Pages

Saturday, October 12, 2013

Membaca program “mobil murah” secara politik : cara menjegal Jokowi

bismillaahirrahmaanirrahiim...

Hmmm, berhubung bulan ini adalah bulan paling geje sedunia versi saya, dikarenakan banyaknya proyek dosen dan juga riuwehnya skripsi saya, jadi bulan ini saya isi dengan sharing berbagai blog favorit saya saja yaa...hehe. Setuju ya setuju kan...? :D

Sebenernya pingin sharing banyaaak sekali blog yang akhir-akhir ini sering saya baca (apalagi yang mengupdate berita tentang carut-marutnya negeri ini sekarang). Tapi berhubung blogspot ini bukan facebook, yang kalo ngeshare tinggal pencet satu klik, jadi di sini saya ingin menuliskannya ulang di laman ini. Tentu saja dengan kelengkapan sumber dan data aselinya :)

Salah satu blog yang menurut saya sangat bagus dari segi topik dan juga ketajaman analisisnya adalah blog salah seorang kakak kelas saya di SMA, silahkan dinikmati :)

========================================
Membaca program “mobil murah” secara politik : cara menjegal Jokowi September 23, 2013
Posted by pratamasatria in Uncategorized. 

Seperti yang sama – sama kita tahu, Jokowi adalah pejabat politik dengan popularitas, likelibilitas dan elektabilitas terbaik hari ini. Berbagai hasil survey setidaknya sudah membantu kita untuk menegaskan kenyataan ini. Tetapi, politik adalah hutan belantara bagi para serigala pejuang singgasana. Politik tidak berbeda dengan arena kompetisi gaya bebas bagi para petarung penuh syahwat kekuasaan di dalamnya : gak peduli apapun yang menghalangi, yang penting menang !
20120921nissan-leaf
Ketika mindset itu diletakkan di dalam konteks : berarti, tidak mungkin Jokowi dibiarkan melaju sendirian. Popularitas Jokowi yang sedang selangit hari ini, harus kita lihat sebagai bahan bakar bagi ketidak senangan lawan – lawan politiknya yang tidak mungkin dibiarkan mengendap sekedar dalam hati tanpa terkonversi menjadi tindakan politik. Entah serendah – rendahnya atau malah setinggi – tingginya kadar ketidak senangan lawan politik terhadap subyek politik lainnya, tapi politik adalah action, kan ? One more, tindakan politik yang diambil pun harus benefit : harus mampu menjatuhkan lawan dan menguntungkan diri sendiri dalam waktu yang bersamaan, di hadapan publik.
Program low cost green car atau mobil murah yang diinisiasi oleh pemerintah, bisa dibaca secara multidimensional. Namun demikian, di awal tulisan saya ingin terlebih dulu menegaskan bahwa aspek yang penulis jadikan ruh di dalam tulisan ini adalah politiknya saja. Dengan demikian maka jika terjadi ketidak sepakatan secara substansial, semoga sudah dengan pemahaman terlebih dulu bahwa border dari tulisan ini sudah jelas : membahas sisi politiknya saja.
Ya, sulit untuk menjelaskan, bagaimana bisa pemerintah pusat dan pemerintah daerah justru jauh bertolak belakang dalam menyikapi kondisi aktual jalan raya di kota – kota besar Indonesia yang saya pikir semua sepakat bahwa kemacetan menuju ke kadar parah. Nah ini, lucu tenan, Pemerintah daerah yang sedang giat – giatnya mengatasi kemacetan, kok malah tidak didukung. Alih alih, pusat justru menggagalkan program daerah itu dengan kebijakan mobil murah.
Dengan harga jual 80 juta ke bawah per mobil, program mobil murah adalah jalan tol bagi para kelas menengah ke bawah untuk segera membeli. Predikat murah juga sekaligus sebagai katalisator supaya mobil ini segera berpindah tangan ke masyarakat dalam kuantitas yang bejibun. Nah masalahnya, kalo sudah dibeli, masa iya ga dipake ? Ya pasti dipake toh ? Kalo sudah dipake, sementara jalan juga tidak dibuat lebih luas, jadi tambah gimana macetnya ? Di titik ini lo saya merasa pemerintah pusat kok malah membangun inkongruensi dengan daerah, bukannya sinergi. Ini seperti seorang ibu yang mengatakan ingin anaknya segera pulih setelah babak belur dipukuli orang, tetapi membiarkan orang lain memukulinya lagi justru ketika sang anak sedang berusaha untuk recovery. lalu, kapan sembuhnya ? Aneh sekali.
Jokowi dan macet
Di sinilah sensitivitas politik kita diuji. Saya yakin, pusat juga sebenarnya paham, bahwa mobil murah akan semakin meningkatkan kemacetan jalan raya. Maka pertanyaannya sekarang, kenapa tetap dilakukan ?
Kembali ke kesepakatan : ini tulisan politik. Dari sisi politik, kontroversi mobil murah sebenarnya bisa dipisahkan secara polaris berdasarkan aktornya dan kepentingannya. Dan dari klasifikasi yang semacam itu, hanya muncul dua kubu : Jokowi yang anti, yang kemudian diikuti oleh beberapa kepala daerah, versus pemerintah pusat. Kepentingannya berbeda : Jokowi menganggap itu menambah kemacetan, sementara pusat menekankan pentingnya mengambil momentum menjadi pemimpin industri otomotif setidaknya di Asia Tenggara. MS Hidayat, Hatta Radjasa, dan Boediono termasuk kelompok kedua ini.
Sekarang, mari menjadi Jokowi. Betapa sulit posisinya untuk menolak, atau untuk menerima :
kalau sampai Jokowi menerima, duh, program nya mengatasi kemacetan bisa gagal tanpa bisa mengatakan bahwa ini adalah kesalahan pemerintah pusat. ERP, pembatasan ganjil-genap, tarif parkir tinggi, tetap tidak akan mampu secara total mencegah seorang individu untuk keluar menggunakan mobil. Akhirnya, Jokowi disetting oleh program ini untuk tidak bisa, atau paling tidak : lambat, dalam menuntaskan kemacetan Jakarta. Nah, kalo Jokowi tidak segera membereskan kemacetan Jakarta, ini makanan empuk untuk lawan politik nya berretorika : jangan pilih Jokowi lagiGagal beresin macet Jakarta !
Jokowi
Tetapi kalo sampai Jokowi menolak, ia akan dihukum oleh kelas menengah ke bawah (pembeli mobil murah potensial) untuk tidak dipilih lagi di periode selanjutnya. Kenapa ? karena middle class ini sedang merasa dimudahkan oleh pemerintah untuk membeli mobil. Ibaratnya, mereka merasa pemerintah pengertian banget deh. Jadi janganlah Jokowi larang larang yang udah ngebet pengen punya mobil. Kesempatan pula ini pas murah kan.. Nah, peningnya lagi, kelas menengah ke bawah adalah pangsa pemilih yang menjadi tulang punggung kemenangan Jokowi di pemilihan gubernur September tahun lalu. Jokowi tidak bisa menolak, dengan asumsi ia sadar bagaimana kelas menengah mengkonstruksi kemenangan elektoral nya.
Akhirnya, sudah mulai bisa dilihat jernih, sejauh ini, cara yang sistematis seperti inilah yang lumayan ampuh menjegal Jokowi : menjebaknya ke dalam dilema seperti itu terlebih dulu. Bagaimana hasilnya nanti, akan terlihat konkret terlebih ketika mobil – mobil itu sudah benar – benar ada di jalanan ibu kota.
Yap, saya termasuk yang tidak percaya, bahwa sisi politik adalah sisi yang diabaikan dalam arsitek program ini. Karena secara politik, mobil murah adalah instrumen kepentingan yang harus ‘mereka’ munculkan, karena takut Jokowi jadi Presiden.
================================
Gimana gimana...? menarik ya.... ^_^
Jujur, membaca blog kakak kelas saya ini tuh jadi membuka wawasan yang luas banget, apalagi kalau bukan karena saya jadi bisa tau sudut pandang lain dari masalah-masalah yang sedang terjadi. maklum saya kan cupu
Untuk yang tertarik, bisa langsung buka aja ke blog aslinya ya,,
di http://pratamasatria.wordpress.com/
Masih banyaak sekali tulisan-tulisan di sana yang menarik buat dibaca, dipahami, dan direnungi baik-baik. Pingin sih mengulas tulisan tentang politik tertentu yang dibahas di blog itu, tapi enggak usah deh, haha. nanti saya dimarahin sama si bos
Mungkin, setelah selesai ngeshare banyak blog di Bulan Geje ini besok, saya akan menulis postingan khusus yang juga membahas tentang politik-politik ini. mungkin.. Yang jelas saya mau menyiapkan mental saya dulu, hehehehe  :D
See you next time yaa, siapa tau blog kalian besok yang ternyata masuk ke laman sharing saya ini ;p

No comments:

Post a Comment

Punya pendapat lain? Ada tanggapan? Atau kritikan?
Yuk, budayakan komen! ;) Mari berbagi pendapat.. :)

Tinggal ketik, post comment! Nggak perlu verifikasi ;D