Mataku terbelalak menatap jam hapeku. Seketika itu aku terbangun. Pukul 06.30. It means, aku kesiangan! Dan ini semua akibat terlalu memaksakan diri untuk menghabiskan malam dengan mesranya bersama elastisitas, gerak harmonis, impuls momentum, dan entah apalagi itu. Yang jelas mereka semua membuatku masih terjaga hingga pukul 2 dini hari, padahal 4 jam setelahnya aku sudah harus menempuh perjalanan ke Parangtritis (walaupun seharusnya acara itu dimulai sejak sabtu pagi, tapi berhubung aku sedang masa UAS, maka aku menyusul di ahad paginya). Bersyukur waktu itu aku memang sedang berhalangan untuk shalat.
Langsung ku menuju kamar mandi, membersihkan badan dengan tak berlama-lama, lalu segera memilih pakaian yang kurasa pantas kukenakan dalam momen ini. Pilihan akhirnya jatuh pada rok merah muda lembut dan pakaian berlengan panjang berwarna perpaduan putih dan merah muda, dengan jilbab putih polos yang kupanjangkan hingga bagian belakangnya menyentuh pinggangku. Hmm, sederhana seperti biasanya.
Setelah selesai, kupacu motorku menuju kos seorang temanku, Hanif.
Tak perlu lama kuhentikan motorku, ia telah siap didepan gerbang dengan jilbab hitamnya yang melambai.
Waktu menunjukkan pukul 07.20 saat kami melaju ke arah Parangtritis, padahal momen spesial itu dimulai pukul 07.30 tepat, dengan lama perjalanan 1,5 jam. Sedikit takut akan terlambat (dan sudah tak diragukan lagi akan terlambat) kupacu motorku lebih cepat.
80 km/jam, masih baik-baik saja. Jalanan juga masih sepi. Jadi apa salahnya bila kupacu lagi?
100 km/jam, sedikit takut juga dengan kecepatan motorku ini, tapi bukannya mengurangi kecepatan, aku hanya berusaha menjaga kestabilan motorku masih dengan kecepatan gila tersebut.
Melebihi 100 km/jam, Hanif sampai harus memegangi helm standarku. Betul-betul kecepatan yang membuatku sendiri keder.
Pukul 07.45 kami telah sampai di penginapan Yu Djum, tempat dimana acara itu terlaksana. Aku menghela nafas lega sembari berucap "Subhanallah" berulang kali di dalam hatiku. Perjalanan yang hebat, seakan lebih takut ketinggalan momen ini daripada takut kepada maut yang mungkin saja sudah membayang.
Aku segera memarkir motorku kemudian bergabung dengan teman-teman yang lain di sebuah ruangan terbuka, dimana seorang trainer tampak sedang menjelaskan beberapa hal mengenai dunia kepenulisan.
Ya, inilah dunia kami.
Dan disinilah kami semua,
bersiap memperoleh berbagai siraman ilmu mengenai dunia kepenulisan,
dalam suatu wadah organisasi bernama Forum Lingkar Pena.
Forum kepenulisan pagi ini diisi dengan sesi-sesi yang begitu menarik,
tak lupa kita diminta untuk membuat suatu karya dalam setiap sesi,
dan begitu seterusnya hingga semua sesi selesai.
Ba'da dzuhur kami kembali dikumpulkan di ruangan tadi.
Kami diacak dan dipecah dalam 3 kelompok, ikhwan dan akhwat bercampur.
Dengan kelompok tersebut, kami diminta untuk saling menceritakan tentang kata-kata motivasi dalam hidup kami, untuk kemudian dirangkum dalam satu kertas,
selanjutnya kami diminta untuk membuat suatu games yang nantinya akan dipertunjukkan ke kelompok lain.
Iseng kutawarkan games "bintang-bintang",
sebuah games yang kudapat dari anak Korea saat sekolahku mengadakan Pertukaran Budaya Indonesia-Korea.
Tak disangka, kelompokku (yang rata-rata merupakan anak kuliah) merespon positif ideku itu.
Kami mulai mempraktekkan games ini.
Butuh konsentrasi penuh dan nafas yang panjang untuk terus menyanyikan lagunya. Memang kelihatan susah awalnya bagi mereka, tapi rupanya mereka begitu menikmatinya sehingga kami terus terlarut untuk memainkannya dengan nyanyian yang semakin lama semakin cepat dan keras, disaat kelompok lain masih berdiskusi dengan tenangnya.
Kami terus bernyanyi berderai tawa, tak henti-hentinya mengulang permainan itu seakan tak ada batasan waktu yang diberikan. Satu kesalahan yang terjadi akan berimbas pada sekian menit tawa lantang kami. Spontan. Keras. Menertawakan kebodohan kami sendiri. Aku bersyukur terpikir ide tentang permainan ini, aku bersyukur bisa mencairkan suasana kaku diantara kami.
Saat akhirnya tiba di penghujung acara,
kami tau semua kebersamaan ini tak hanya berhenti di acara ini.
Ini barulah awal kebersamaan kami,
masih panjang jalan yang akan kami tempuh bersama.
Dengan suatu tekad pasti untuk berdakwah,
untuk menulis dan terus berkarya,
dalam jalinan ukhuwah indah ini
-kisah ini terjadi pada tanggal 6 desember 2009 lalu. Dan kini, sebagai sie acara PDKT FLP 2010, akan kubuat PDKT yang lebih berkesan bagi keluarga kami nanti, agar mereka merasakan kehangatan FLP sama seperti yang kurasakan dulu.. :)