Cos
Aku menyayangi Tania. Sangat menyayanginya. Cinta? Kurasa tidak. Aku tengah menjalin cinta dengan gadis lain saat itu. Dan Tania – dia terlalu mencintai Sinichi, begitupun sebaliknya. Kupikir persahabatan kami akan terus seperti ini, kami bertiga tak akan terpisahkan.
Sin
Tak ada yang dapat menggantikan posisi Tania di hatiku, kurasa begitupun dengannya. Cinta tak pernah bisa memilih, dan ia memilih tumbuh di dalam persahabatan kami. Aku mencintainya, dan akan melakukan apapun demi kebahagiaannya.
Tan
Aku bersahabat dengan Sinichi sejak kecil. Aku selalu satu kelas dengannya semenjak bangku sekolah dasar. Entahlah – mungkin ini yang namanya takdir? Sampai suatu saat ia mengajakku terikat tali pertunangan dan akupun mengiyakannya. Inikah namanya cinta? Aku juga tak tahu. Yang aku tidak sadar, bahwa aku juga mencintai Cosqar, bahkan melebihi perasaan cintaku pada Sinichi.
Tahukah kau kenapa ini disebut cinta segitiga?
Karena ia memiliki tiga sudut yang saling menyakiti ..
--------kalo ini prolognya gimana?-------
Awal perjumpaan Sin, Cos, dan Tan
“Hei, namamu siapa?” seorang gadis menegur Cosqar tiba-tiba.
Cosqar kaget. Gadis itu adalah orang pertama yang mengajaknya berbicara sejak ia pindah rumah kemarin.
"Namaku Tania, kamu siapa?"
Cosqar masih menatapnya bingung. Gadis bernama Tania itu memiliki potongan rambut pendek sebahu dengan poni yang sungguh manis. Dan kini gadis itu menatapnya dengan penuh minat, menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, membuat poninya terlihat semakin menggemaskan.
Gadis itu tersenyum kecil. “Aku nggak akan menggigitmu kok,” mengulurkan tangan, “jadi, apakah kau punya nama?”
Dengan sedikit senyum Cosqar menerima uluran tangannya, “namaku Cosqar, panggil aja Cos.”
Gadis itu membulatkan matanya, kemudian menguatkan genggaman tangannya, dan mengajak Cosqar berlari ke arah bak pasir.
“Sin, Sin, lihat deh,” Tania berteriak kepada kawannya yang sedang sibuk membenahi benteng pasir, masih dengan menyeret Cosqar agar mempercepat larinya. Cosqar heran dengan tingkah gadis ini. Ia melihat dari kejauhan kalau orang yang dipanggil Sin itu hanya acuh terhadap panggilannya dan terus saja mengisi ember kecil dengan pasir, memadatkannnya, untuk kemudian membalikkan ember ke lahan datar. –Voila, istana tadi bertambah lagi satu tingkat.
“Sin, SINICHI, lihat ke arah sini dong, ada yang bagus nih,” Tania nampaknya tak mau kalah saing dengan benteng pasir, berusaha menarik perhatian Sinichi lebih keras.
Sinichi akhirnya menoleh ke sumber suara, pasti si cempreng, menyipitkan mata saat tatapannya menantang matahari. “Mana?”
Tania melompat-lompat kegirangan. "Coba dong kamu cari."
Sinichi mengedarkan pandang ke penjuru taman bermain itu, mencari sesuatu yang kiranya dianggap bagus oleh kawannya tadi. Tapi taman bermain itu sepi, hanya ada permainan-permainan usang yang tak pernah dipakai bermain lagi. “Tania, serius dong, mana sih?”
“Mana? Mana?? Ini lhoo Sin! Ini nih,” Tania mendorong Cosqar maju ke arah Sin.
“Hah? Maksudmu dia?” Ia melotot. “Tapi Tan, dia cuma anak kecil seperti kita, dia kan anak –” Sin memperhatikan Cos dengan lebih teliti, “ – kamu anak baru kan? Kemarin ibuku cerita kalau ada pindahan di perumahan ini. Dari Bandung ya katanya?”
“Iiih, Sin, itu nggak penting. Bukan itu yang ingin aku tunjukin ke kamu. Tapi namanya dia, Sin, namanya dia yang ingin aku pamerin ke kamu,” Tania memotong alur perkenalan yang wajar itu.
“Emangnya ada apa sama namanya?”
“Nama dia Cosqar, Sin, Cosqar! Panggilannya Cos!” mata Tania berbinar bahagia.
“Lalu kenapa, Tania? Kamu bukannya mau ngganti nama dia kan?” Sin mendelik curiga ke kawannya. Kemarin Tania baru saja mengganti nama kucing peliharaan Ami hanya karena kawannya itu nggak suka. Kucing kesayangan Ami yang semula bernama Pinky menjadi Kucing, dan Tania berdaulat nama itu nggak boleh diganti lagi. Tentu saja sang empunya kucing ngambek dan menangis sejadinya.
“Kamu nggak mau ngganti nama Cos menjadi Bandung kan?” tatapan Sin semakin tajam.
Tania termangu. Sementara Cosqar terdiam, ia curiga dengan kebenaran perkataan orang bernama Sinichi tadi, jangan-jangan gadis ini memang berniat memberinya nama baru.
“Eh, emm – lupakan aja deh, aku lupa nih tadi mau bilang apa,” ia nyengir, memperlihatkan barisan giginya yang putih kecil-kecil.
Sin menatap Tania dengan bingung, lalu melempar pandang ke Cos. Cos hanya mengangkat bahu.
“Oh, ya, gitu ya, oke deh,” Sin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, “Cos, bantuin aku mendirikan benteng pasir aja sini, pertahananku di sebelah sana belum kuat tuh,” Sin menunjuk bagian benteng yang lebih rendah dari benteng yang lain.
Cosqar menerima tawaran Sinichi setelah lama berdiam diri, ia tak berhasil mencerna kejadian ganjil tadi. “Oke, Sin, sepertinya bagian itu memang masih perlu banyak pasir.”
Sedangkan Tania kecil masih berdiri dalam bingung. Buku yang kubaca kemarin tentang apa sih? Aku yakin kok kalau ada nama Tan, Sin, dan Cos di buku itu. Tapi itu buku apa ya?
“Sin, sepertinya bagian sana harus dibenerin deh, nanti bentengnya jadi miring,” ucapan Cosqar membuyarkan lamunan Tania.
“Oke, aku urus bagian ini, kamu urus bagian kanannya ya, kalau udah jadi jangan lupa kasih bendera diatasnya,” Sinichi melemparkan segenggam bendera kecil ke arah Cosqar.
Tania tersenyum. Ah, tak penting itu buku apa. Setidaknya aku berhasil menemukan teman baru lagi hari ini. "Eh, tunggu dong, aku mau ikutan main, aku kan bosnya."
---------------------------------------------------
aku bingung, banyak scene yang urutannya belum bisa kuurutkan. dan bingung mau makai sinopsis dan prolog yang mana -_-
tolong kasih kritik dan saran yang membangun ya :)