Hey kamu yang disana, iya, kamu ;)
Ketika selesai membaca tulisan ini, kau akan tau kenapa aku menuliskannya untukmu, my dearest sister :)
Tak terasa sudah belasan tahun aku memilikimu sebagai adik,, dan sekarang usiamu sudah akan berganti menjadi 17 saja :’)
Kau tau? Lebih dari 16 tahun sebelumnya, aku pernah mendoakan untuk kehadiranmu. Ya,aku menginginkan seorang teman untuk bermain di rumah, begitu pikirku ketika kecil. Menjadi cucu tertua memang sedikit membosankan bukan? Di rumahpun belum ada saudara yang seusia ketika itu, padahal kami tinggal lengkap dengankeluarga besar.
Maka aku berdoa kepada Allah, aku mendoakan untuk kehadiranmu.
Dan Allah Yang Maha Baik ternyata mengabulkan doaku itu..
Terbukti usia kita yang hanya terpaut sedikit tahun.
Tujuh belas tahun lalu, ketika kau keluar dari rahim ibu kita yang terkasih, adabanyak doa di sana, bersamamu. Doa-doa dari orang tersayang, tak hentinyamendoakan agar berkah Allah menaungimu. Sedangkan aku? Ah, aku bahagia sekali waktu itu. Akhirnya aku punya seorang teman bermain di rumah.
Aku menjagamu dan ibu setiap hari, bahkan ketika keluarga yang lain bergantian pulang dan istirahat, aku tidak. Aku tidak meninggalkan kamarmu dan ibu. Aku tidur dikasur samping ibu, sedikit-sedikit menengok ke arahmu, takut kamu menangis ataubutuh apa. Berbekal gamewatch untuk mengusir rasa bosan yang sesekali melanda, aku bertekad untuk menjaga kalian waktu itu.
Masih sangat teringat ketika suatu hari padhe Was’an menjengukmu dan ibu. Aku dengan antusiasnya memperkenalkanmu, anggota baru keluarga kami. Tapi kejadian selanjutnya membuatku sebal. Pakdhe justru menggodaku dan bilang kalau akan membawamu pulang, menjadi anak beliau. Aku melotot. Nggak boleh, itu nggak boleh terjadi. Kamu kan temanku bermain, kalau kamu dibawa pakdhe, lalu besok aku main sama siapa?
Aku ingat sekali, sepanjang hari itu aku nggak berhenti melepaskan pandanganku dari arah pakdhe yang terus menggendongmu. Aku terus membuntuti pakdhe kemanapun pakdhe bergerak. Dan ketika pakdhe benar-benar membawamu ke luar kamar, kemudian menuju pintu depan, aku langsung mengejarnya. Pakdhe nggak boleh ngambil kamu, kamu kan temanku.
Hmm...sebuah kisah yang pasti bukan hanya aku saja yang masih ingat, tapi juga keluarga kita yang lain.. Betapa ngototnya aku ketika itu –dan juga sampai sekarang—karna nggak mau kamu diambil pakdhe, atau siapapun..
Nggak terasa kau kini sudah tumbuh besar ya? :) Ingin rasanya menyampaikan banyak hal padamu, tapi aku sadar jika diri ini sangat terbatas dalam berkata-kata.. Maka inilah yang ingin kukatakan padamu..
Detik demi detik berlalu, begitupun dengan tahun. Kita sama-sama tau, sudah banyak yang kau lalui untuk sampai di hari ini, di detik ini.. Dan memang tak hanya ada suka di sana, tanpa luka ataupun duka. Kita sama-sama menyadari, bahwa kita belum sempurna dalam menghadapi beberapa kejadian, baik itu kejadian suka maupun yang luka, meski terlebih sering kejadian luka lah yang mengambil porsi lebih besar.
Taukah kau? Ketika kau menangis saat itu, ketika kau merasa air matamu tak kunjung habis juga, aku bisa merasakan itu. Ya, seperti aku bisa merasakan hati ini ikut sesak ketika kau tersakiti, atau saat takdir memilihkan jalan yang berat kepadamu, aku bisa merasakannya. Karena hatiku terluka ketika itu. Hatiku ikut menuntut keadilan Allah untukmu. Bagaimana mungkin orang yang slalu kusebut namanya di sholat-sholat malamku justru Ia buat menangis tak henti seperti itu. Berkali-kali ujian itu datang padamu, dan berkali-kali pula aku menuntut kenapa tidak semua luka itu diberikan kepadaku saja, semuanya, tanpa sisa. Hingga kau tak akan lagi merasakan kesedihan, dan satu-satunya yang terukir di wajahmu adalah kebahagiaan.
Tapi kemudian kita sama-sama mengerti, bahwa setiap potongan kejadian ini akan mendewasakan kita. Inilah cara Allah, untukmu dan untukku. Maka kemudian kita hanya bisa meneruskan cerita. Kita cukup bertahan dulu, dan mempercayai jika sakitnya pasti akan berlalu. Benar, kita memang bisa melupakan saat-saat kita bersedih dan terluka, tapi aku tau sakitnya tetap akan terkenang; dada yang perih, perasaan yang tak pernah cukup diwakilkan pada kata-kata. Barangkali sudah kering air mata, dan kita tak perlu menangis lagi, tapi sensasi hangat yang menjalar di tebing pipi kita masih akan tetap terasa,, saat- saat dimana kita jadi manusia yang lupa cara bicara.
Aku tahu rasanya seperti apa. Tapi tenanglah, masih ada banyak doa yang bersamamu.. Kau hanya perlu yakin, selama kau terus berjalan, pasti akan ada suatu titik dimana hatimu akan mengatakan, "Ini. Di sini aku menemukan penuh kebahagiaan." Maka, ketika itu kau bisa memutuskan untuk berhenti berjalan dan tinggal. Menikmati sejenak kebahagiaan itu.
Sebelum kau selesai membaca tulisan ini, kau harus mengingat satu hal.. "Selesaikan apa pun yang kamumulai". Hidup adalah hidup, selesaikan. Kalaupun kau dihantam dari segala sisi kehidupan, jangan berhenti. Selesaikan 'pertandingan'mu. Jadilah orang yang berjiwa besar. Terima kekalahan jika memang kau kalah, dan berbagilah kebahagiaan jika kau menang.
My dearest... Kau kini memang membacanya ketika usiamu menginjak angka 17. Tapi besok, entah beberapa bulan lagi, setahun, atau jauh setelah ini, jika kau merasa lemah, kaubisa membaca tulisan ini lagi, lalu bangun dan berjalan lagi.. Terus saja sampai 'pertandingan'mu berhenti. Apa pun, jangan sampai kau yang memutuskan untuk berhenti, karna kau punya banyak tangan yang akan mendorongmu berjalan. Biar Allah yang memutuskan kapan kau boleh berhenti..
Untuk itulah tulisan ini kubuat, untuk mengingatkanmu tentang orang-orang yang ada di belakangmu untuk mendukungmu dan mendoakanmu. Bahwa seperti ketika kau lahir di dunia ini, kamipun masih berbahagia membersamaimu dalam tujuh belas tahun ini, mendoakanmu agar selalu dalam kebaikan..
Tulisan ini, aku akhiri disini.., barokallahufiy umrikum my dearest... :)
No comments:
Post a Comment
Punya pendapat lain? Ada tanggapan? Atau kritikan?
Yuk, budayakan komen! ;) Mari berbagi pendapat.. :)
Tinggal ketik, post comment! Nggak perlu verifikasi ;D