Pages

Saturday, August 17, 2013

My Mom dan Jilbabnya

Bismillahirrahmanirrahiim..


Postingan kali ini murni hanya curhat biasa ala Sasa, jadi untuk yang nggak berminat boleh skip dari postingan ini ^^


Sudah pernah baca postingan saya yang di sini? Di sana udah sedikit disinggung, kalau saya pakai jilbab memang semenjak kecil. Nah, kali ini saya mau curhat tentang proses berjilbab yang saya alami -- dan juga dialami ibunda saya.

Dulu, waktu kecil, saya pakai jilbabnya ngasal. Adanya apa. Yang penting berjilbab. Kebetulan waktu TK kan memang di TK ABA gitu jadi jilbab udah disediain sama sekolahan. Waktu SD juga begitu, jilbabnya standart jilbab anak-anak; jilbab cemplungan, pendek, ada talinya.

Memasuki SMP, awal-awal kelas satu masih pakai jilbab cemplungan yang pendek. Lalu tahun kedua mulai pakai jilbab paris (jilbab segiempat yang tipis itu) gara-gara terinspirasi sama jilbab seorang teman saya yang rapi. Waktu itu perempuan di angkatan saya (yang jumlahnya hampir 200 orang) yang berjilbab cuma ada dua orang; saya dan teman saya itu.

Waktu itu saya pernah iseng tanya sama ibunda saya yang sedang siap-siap mau berangkat operasi (ibunda saya dokter kandungan yang kece sekali, kapan-kapan saya tulis di postingan khusus ya),
"Bu, kok jilbabnya diikat di leher gitu? Nggak panas?"
Saya heran aja lihat jilbab dililit-lilit di leher, ngeliatinnya kan gerah.

Ibunda saya njawab, "Biar nggak ribet. Daripada ngganggu operasi."
Saya sih ngangguk-ngangguk aja, berhenti tanya, nanti keburu pasiennya yang marah-marah ke saya kan repot.

Lalu ketika masuk dunia SMA, saya baru tau tuh kalau pakai jilbab paris itu harus di dobel. Biar nggak transparan, katanya.

Ribet ya kesannya. Jadi saya mutusin pakai jilbab agak gedhenya ya pakai jilbab cemplungan aja, males ndobel-ndobel.
Lalu teman saya protes, "jilbab cemplungan kan kesannya nggak formal. Masa' acara resmi pakai jilbabnya kayak gitu?"

Wahh tersentil banget lah..
Akhirnya mulai latihan pakai jilbab paris yang di dobel. *dulu masih jarang banget bisa nemuin jilbab tebel macam jilbab Harifa yang saya jual ini :3

Suatu ketika, waktu siap-siap mau ada acara keluarga, saya masih ngelipat-lipat jilbab paris buat didobel. Ibunda saya masuk kamar, ngeliatin saya masang jilbab itu, lalu komentar, "Lha kalo jilbabannya lama banget kayak gitu, pasiennya ibu keburu meninggal semua dong!"

Jederr... Iya juga ya, haha..
Waktu itu saya nggak membenarkan atau menyalahkan, diem aja deh, belum tau mau komentar apa.

Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun terlewat,
Saya terus berdoa supaya suatu hari ibunda saya dapat hidayah atau petunjuk buat memanjangkan jilbab..

Sampai tibalah suatu hari dimana saya dilamar sama ikhwan yang sekarang jadi suami saya itu..
Seselesainya kunjungan ikhwan itu dan orangtuanya ke purworejo buat ta'arufan yang pertama kali,
ibunda saya komentar, "Umminya si Ibung itu jilbabannya kayak kamu ya? Emangnya bagus kalau kayak gitu po?"

Kebetulan ummi mertua saya kan memang kader inti di tarbiyah, bisa dibayangin lah ya..

Waktu itu saya senyum. Mencoba nanggepin dengan sedikit bercandaan,
"Iya dong, Bu, bagus kan? Ibu pasti cantik kalau pakai jilbabnya kayak itu tadi."

"Itu jilbabnya nggak perlu di dobel-dobel kayak kamu dulu itu?"

"Enggak dong, Bu, sekarang kan udah banyak yang jualan jilbab segiempat yang tebal."

Ibunda saya cuma manggut-manggut aja. Sedetik. Dua detik. Ibunda saya komentar lagi,
"Kalau gitu besok kamu ajarin ibu pakai jilbab kayak gitu ya!""

Hihihi happy bangett.. Alhamdulillah..


Akhirnya misi doa saya dari dulu-dulu itu kesampaian juga..

Kalau ditanya, apa perubahan besar yang terjadi karena pernikahan saya, ya salah satunya proses berjilbabnya ibunda saya yang tercinta itu.

Kemarin waktu malam idul fitri kan saya di rumah mertua, kami shalatnya di Lapangan Kadipiro. Waktu masih nungguin abah mertua yang menyelesaikan khutbahnya, saya sama ummi mertua sempat mengobrol tentang ini. Ummi bilang kalau seneng saya jadi menantu beliau, karena jadi bisa ngasih contoh ke adek-adek ipar saya. Dan saya akhirnya juga cerita tentang jilbab ibunda saya itu, saya seneng banget punya ummi mertua seperti beliau.

Sekarang bahkan nggak cuma jilbabnya saja yang tambah rapi dan syar'i, ibu pun sudah melengkapi busananya dengan kaos kaki. Walaupun mau operasi sekalipun.

Dan senangnya, pernikahan ini bukan hanya berpengaruh ke jilbab ibunda saya, tapi juga ke pemahaman ibu saya tentang da'wah di profesinya.. Subhanallah sekali pokoknya, luar biasa.

Boleh dibilang sifat wanita yang nggak pingin kalah yang awalnya bisa membuat perubahan besar di jilbab ibunda saya itu. Ibu saya sepertinya nggak mau saya lebih lengket ke ummi mertua, atau gimana, jadinya ibunda saya berusaha menyamai ummi mertua. hehee,, nggak tau juga ding.. ^^

Benar kata mbak murobbi saya dulu, "Kita memang pasti akan bahagia sekali dengan perubahan di keluarga kita yang mengarah ke kebaikan, jadi jangan pernah berhenti berda'wah kepada mereka sesibuk apapun kita. Karna mereka lah prioritas kita, mereka yang paling berhak mendapatkan da'wah dari kita, sebelum orang lain."

Subhanallaah... :")

Ah ya, tadi ada kejadian lucu lagi.
Kemarin waktu ibunda saya nelpon, saya kan sedang ikut aksi #SaveEgypt di nol kilometer itu, ibunda saya kelihatan keberatan. Beliau memang nggak pernah setuju kalau saya ikut aksi-aksi semacam itu. Berbahaya, katanya.

Lalu tadi waktu ditanyain tentang aksi kemarin, saya bilang, "Tau nggak, Bu, yang maju ke atas panggung dan orasi mewakili Salimah? Ummi lho! Ummi kemarin yang maju ke atas panggung, padahal yang lainnya ikhwan-ikhwan gitu. Ummi akhwat sendiri!"

Ibunda saya terdiam... Dan sedetik kemudian,, kami malah udah asyik mbahas tentang aksi itu.
Hihi,, saya jadi senyum-senyum mbayangin, gimana ya kalau besok-entah-kapan ibunda saya juga ikut turun buat aksi semacam itu?

Who knows kan? ^___^

Love you both so much, ibu dan ummi... :')

Smoga akan smakin banyak lagi perubahan baik untuk keluarga kami karena pernikahan ini ya..
Karena menikah itu bukan karena cinta, tapi untuk membangun ummat, membuat peradaban. :)

9 comments:

  1. Subhanallah..!! Menginspirasi sekali Sasaa..! :D
    Jadi pengen cepetan nikah hahaha -salah fokus-

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini laila ela itu bukan?
      waaah, salah fokus juga ndakpapa deh,hehee
      yang penting undangannya ya >.<

      kangen! <3

      Delete
  2. Like this!! Ijin share ya ukh.

    ReplyDelete
  3. Suka banget baca postingan yang ini. Semoga terus membangun miniatur peradaban dari rumah-rumah kita. Keep writing ya, Dear? ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillaah...
      hhe aamiin, jazaakillahu khayr untuk doanya ya.. ^_^

      insyaaLLoh,, keep in touch ya! ;)salam untuk teman2 di palembang :)

      Delete
  4. Tulisannya enak dibaca..
    Memang secara tidak sadar sebenarnya dengan memakai jilbab kita sudah berdakwah secara halus dengan memberikan kepada mereka contoh yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim

    ReplyDelete

Punya pendapat lain? Ada tanggapan? Atau kritikan?
Yuk, budayakan komen! ;) Mari berbagi pendapat.. :)

Tinggal ketik, post comment! Nggak perlu verifikasi ;D