Pages

Thursday, May 3, 2012

Maha Pencemburu

Jika aku cemburu,
ketika sahabat yang kusayang memiliki orang lain yang lebih disayang,
menomorduakan aku meski keperluanku tak bisa lagi ditunda,
sedangkan aku selalu mendahulukannya kapan pun dia butuh.

Jika aku cemburu,
karena orang tuaku tak menyempatkan sapa dalam hariku,
terlalu peduli pada orang-orang lain dan `melupakan` kewajibannya mendidik keluarga,
sedangkan aku selalu menyebutnya dalam setiap doa.

Bagaimana dengan Ia?
Sang Pencipta Segala, yang juga Maha Pencemburu?

Bagaimana mungkin Ia tidak merasa begitu cemburu?
Ketika kita dengan santai mengabai panggilannya yang selalu nyaring berkumandang,
hanya karena kesibukan yang tak seberapa dan bisa ditinggalkan sejenak saja.
Sedangkan Ia Pemberi Waktu, yang meminta sepersekian dari seluruh waktu yang diberi-Nya,
untuk menyapa-Nya, untuk meminta perlindungan-Nya, untuk mengharap maghfirah-Nya.

Bagaimana mungkin Ia tidak merasa begitu cemburu?
Ketika kita selalu sempatkan mengungkap kerinduan pada orang-orang yang kita sayang,
sedangkan tak pernah berusaha meluangkan waktu untuk membaca surat-surat cinta-Nya,
kerinduan yang penuh keindahan dan ketenteraman untuk kita, atas kasih sayang-Nya.

Bagaimana mungkin Ia tidak merasa begitu cemburu?
Ketika ada yang kita dahulukan, ada yang lebih kita pikirkan, ada yang jauh kita pedulikan,
ada yang sangat kita sayang, ada yang membuat kita mudah menangis ketika kehilangannya,
sedangkan Ia yang selalu ada, Ia yang tak pernah pergi meninggalkan kita, Ia yang memiliki semesta,
hanya kita datangi ketika kita tak mengerti lagi harus berbuat apa.

Bukankah menyakitkan,
ketika kita hanya menjadi pendengar yang baik bagi seluruh duka,
tanpa pernah diberi kabar bahagia dan dilupakan begitu saja?

Ah, betapa Maha Baik Ia,
yang tak pernah sekalipun menyengsarakan kita karena mengacuhkan-Nya,
namun dengan kelembutan hati Ia selalu mengingatkan fitrah hati kita,
untuk senantiasa membutuhkan-Nya, senantiasa menginginkan kehadiran-Nya,
tanpa kita sadari, tanpa kita mengerti, tanpa kita rasakan sepenuhnya.

Ia biarkan hati kita meronta, hati kita berteriak,
mengharapkan kesucian kembali untuk dekat pada-Nya.

Yaa Muqallibal quluub, tsabit qalbii 'ala diinik...
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah...

by Khadijah Auliaur Rohmaani

1 comment:

Punya pendapat lain? Ada tanggapan? Atau kritikan?
Yuk, budayakan komen! ;) Mari berbagi pendapat.. :)

Tinggal ketik, post comment! Nggak perlu verifikasi ;D