada Nabi Muhammad SAW.
Nabi menanyakan apakah dia memiliki suami, dan perempuan itu mengiyakan. 
Kemudian Nabi menanyakan apakah dia melayani suaminya. Perempuan itu menjawab dia melakukan apa yang bisa dia lakukan.
Kemudian Nabi berkata pada perempuan tersebut: “Engkau sama dekatnya dengan Surga dan sama jauhnya dari Neraka sebagaimana dekatnya engkau dalam melayani suamimu”, 
dan dalam riwayat lain dikatakan : “suamimu adalah Surgamu atau Nerakamu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Atau ada juga hadist seperti di bawah ini :
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Jika aku boleh memerintahkan seseorang untuk menyembah yang lain, aku akan memerintahkan istri untuk menyembah suaminya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hanya dari dua hadist itu saja sudah dapat dipastikan ya bagaimana pembagian tugas wajib bagi antara istri dan suami. Suami itu wajib menafkahi, dan istri wajib taat pada suami.

Lalu bagaimana dengan wanita yang berdagang atau mengajar atau yang lain?
Kembali lagi ke bahasan utama saya tadi, sudah sangatt saya tegaskan bahwa yang saya garis bawahi dalam kalimat berkarir itu adalah mencari nafkah, dimana artinya sang istrinya yang "dipaksa" atau "memaksakan diri" untuk menjadi tulang punggung keluarga, dan bekerja keras demi memenuhi kebutuhan di rumah.

Meskipun ketika masuk ke konteks "istri wajib taat pada suami" dan kemudian suaminya yang justru meminta istri untuk ikut bekerja mencari nafkah, ya itu urusan mereka kan. Yang jelas, kalau kata suami saya, sangat nggak pantas bagi suami itu untuk meminta istri juga ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Karena suami lah yang diwajibkan Allah untuk urusan itu.

Dan mungkin banyak yang harus diluruskan dari persepsi ini. Di sini saya ingin kembali menegaskan : tidak ikut mencari nafkah bukan berarti si wanita itu harus selalu ada di rumah.

Iya saya tau wanita itu punya banyak potensi. Iya saya tau banyak sekali lapangan pekerjaan sosial yang sangat membutuhkan SDM wanita. Dan tulisan saya kemarin benar-benar tidak bermaksud untuk melarang itu. Bahkan suami saya pun juga mengijinkan saya untuk berwirausaha, suami saya mengijinkan saya untuk bersekolah setinggi-tingginya, dan beliau juga mengijinkan saya untuk keluar rumah demi aktivitas-aktivitas da'wah. 

Yang kami tekankan adalah : semua aktivitas itu bukan dalam rangka kewajiban mencari nafkah. Itu semua murni untuk aktivitas sosial, untuk da'wah, juga untuk memperkaya diri terhadap ilmu pengetahuan.

Untuk teman-teman yang mungkin kemarin datang ketika saya mengisi talkshow tentang menikah muda, saya di sana menjelaskan bahwa sejak awal saya dan suami memang sudah sepakat untuk studi dengan setinggi-tingginya, meskipun kami tidak mengesampingkan peran dalam rumah tangga.

Saya tetap melanjutkan program sarjana saya, walaupun pulang ke rumah ya tetap harus bersih-bersih rumah, menyiapkan makanan, dan lain sebagainya.
Suami saya juga lanjut terus program magisternya, meskipun jadi sering pulang larut karna setelah kuliah harus ngantor, dan sebagainya.

Kami sih berharapnya setelah ini nggak ada lagi yang salah persepsi dengan tulisan saya yang dulu itu. Dan semoga juga nggak ada yang justru jadi menganggap kami itu tidak setuju dengan istri yang beraktivitas sosial ataupun melanjutkan studinya, karna toh kami sangat sangat mendukung aktivitas pasangan suami-istri yang tidak pernah berhenti mengembangkan kualitas diri. Understand? :)

Dan tentang keputusan saya untuk ikut program student exchange.....
Jadi begini, itu panjang banget ceritanya ~__~

Di jurusan saya, yang mana menggunakan sistem blok, ada sebuah blok berjudul "blok elektif" yang memberi kebebasan pada mahasiswanya untuk mengisi blok itu dengan apapun.
Ada tiga pilihan dari jurusan saya :
1. ikut program exchange
2. melakukan penelitian (di luar skripsi) mengenai herbal (atau apa gitu, lupa)
3. membuat film edukasi

Saya pertamanya nggak tertarik untuk ikut exchange ya, rasanya masih berat pergi dari indonesia (ceileh) jadi saya waktu ikut mikirnya ya mau melakukan penelitian aja.

Sampai kemudian suami saya bilang,
"Dek, mas keterima program magisternya yang double degree, jadi tahun depan berangkat ke Taiwan."

Huwaa,,, saya ditinggal doong.... T__T

Langsung patah hati lah ya, sampai nggak nafsu makan segala (bo'ong banget, wkwk)
Akhirnya ketika ada pengumuman lagi tentang pendaftaran program exchange-nya itu, saya ndaftar deh... Dan salah satu negara yang saya pilih ya Taiwan itu, biar besok nggak usah mikirin tempat tinggal, kan bisa nebeng di tempatnya suami. hihi

Akhirnya ikut serangkaian seleksi.... mulai dari seleksi berkas, lalu tes listening, lalu wawancara...
Sampai akhirnya pada tanggal yang ditentukan, belum ada pengumuman apa-apa. Haha.

Udah hopeless rasanya, yah emang nasib kalau nggak lolos juga nggak masalah....

Lalu mendadak kemarin sore (setelah lewat beberapa minggu dari tanggal yang dijanjikan) ternyata baru ada itu pengumumannya.... Dan dari sekian banyak yang mendaftar dan ikut seleksi, saya termasuk satu diantara 25 mahasiswa yang lolos untuk program exchange itu...

Seneng? Iya lah, banget...
Sayangnya, ketika saya liat, berkas saya masuk di negara mana, ternyata di Tunisia.
Iya, Tu-ni-si-a.

Ya ampun, itu mananya Taiwan??
Saya ngucek-ngucek mata saya berkali-kali.
Akhirnya buka google map..

Dari yang sebelumnya begini :

Indonesia -- Taiwan

Sekarang justru akan jadi begini :

Tunisia -- Taiwan


Haduuh,, jaut amat ya...... ~___~
Itu mah bukannya tambah deket, malahan tambah jauuh pake banget banget... =__=

Kalau melihat saya hari ini sih, mungkin kelihatannya saya itu baik-baik aja..
Coba lihatnya tadi malam... waktu saya nangis-nangis nggak jelas..... ckckck....

Entah apa skenario Allah pada saya dan suami saya, mungkin Allah sengaja memilihkan Tunisia karna itu merupakan negara Islam (yang entah kenapa justru bahasa utama di sana adalah bahasa Perancis -__-), atau mungkin Allah memang sengaja menjauhkan kami supaya besok kangen-kangenannya lebih terasa (apa deh)....

Yang jelas pena telah kering dan lembaran telah dilipat...
Kami hanya meyakini, bahwa segala sesuatu itu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha dan qadar.. Keyakinan kami bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin dan ketentuan Allah SWT.. Jadi ya kami di sini berusaha legowo, ya udah, niatnya kan untuk menuntut ilmu kan ya... Bismillaahirrahmaanirrahiim aja.... :""")


#Nah, tulisan penutup ini sekaligus menunjukkan, bahwa saya dan suami tidak pernah berpendapat bahwa wanita yang sudah menikah itu nggak berhak untuk keluar rumah atau beraktivitas sosial. Apalagi tentang menuntut ilmu.
Kalau kata suami saya sih, "yang penting jangan sampai yang *sunnah pun tidak* itu justru mengalahkan yang *wajib* bagi istri, yaitu taat dan patuh pada suami..." :)

##Step selanjutnya adalah semakin giat latihan english dan french (saya memaksa suami saya buat ikutan nemenin saya les bahasa perancis, wkwkk... ^^)

*oh iya, bytheway, karna ada yang menanyakan... enggak, saya enggak berangkat sendirian kok. saya berangkat bareng teman akhwat saya yang bernama Annisa Aninditta Lathifah. Ada mahramnya, jadi tenang aja.. :) Dan suami saya justru sangat mendukung keberangkatan saya ini ^_^

Akhir kata,,, semoga postingan kali ini sekaligus mengclearkan postingan saya sebelumnya ya ^___^ 
see ya! ;)

Friday, September 6, 2013

Hello September!

bismillaahirrahmaanirrahiim...



Masyaa Allah, ternyata bulan September sudah berjalan lima hari...

Apa yang sudah dilakukan?

Menyelesaikan tugas sebagai delegasi di Temilnas (masuk sepuluh besar) dan mempresentasikan karya.
Menyelesaikan amanah sebagai pemandu di OSDI (Orientasi Studi Dasar Islam) 2013.
(Hampir) Menyelesaikan amanah sebagai PJ Pemandu di MATAF (ospek kampus saya).
Menyelesaikan beberapa karya untuk kemudian dikirimkan ke lomba-lomba yang ber deadline Agustus.

ini cocard saya.. tiga cocard, lima hari, dua kota..
Untuk beberapa hari yang luar biasa hectic ini, saya benar-benar mengucapkan terimakasiih yang sebesar-besarnya untuk suami saya yang sangat sangat mensupport dan mendukung kegiatan saya dengan pengertian dan tenaganya.... I love you so much, dear... Kalau ditanya, dalam skala satu sampai sepuluh, seberapa besar rasa cinta saya, saya akan menjawab : more than a thousand! :"D

Apa yang ingin dilakukan?

SE-KE-RIP-SI !!!
Iya, skripsi. Saya berbulan-bulan lalu sudah sering berdialog dengan dosen pembimbing akademik (DPA) saya, saya ingin segera mengerjakan skripsi saya. Tapi beliau selalu bilang, "kamu kan belum dapat kuliah blok tentang metopen (metode penelitian), masa udah ngerjain skripsi??"

Hellooo ibuk dosen saya yang tercinta........ Jaman gini gitu lhoh.... Masa' bikin skripsi aja harus menunggu kalo udah dapet kuliahnya..... o___0""

Saya rasa beruntung banget ya jurusan lain yang memakai sistem SKS (sistem kredit semester) yang bisa milih-milih kuliahnya dan bisa ada kesempatan untuk lulus lebih cepat. Sedangkan kedokteran? Dengan sistem blok, mana ada acara lulus cepat-cepatan atau kurang dari empat tahun, semua mata kuliah kan sudah diatur dari atas, jadi ya cuma bisa pasrah ngikutin jadwal yang sudah ditentukan.

Makanya seminggu ini (dengan segala ke-hectic-an saya di bandung dan jogja) saya sudah mulai nge-loby seorang dosen buat mengajukan kasaran skripsi saya. Ini sudah mau masuk semester ke 5 lhoh ya,,, masa harus nungguin akhir semester 6 buat mulai mengerjakan skripsi (karna kuliah tentang metopen baru ada di akhir semester 6)??

Saya itu pinginnya cepet skripsi, cepet selesaiin ujian-ujian yang ada, kemudian lulus! Trus bisa nemenin suami saya yang kuliah di luar.

Untuk lulus kedokteran sekarang aja kan minimal skripsinya udah terpublikasikan di jurnal nasional atau internasional, lhah kalau ngerjainnya ditunda-tunda trus kapan lulusnya dongg... T__T

Urusan ngomong ke DPA saya ya nanti aja deh dipikirinnya. Yang penting jalan dulu skripsinya. Semoga DPA tercinta saya itu mau segera berubah pikiran ya..

Jadi target utama saya bulan ini ya itu : SE-KE-RIP-SI.
Pekan depan baru mau mulai bimbingan awal nih, doakan yaa.... Semoga yang ikut mendoakan nanti juga bisa memperoleh kebaikan yang serupa, aamiin..


GO GO GO SEKERIPSII

Wednesday, August 28, 2013

Road to TEMILNAS 2013

Nggak nyangka, rasanya baru kemarin ini TEMILNAS 2012, eh kok tau-tau besok udah TEMILNAS lagi. Dan apesnya kebetulan kok ya terjebak untuk ikut lagi. hoho -.-

Apa itu TEMILNAS?
Singkatan dari Temu Ilmiah Nasional, merupakan pertemuan ilmiah tahunan mahasiswa kedokteran terbesar di Indonesia.

Latar belakangnya?
TEMILNAS merupakan salah satu proker rutin dari BAPIN-ISMKI (Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional — Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), bertujuan untuk menyambung tali silaturahim antar lembaga keilmiahan FK se-Indonesia, serta meningkatkan kompetensi dan pengetahuan mahasiswa FK di seluruh Indonesia.

Kapan?
Mulai dari tanggal 30 Agustus pagi sampai tanggal 3 September 2013.

Dimana?
Pada tahun 2013 ini TEMILNAS ditenderkan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Siapa pesertanya?
Seluruh delegasi terdaftar dari Fakultas Kedokteran se INDONESIA.

Acaranya ngapain aja?
Ya sama seperti tahun-tahun sebelumnya : presentasi Proposal Multi-Center, Gagasan Tertulis, Esai, Poster Ilmiah, Poster Layanan Masyarakat, Video Layanan Masyarakat, Fotografi, Simposium, Talkshow, Workshop, dan lain-lain.

Udah sejauh mana persiapannya?
Belum jauh, masih di sini-sini aja... :D hehe.



Nantikan berita selanjutnya ya! :)