"Ah, nanti aja, aku nonton TV dulu. Acaranya lagi bagus."
"Sebentar, aku mau tidur dulu."
"Istirahat dulu, nanti juga kukerjain."
"Besok aja deh ngerjainnya."
"Pekerjaan ini terlalu sulit. Aku bingung mau mulai dari mana."
"Waktuku nggak cukup kalau ngerjainnya sekarang."
"Lima menit lagi lah ,aku lagi ngelakuin hobiku."
"Aku lagi nggak mood buat ngerjain pekerjaan ini..."
Alasan-alasan tadi sering digunakan orang untuk menunda pekerjaan (tak terkecuali aku). Dari alasan-alasan tersebut dapat kita kelompokkan menjadi lima bagian ::
Salah Perkiraan
Contoh langsung. Saya sering meremehkan suatu pekerjaan. Pernah saya mengira kalau saya dapat mengerjakan suatu tugas hanya dalam waktu sebentar, katakanlah dalam waktu 2 jam, sehingga saya pun menunda pengerjaannya. Ketika telah dekat dengan deadline tugas tersebut, baru saya memulai pengerjaannya bersamaan dengan pengerjaan tugas lain yang deadlinenya sama. Di tengah-tengah pengerjaan, saya merasakan ingin istirahat sebentar dan akan melanjutkan tugas tersebut setelahnya. Padahal tadi saya memulai pengerjaan saat menjelang malam ,dan "istirahat sebentar" saya lakukan ketika waktu menunjukkan jam 12, tidak heran kalau pada akhirnya saya malah "keterusan" istirahat sampai pagi dan tugas-tugas tersebut belum ada yang terselesaikan.
Pekerjaan Terlalu Besar
Rudi telah berniat untuk menyelesaikan pekerjaan mendesain website contoh untuk mempromosikan hasil karyanya untuk menambah pendapatan dari pekerjaan sampingan dari webdesigning. Namun sudah lebih dari enam bulan, website belum keliatan bentuknya. Konsepnya pun belum tersusun. Ketika akan memulai, walaupun Rudi memiliki ketrampilan yang diperlukan, namun Rudi merasa pekerjaan ini terlalu besar, sehingga ia bingun harus mulai dari mana. Akhirnya, ia menunda pekerjaan tersebut.
Si Miss or Mr Perfect
Hanif adalah mahasiswa pacasarjana yang sedang menyelesaikan karya akhirnya. Telah lebih dari satu tahun setelah semua kuliah diselesaikan, karya akhirnya blum juga selesai. Hanif ingin agar karya tulis ini sempurna, sehingga beberapa kali ia berganti topik dan berganti dosen pembimbing. Setiap kali pergantian dilakukan, ia harus mulai lagi dari awal. Akhirnya, Hanif tidak mengalami kemajuan berarti dalam menyelesaikan karya akhirnya. Dan sekarang is sudah mendapat peringatan untuk segera meyelesaikan karya akhirnya tersebut.
Pengorbanan
Reno bukan wartawan. Ia adalah seorang pelajar yang aktif dalam organisasi di sekolah. Setiap minggu, ia diminta untuk mengirimkan beberapa artikel ke beberapa majalah dan surat kabar. Karena pada hari-hari biasa Reno berkutat mengurusi organisasinya, tentu ia harus "mengorbankan" waktu luangnya untuk menyelesaikan pekerjaan menulis. Ia harus rela mengambil beberapa jam waktu liburnya untuk menulis artikel. Karena ia pun sering merasa sayang melewatkan waktu luangnya untuk menulis, akibatnya seringkali ia menunda menyelesaikan artikelnya sampai malam sebelum artikel tersebut harus diserahkan.
Apa yang harus dilakukan?
Menunda pekerjaan adalah sebuah kebiasaan buruk yang bisa diatasi. Memang tidak mudah untuk mengubah sebuah kebiasaan, apalagi jika kebiasaan tersebut telah dilakukan untuk waktu yang lama. Di bawah ini ada beberapa strategi yang bisa dicoba untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
Perencanaan
Padahal saya sudah menjadwalkan pengerjaan tugas-tugas tersebut, misalkan saja : hari Senin untuk mengerjakan tugas Kimia sekaligus menyicil tugas Biologi, Selasa untuk mengerjakan Sejarah dan Matematika sekaligus menyicil belajar untuk ulangan Fisika, hari Rabu untuk menyelesaikan tugas Biologi dan Bahasa Inggris, menyicil belajar untuk ulangan Matematika dan ulangan Bahasa Arab, serta mengerjakan power point Sosiologi, dan seterusnya. Namun mungkin karena tugasnya yang juga terlalu banyak, sering saya memutuskan untuk "istirahat sebentar" dan akhirnya terpendinglah salah satu tugas saya.
Untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan baik, perlu perencanaan yang sesuai pula. Saya yang harus menyelesaikan suatu tugas sesuai deadline, seharusnya menyusun perencanaan agar tidak salah lagi dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, terlebih bila saya mengetahui bahwa akan ada lebih banyak lagi tugas yang akan menumpuk jika saya menunda satu pekerjaan.
Jangan pernah berfikir kalau kita dapat menyelesaikan tugas tersebut nanti, karena kata "nanti" dapat menjadi "nanti-nanti" yang selanjutnya.
Latar Belakang dan Tujuan
Pahami latar belakang dan tujuan sebuah pekerjaan. Jika tujuannya besar, pecahlah tujuan tersebut menjadi tujuan-tujuan penunjang yang lebih jelas, terukur dan dapat dicapai.
Prioritas
Jika kita merasa HARUS menghasilkan karya yang sempurna, kita sering merasa bingung di mana harus memulai, apa yang harus dikerjakan, dan apa yang harus didahulukan. Tidak ada orang yang sempurna. Jadi, Hanif dalam menyelesaikan karya akhirnya tidak perlu merasa tertekan untuk menghasilkan karya yang sempurna sekaligus. Ia harus memilih mana yang harus diprioritaskan, misalkan: menyelesaikan penulisan dalam satu semester dengan memulai penulisan sekarang dengan bahan yang telah berhasil dikumpulkan dan menyempurnakannya kemudian sejalan dengan ditemukannya bahan-bahan baru, atau justru menunggu sampai bahannya lebih lengkap.
Jika Hanif akhirnya memilih untuk memprioritaskan menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu yang telaj ditentukan (satu semester), maka ia bisa memulai penulisan dengan sarana dan prasarana yang mampu dikumpulkan. Setelah itu, tulisan bisa ia sempurnakan sedikit demi sedikit ketika ia menemukan materi atau cotoh baru. Daripada ia merasa harus terbeban untuk menghasilkan karya yang sempurna.
Ia harus mengganti pemikiran, "Bagaimana saya harus menghasilkan karya yang terbaik?" dengan pemikiran "Langkah apa yang bisa saya ambil untuk memulai proyek penulisan ini sekarang?"
Hadiah
Jika kita merasa bahwa melakukan sebuah pekerjaan akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang mungkin bisa kita peroleh, maka tidak heran jika kita menunda pekerjaan tersebut. Kita yang terkadang harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus, bisa saja menerapkan strategi "hadiah ini". Setiap kali kita menyelesaikan suatu tugas, kita dapat menghadiahi diri kita sendiri dengan hal-hal sederhana yang kita senangi, misalnya: shopping, berkebun, secangkir coklat hangat, dan lain-lain.
Menunda pekerjaan kelihatannya sepele, tapi seperti pasir di sepatu, kebiasaan buruk ini dapat menimbulkan rasa sakit ataupun luka di kehidupan sosial, karier, ataupun bisnis anda.
Umpakan atau bahkan visualisasikan bahwa setiap tugas adalah seekor monyet yang nongkrong di pundak kita. Semakin banyak tugas yang belum selesai, berarti makin banyak monyet yang nongkrong. Terganggu kan? Menyelesaikan tugas sama dengan mengusir monyet.
sumber : Kompas dan niatnulis.wordpress.com