Pages

Wednesday, November 27, 2013

Mogok? Demo? Yuk lihat dari dua sisi :)

Bismillaah....

Kalau boleh memilih, saya sebenernya lebih memilih untuk mengerjakan tugas dibanding menulis tentang ini.. Atau melanjutkan tulisan saya tentang pola makanan kemarin mungkin, hehe. Tapi mumpung lagi dibahas, jadi saya ingin menulis sedikit saja terkait kejadian yang sedang ramai dibicarakan sekarang...

Beberapa minggu lalu, saat saya selesai ujian dan melewati loby kedokteran untuk menuju tempat parkir, ternyata di depan loby kedokteran sedang ramaai sekali, ada banyak orang di sana, membawa berbagai macam spanduk, pengeras suara, dan sebagainya. Saya tanya ke teman-teman saya yang kebetulan juga sedang menonton orang-orang itu, "Ada apa sih?"

Teman saya waktu itu hanya menjawab, "Anak-anak dari fakultas *piiiip* lagi pada demo."

"Kok di gedung kita demonya?"

"Iya, mereka demo nya ke kita."

Dan singkat cerita, saya tau alasan mereka demo itu apa. Dan singkat cerita lagi, sebenernya bukan anak kedokteran yang salah, jadi saya juga nggak ngerti kenapa mereka ngotot menuntut kita.

Lalu saya iseng tanya ke teman saya yang lain, yang termasuk mahasiswa 'aktif' di kampus. "Nggak ikut demo? Tuh, sana, demo balasan ke mereka."

Dia melengos, "kurang kerjaan banget. Kayak kita nggak ada kerjaan lain aja. Ngatur jadwal kuliah aja udah belibet gini, ngapain demo-demo segala."

Hehehe... karakteristik mahasiswa kedokteran ya, nggak pernah demo yang nggak penting, mendingan ngurusin kuliah.

Sampai akhirnya beberapa hari ini ada sebuah kasus yang mencuat di kalangan para dokter : kriminalisasi terhadap dokter Ayu dkk, begitu judulnya.

Kasus yang sebenarnya sudah selesai bertahun lalu, tiba-tiba diungkit lagi dan tiba-tiba juga dokter ayu dkk dipenjarakan.

Belum selesai masalah kesalahpahaman itu, sudah muncul berbagai komentar pedas terhadap dokter dari berbagai kalangan, dan bahkan dari pihak *atas*.

Efek kasus ini ternyata sebegitu luar biasanya. Di rumah sakit para dokter mulai memasang pita hitam di jas dokternya, menunjukkan keprihatinan terhadap kasus dokter Ayu. Di kampus saya, yang biasanya adem ayem ngelab dan ngeperpus, sekarang bahkan hampir seminggu tiga kali kami aksi, mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai bentuk keprihatinan. Sampai kemudian diambil lah keputusan mengenai liburnya pelayanan di rumah sakit kecuali untuk kegawatdaruratan. (Ibunda saya cerita bahwa beliau mendapat surat tugas resmi langsung dari POGI terkait dengan liburnya pelayanan tersebut)

Sore ini, ketika menyetel metro TV, kebetulan pas ditayangkan mengenai para dokter yang menangis ketika menjenguk dokter Ayu di penjaranya... Semuanya prihatin dan ikut mendoakan dokter Ayu supaya bisa segera terselesaikan kasusnya. 

Banyak yang mencerca, lebih banyak yang menghina, walaupun tidak sedikit yang mendukung tindakan ini. Jika ada yang bertanya-tanya, "Kenapa sih sampai segitunya banget? Kenapa pakai aksi segala macem?"

Kalau boleh milih ya,,,,, pasti nggak ada deh yang seneng buat melakukan aksi seperti ini..... beneran.

Tapi kenapa? Karena, yang seriing tidak diketahui oleh orang-orang lain, ikatan persaudaran kedokteran itu sangat kuat.... Benar-benar sangat kuat...

Sejak masih di tingkat mahasiswa (seperti saya ini) kami sudah berkegiatan dan beraktivitas di bawah naungan nama ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang kemudian bercabang menajadi Senat, Badan Penelitian, Forum Da'wah, Tim Bantuan Medis, dan lain sebagainya. Minimal setahun sekali kami selalu bertemu dalam agenda nasional, mempertemukan kami dengan seluruh mahasiswa kedokteran se Indonesia, dengan beragam kegiatan sesuai cabangnya (temu nasional, penelitian nasional, musyawarah nasional, meeting nasional, pelatihan gabungan, dan lain-lain). Itu minimal. Maksimal, ada yang berapa bulan sekali mengadakan meeting nasional, apalagi kalau bukan untuk bekerja bersama-sama untuk acara atau kegiatan-kegiatan kedokteran.

Ketika lulus dari sarjana, ketika kelak kami tergabung dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) pun kami akan melakukan hal yang sama. Kami harus saling berkolaborasi, saling berdiskusi, saling memberikan materi atau masukan, dan lainnya. Sangat banyak sekali pertemuan yang harus dilakukan untuk sekedar meningkatkan kualitas dokter dalam melayani pasien, karna pendidikan kedokteran tidak akan berhenti ketika kami disumpah. Tapi sepanjang hayat kami tidak akan pernah berhenti belajar dan mengupgrade diri.

Ibunda saya bahkan kadang masih tidur dengan ditemani berbagai buku tebal, padahal beliau sudah lulus dari sub-spesialis obsgin fetomaternal. Jangan tanya bagaimana berantakannya meja belajar saya

Nah, ringkasnya, meskipun memang miris ketika melihat banyak pasien yang jadi mengeluhkan karena tidak adanya dokter,,, tapi saya bisa mengerti perasaan para dokter itu... apalagi yang tergabung di POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia), betapa sedihnya perasaan mereka ketika temannya sejawatnya sendiri, sahabat berdiskusi mereka selama ini, sekarang terjerat penjara yang bahkan segala tuduhan dari keluarga pasien sudah terbantahkan dengan bukti-bukti dari tim forensik..

Ibaratnya ya,,,, keluarga kedokteran itu sudah seperti satu tulang satu daging satu darah.... Sudah seperti satu tubuh, dimana ketika ada salah satu bagian yang disakiti maka bagian yang lain tidak akan tinggal diam..

Harapan saya hanyalah,,, smoga permasalahan ini bisa segera terselesaikan,, tanpa ada pihak yang terdzolimi...

Ingat, dokter itu bukan Tuhan..

Dan kalau mau jahat (ini ide suami saya), karena dokter itu penjual jasa, seperti penjual jasa yang lain tentu saja mereka juga punya hak untuk memilih mau kerja dan mau libur kapan, mau menangani pasien atau tidak. Hanya saja, tentu, para dokter tersebut tetap tidak akan tega dan tidak kuat untuk menelantarkan pasien.. Ibunda saya saja tetap praktik dan keep in touch dengan koas-koas atau perawat untuk menanyakan status pasien kok..

Yuk saling menghargai profesi masing-masing,
hidup ini indaah jika kau tauu........ ;")







Wednesday, November 20, 2013

Yuk Atur Pola Makan Kita! :D

bismillaah...

Alhamdulillaah, baru saja melewati minggu-minggu ujian yang luar biasa dengan nafas yang masih dipertahankan untuk tidak terengah-engah (???) Maklum, memasuki tahun-tahun terakhir begini, lagi pada gencar-gencarnya mbenerin IPK biar cumloud kan, jadinya ya....... #sebagian text hilang.

Oke, lanjut saja ya. :)

Sebelumnya mau curcol dulu sedikit. Kebetulan kan akhirnya yang saya ambil buat skripsi itu tentang DM (Diabetes Mellitus), ceritanya mau membuat inovasi gula pengganti dari suatu ekstrak limbah gitu.. Dan kebetulan juga, blok saya yang baru saja selesai ujian ini, juga banyak membahas tentang DM... Nah, beberapa hari lalu tau-tau saya mendapat sebuat SMS dari seorang mbak di DS, isinya kurang lebih meloby untuk menjadi pembicara di penyuluhan mengenai DM (sebuah kegiatan yang diadakan Tim KKN-nya UAD).

Wah.... pucuk dicinta ulam pun tiba, pikir saya. Lumayan lah buat nambah pengalaman..

Singkat cerita, alhamdulillah kegiatan berjalan lancar, dan banyak sekali pertanyaan yang diajukan dari bapak ibu tersebut.. Yang membuat saya jadi merenung banyak, ternyata penyuluhan-penyuluhan tentang DM masih sangat sedikit ya, padahal prevalensinya selalu meningkat dari tahun ke tahun lho... Belum lagi karena DM ini termasuk silent killer (karena memang perjalanan penyakitnya sangat jarang disadari sejak awal), dan dengan gaya hidup yang semakin parah mengikuti jaman modern, akhirnya ya jumlah orang yang terkena penyakit ini terus-terusan meningkat...

Berhubung saya sayang sama teman-teman semua, dan saya pingin kita semua sehat berkualitas, di sini akan saya beri tips-tips supaya penyakit DM ini nggak mengenai kita... *insyaaLLoh valid karena bersumber dari modul kuliah, catatan kuliah, dan rekaman waktu dosen mengajar :D

Oh iya, buat yang belum tau DM itu apa,
gampangnya : DM itu adalah saat insulin di tubuh kita nggak bisa lagi mengolah glukosa (gula dari makanan) yang masuk ke tubuh kita... Ada dua jenis DM, DM tipe 1 dimana pankreas kita (lebih tepatnya sel beta pankreas) rusak dan nggak bisa menghasilkan insulin sama sekali... DM tipe 1 ini yang sering disebut dengan Insulin Dependent atau ketergantungannya terhadap suntik insulin sangat kuat.. Sedangkan yang daritadi kita bahas di atas adalah tentang DM tipe 2, yaitu ada gangguan fungsi insulin (ada resistensi insulin) gara-gara kita kebanyakan ngemasukin glukosa ke tubuh. 

Mekanisme ringkasnya :
Insulin (normal) mengolah glukosa untuk disimpan di otot dan sel-sel tubuh yang lain --> kita banyak makan/makan nggak terkontrol --> insulin terpaksa dikeluarkan terus-menerus dan juga besar-besaran --> lama-lama produk insulinnya habis --> insulin di tubuh jadi nggak sensitif lagi sama glukosa --> kalo kita makan, nggak akan diolah lagi sama insulin --> nggak ada glukosa yang diubah jadi energi --> kadar gula darah tinggi --> DM deeh....

Nah,,, ada dua poin pentiing sekali dalam pencegahan DM ini... yaitu pengaturan pola makan dan olahraga. Kita bahas satu-satu yukz....

1. Pengaturan Pola Makan
Jumlah atau porsi makan orang itu beda-beda, sebagaimana Allah menciptakan manusia berbeda-beda agar saling melengkapi. hehe.
Jadi dalam pengaturan makan pun kita nggak bisa menggeneralisir porsi makan semua orang. Mungkin orang A kebutuhannya sudah tercukupi walaupun cuma makan sehari dua kali, tapi untuk orang B ternyata harus makan sehari tiga kali. Apa sih yang membedakan?

Berat badan, tinggi badan, usia, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, suhu tubuh, penyakit yang menyertai.

Markitung... Mari kita berhitung... (untuk sekian lamanya di kedokteran akhirnya hitung-menghitung lagi)

Pura-puranya kita pakai skenario kasus ya (saya ambilkan dari buku modul)..
Seorang laki-laki (BB 80kg, TB 160cm) berusia 50 tahun dibawa ke IGD RS karena lemas. Laki-laki tersebut didiagnosis DM sejak 5 tahun yang lalu dan kontrol tidak teratur. Dia bekerja sebagai guru SMA. Sejak setengah bulan yang lalu dia merasakan kering pada kakinya. Dia mendapat obat dari Puskesmas tetapi keluhan belum membaik. Rencanakan diet yang sesuai untuk laki-laki tersebut!

Langkah pertama : tentukan dulu kebutuhan kalori basalnya berapa.
*Hitung Berat Badan Ideal (BBI)
Untuk laki-laki dengan tinggi badan lebih dari sama dengan 160cm, dan juga wanita tinggi badan lebih dari sama dengan 150cm, kita pakai rumus = 90% (tinggi badan - 100) kg
Sedangkan untuk lak-laki dengan TB kurang dari 160cm, dan wanita dengan TB kurang dari 150cm, kita pakai rumus = (tinggi - 100) kg

Si bapak itu kan BB 80kg TB 160, jadi kita pakai rumus yang pertama...
BBI = 90% (160-100)kg = 54 kg (jadi ini adalah berat badan ideal untuk tinggi 160cm)

*Hitung Kalori Basalnya
Kalori basal dibedakan sesuai jenis kelamin, laki-laki = 30 cal/kg, dan wanita = 25 cal/kg

Langsung dikaliin aja...
Kalori Basal = BBI * 30 cal/kg (karena dia laki-laki)
                 = 54 kg * 30 cal/kg
                 = 1620 cal

Langkah kedua : koreksi nilai kalori
Yang kita koreksi di sini ada 3 = usia, jenis aktivitas, dan jenis berat badan
*Usia
Untuk yang berusia >40 tahun = minus 5%,
usia >60tahun = minus 10%,
usia >70tahun = minus 20%.

Karena si bapak usianya udah diatas 40 tahun, jadi nanti kita minus sesuai angka koreksi...
Pengurangan = Kalori basal * koreksi usia
                   = 1620 cal * minus 5%
                   = minus 81 cal

untuk saya dan juga teman-teman yang masih di usia produktif nggak usah dihitung yang koreksi usia... :D

*Aktivitas
Aktivitas ringan (tidur, duduk-duduk, guling-guling) = plus 10%
Aktivitas sedang (kuliah, berkendara motor, mengajar) = plus 20%
Aktivitas berat (atlit, olahraga setiap hari, angkat beban, kuli) = plus 30%
^intinya semakin berat aktivitas kita ya kebutuhan makannya harus ditambah..

Si bapak kan guru SMA, tanpa aktivitas berat lain, jadi masuknya ke kategori Aktivitas Sedang. Begitu juga dengan kita (mahasiswa) yang kerjanya cuma ngampus-ngelab-ngekos. Bahkan misal ada yang lagi nyekeripsi, tetep masuknya ke aktivitas sedang ya, sesulit dan seterjal apapun skripsi itu #uhuk

Pengurangan = Kalori basal * koreksi aktivitas
                   = 1620 cal * plus 20%
                   = plus 324 cal

*Jenis Berat Badan
Dihitungnya dari BMI kita... Rumusnya standar kok = (berat badan) dibagi (tinggi badan dalam cm kuadrat)
Jadinya BMI si bapak di atas = 80 / (1,6)kuadrat = 31, 25

Sebenarnya ada banyaak versi tentang klasifikasi BMI,, tapi entah dapat wangsit dari mana asdos kami kemarin bilang untuk memakai klasifikasi yang BMI Asia aja...


Karena bapaknya itu obese, jadi kita lakukan koreksi lagi..
Underweight = plus 20%
Overweight = minus 10%
Obese = minus 20%
Gampangnya, kalo dia kekurusan, maka kebutuhan makannya harus ditambah. Tapi kalo udah melebihi BB normal, maka kebutuhan makannya harus diminus..

Pengurangan = Kalori basal * koreksi berat badan
                   = 1620 cal * minus 20%
                   = minus 324 cal

Langkah Ketiga : Hitung Kebutuhan Kalori dengan Pengoreksian
 Tinggal dijumlah-jumlah aja..
Kebutuhan kalori si bapak = kalori basal - koreksi usia + koreksi aktivitas - koreksi berat badan
                                     = 1620 - 81 + 324 - 324
                                     = 1539 kalori

Nah jadi,,, si bapak ini dalam sehari nggak boleh makan LEBIH DARI 1539kalori... begituu....
Untuk daftar makanan dan kalorinya, bisa dilihat di sini ,, maaf ya nggak sempet ngescan buku kuliah.. +_+


Nggak mau ribet? Ada cara yang lebih gampang lho! ^_^b
Kata dokternya, penjagaan pola makan itu kuncinya satu = porsi antara nasi dengan lauk pauk+sayur ditukar.

Jadi semisal biasanya temen-temen makan nasinya hampir dua pertiga piring, trus lauk pauk dan sayurnya cuma sepertiga piring, nah itu harus ditukar... Jadi nasinya harusnya cukup sepertiga aja, dan lauk pauk serta sayurnya yang dua pertiga...

Kenapa? Karena nasi itu kan bahan utama glukosa, ketika nasi masuk ke tubuh, otomatis yang diolah ya nasi duluan. Lha kalo nasinya banyak? Ya insulin kerepotan dong ngolahnya...

Sedangkan lauk pauk serta sayur yang banyak mengandung protein itu kan proses pengolahannya panjang, makanya kenapa kalo sahur lebih baik dibanyakin proteinnya, biar jam 12 siang pun tetep nggak kerasa lemes.. Jadi si insulin kerjanya bisa lebih tenang gitu karena ngolah glukosanya bisa pelan-pelan satu per satu...

2. Olahraga
Ini nih yang sering dilupain.... OLAHRAGA. #uhuk uhuk

Kenapa sih kok penting banget olahraga?
Inget kan kalau DM itu terjadi karena si insulin udah kesusahan buat mengolah glukosa yang masuk?
Nah, ternyata, dengan olahraga, itu akan membantu si insulin supaya glukosa bisa termanfaatkan..

Mekanismenya = Olahraga --> anggota tubuh bergerak --> otot-otot berkontraksi --> akan memudahkan glukosa untuk masuk ke otot ataupun sel-sel tubuh tanpa perantara --> insulin nggak usah dikeluarkan nggak apa-apa --> insulin nggak tersiksa (?)

Hehehehe,, begitu intinya.... :D jadi mulai sekarang jangan malas-malas buat bergerak yaa, kan lumayan tuh jadi bisa menghemat insulin... ^__^

sumber gambar : http://healthonlinetips.files.wordpress.com
Saya sudah mulai menerapkan pola makan ini di rumah.. Soalnya ngeri juga yah lihat tiap hari suami saya itu makannya kok banyak banget (maklum namanya juga laki-laki), dengan alasan ini pula saya setelah menikah jadi jarang ngefoto makanan hasil masak *lha setiap baru tersaji aja udah langsung ludes.... bzzzt. Wkwk

Dan kebetulan suami saya juga ada faktor resiko untuk DM karena abah mertua saya DM, jadi lah saya sekarang ketaaat sekali persoalan kalori makanan ini... Kalo udah bikin perkedel, ya berarti ga boleh makan nasi, bolehnya tambah lauk sama sayur. Dan sebagainya. ^_^

Pola hidup sehat ini pada akhirnya nggak akan cuma untuk mencegah DM lhoo,, tapi juga mencegah penyakit-penyakit metabolik dan mungkin juga penyakit degeneratif yang lainnya... Jadi, yuk ubah gaya hidup untuk sehat mulai sekarang! :DD

**Sumber :
Kuliah Dr. dr. Erwin Santosa, Sp. A, M.Kes : Diabetes Mellitus tipe 1
Kuliah dr. Agus Widiyatmoko : Diabetic Mellitus in General Approach
Slide Skills Lab by dr. Evita : Terapi Gizi Medis

Saturday, November 9, 2013

Melihat dari Kacamata Orang Lain

bismillaahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah kondisi badan sudah bisa dibilang *lumayan*, karna belum bisa dikatakan *sembuh total*. Paling tidak saya masih bisa memaksakan diri ke kampus untuk praktikum dan ngurus ini itu walaupun tiap pagi dan sore masih sering memuntahkan segala isi makanan yang ada di perut (efek Salmonella ini ternyata sangat mengganggu sekali +_+)

Menindaklanjuti postingan saya beberapa waktu lalu tentang koreksian, beberapa hari ini hal itu ternyata selalu menghantui hari-hari saya.

Berawal dari ketika kami (asdos-asdos bergaji buta) mulai mengoreksi kerjaan ujian responsinya anak-anak mahasiswa prodi *piip 2013, sempat terjadi obrolan antara saya dan mbak asdos *piip

Saya : "Mbaak, saya nggak tega ngelanjutin ngoreksi. Baru skipping ngoreksi ujian satu dua aja kerjaannya banyak banget salahnya... Ini gimana ngenilainya.....huhu"
Mbak A : "Yaudah sih tinggal dikoreksi aja sesuai rumus kemarin. Kalo nilainya emang jelek yaudah, tempatku aja banyak yang nilainya cuma 30an. Ada yang nol malah."

Dan saya, mungkin karna memang masih fresh-freshnya ngenilai ujian begitu, beneran nggak tega buat ngelanjutin koreksian ujian dan memilih buat nyelesaiin koreksian yang lain..

Hingga akhirnya tumpukan koreksian ujian bertambah dengan kerjaan ujiannya anak-anak mahasiswa dari prodi lain yang lebih eror dari kerjaan prodi sebelumnya. Tambah nggak tega lagi lah saya buat ngoreksi itu kerjaan. T-T

Yang lebih mengenaskan, karena saya menunda-nunda buat ngoreksi kerjaan-kerjaan itu, hidup saya jadi nggak tenang lahir dan batin. Setiap ada sms reminder dari koor asdos buat nyelesaiin koreksian, saya jadi deg-degan sendiri. Belum lagi waktu di kampus ketemu sama mbak dan mas asdos lain yang mengajukan pertanyaan yang sama, apalagi kalau bukan tentang koreksian ujian. Yang sekarang sudah bertumpuk lagi dengan koreksian kerjaan mahasiswa di blok baru ini. Mendadak saya merasa sudah menjadi asdos yang paling berdosa sekampus =__=

Pengalaman ini jadi mengajarkan saya satu hal : yang stres kalau mahasiswa mendapat nilai jelek itu ternyata bukan cuma mahasiswanya, tapi orang yang ngoreksi juga ikut-ikutan stress =_=

Jadi inget waktu awal-awal ngoreksi pretestnya mahasiswa, ngerasa sebel-sebel gimanaa gitu kalo ada mahasiswa yang nilainya jelek, padahal kan saya bikin soalnya udah gampang. Hyaaa, dan hal itu jadi membuat saya flashback sendiri, apa selama jadi mahasiswa saya juga selalu maksimal kalau ngerjain pretest atau minikuis..?? Padahal selama ini saya juga kalo ada pretest ya ngerjain biasa aja, yang penting nilainya rata-rata ke atas, bagi saya nggak masalah lagi. Hufft, jangan-jangan ada asdos yang sebel juga waktu ngoreksi kerjaan saya dulu-dulu ya....... T-T

Dan dari dulu saya juga selalu sebal sama asdos yang sukanya ngasih tugas macem-macem dan susah-susah, saya selalu mikir kalo mereka itu memang sukanya nyiksa mahasiswa dan seneng kalo lihat mahasiswa kerepotan dengan berbagai tugas dan laporan. Tapi ternyata setelah merasakan sendiri berada di posisi mereka,,,,,, sebenernya para asdos itu juga males banget ngoreksi laporan atau tugas mahasiswa..... Kitanya sih cuma ngerjain satu tugas doang, lha mereka? Harus ngoreksi tugas berapa mahasiswa coba, dan di kali berapa pertemuan tiap minggunya, pasti jenuh banget lah ya.....

Saya jadi menyesali pemikiran-pemikiran saya jaman dulu..... T---T huhuhu

Dan untuk melunasi rasa bersalah saya itu, dari berapa minggu lalu saya sudah mengazzamkan diri buat nyelesaiin semuaa koreksian ujian mahasiswa. Tapi ternyata memang berat T-T Hari pertama ngoreksi, dari empat lima kerjaan ujian, belum ada yang lulus di tangan saya T_T semuanya nilainya di bawah batas tuntas. Sedih banget T----T

Dengan status kerjaan yang seperti itu, saya cuma kuat ngoreksi tiga empat kerjaan sehari, selebihnya hati saya nggak kuat buat ngelanjutin T--T

Dan mau nggak mau, ngoreksi ujian mahasiswa jadi bikin kuantitas dzikir saya jadi meningkat. Karna setiap ada kerjaan yang eror fatal dan nilainya jelek, saya jadi istighfar berkali-kali dan mikir,
apa selama ini kami ngajarnya segitu enggak benernya ya, sampai mahasiswanya kok nilainya eror-eror semua begini...... hiks hiks hiks T.T

Menurut saya kegagalan terbesar seorang pengajar itu ya ketika yang diajar nggak berhasil paham sama apa yang diajarkan, dan bahkan outputnya nggak sesuai dengan target si pengajar. Hwaa itu fatal pake banget menurut saya,,,, T__T which means, dalam kasus ini, sepertinya saya harus menghukum diri sendiri karna sudah sangat gagal, buktinya nilainya pada eror-eror begitu.... T__T

Huaah, setelah pekerjaan yang bagi saya sangat menguras hati dan pikiran ini selesai, sepertinya harus mulai merubah beberapa pola pengerjaan ujian bagi diri saya pribadi... Saya nggak mau lah ya membuat asdos atas saya merasakan apa yang saya rasakan ini, saya nggak mau membuat mereka stres lahir batin dengan kerjaan atau ujian yang keerorannya tidak dapat ditolerir...

Mungkin dengan berlalunya waktu besok saya bisa punya sikap *dingin* seperti mbak dan mas asdos lain sewaktu ngoreksi kerjaan mahasiswa, yang bisa tega ngasih nilai berapapun dan nggak tersiksa lahir batin waktu ngoreksi. Tapi mungkin ada baiknya juga sifat ini dipertahankan, untuk sekedar memiliki hati ke kerjaan mahasiswa yang betapapun erornya tapi sudah mereka kerjakan dengan semaksimal mungkin. Hmmm....

Semoga saya selalu diberi kekuatan dan ketahanan hati untuk melanjutkan kerjaan pengoreksian ujian ini,,, dan semoga bisa segera terlepas dari sms-sms reminder yang selalu menghantui beberapa hari ini,, dan semoga ada kerjaan ujian mahasiswa yang lulus di tangan saya ya Allah,,,, aamiin.. T---T

sumber gambar : http://eci17.blogspot.com/2011_04_01_archive.html
"Jadilah pendidik, bukan pengajar.
 karena dia tidak hanya berjasa dalam mencerdaskan bangsa namun juga berperan penting dalam menjaga keutuhan serta pembangunan bangsa." -anonim

Thursday, November 7, 2013

Selalu ada Kerandoman bersama Adek

Postingan random tentang kerandoman, boleh diskip saja... ~~

S : Panas nih, cari es yok
L : Es apa?
S : Es batu
L : Nggak usah dicari, itu di halaman depan banyak (maksudnya batu -,-)

L : Kok akhir-akhir ini jarang rapat mbak?
S : Iya, lagi pingin jadi kupu-kupu. Kuliah-pulang-kuliah-pulang
L : Kenapa?
S : Skripsi
L : Oh. Kalo temenku jadi kunang-kunang
S : Apaan?
L : Kuliah-nangis-kuliah-nangis (anak galau jaman sekarang -,-)

L : Temen-temenku pada ke gembiraloka lho mbak
S : Ngapain?
L : Mau pada nyamain wajah sama yang ada di sana

L : Aku sariawan e mbak, gimana ini
S : Yaudah nanti malem juga sembuh kok
L : Kok bisa?
S : Kan kalo malem jadinya saribengi (awan = siang, bengi = malam)

----dan banyak kerandoman lain----

Saturday, November 2, 2013

Out Sick

bismillaah....
Alhamdulillaah,,, setelah seminggu ini dikurung opname di rumah sakit, hari ini saya bisa menghirup udara segar juga.... :D

Sesuai judul yah,, saya mau cerita tentang perjalanan sakit saya kemarin ini..
Semua bermula dari diare saya yang sudah lebih dari tiga minggu lalu... Tiap mau berangkat ngampus kok diare, terus sorenya diare lagi, padahal makanan juga nggak aneh-aneh banget (buktinya suami saya nggak diare berarti kan makanan di rumah aman lah ya..)

Saya tanya-tanya ke para mbak-mbak senior asdos, kira-kira saya itu kenapa, tapi ya cuma pada nyaranin buat nambahin makan sayur, air putih, dan lain-lain (yang sayangnya sudah saya lakukan di rumah). Akhirnya saya mencoba untuk menganggap itu sakit lalu, udah lah paling besok kapan juga sembuh sendiri..

Hari demi hari berlalu, diare saya bukannya tambah sembuh malahan tambah njadi... Tiap mau berangkat ke kampus diarenya harus tiga kali dulu, jadi sering banget bikin telat ngampusnya... belum lagi kalau sore. Saya semakin tambahin lagi itu minum air putihnya, yakult, dan segala macem, pokoknya apapun deh yang kira-kira bisa membantu perut saya menahan gejolak diare.

Satu minggu sebelum opname, diare saya sangat sangat bertambah parah... Tiap seperempat hari saya diare 6-7 kali, which means saya diare per satu setengah jam. Nggak cuma siang hari, malam hari pun juga tetep diare, jadi kalau malam saya rela-relain tidurnya di sofa dekat kamar mandi, soalnya jam 12 malam pun saya juga diare......

Tapi karena agenda saya padat, ya saya sih acuh aja tetep ngampus, kuliah-ketemu dosen pembimbing-rapat-dan lain sebagainya, padahal itu perut dipakai makan aja nggak bisa lho.. Soalnya setiap makan satu sendok pasti udah diare lagi, dipakai minum berapa gelas udah keluar lagi jadi diare. Jadi saya di kampus berasa seperti mayat yang bisa jalan gitu, pucat-lemes-sempoyongan, wkwk.. Dan berhubung suami saya sedang sibuk-sibuknya, jadi saya juga sengaja nggak cerita-cerita tentang ini, saya cuma bilangnya ya diare biasa aja gitu....

Sampai puncaknya,,, akhirnya beberapa hari saya demam, dan drop sekitar kamis malam sebelum opname. Badan saya menggigil hebat malam itu, panas banget sampai saya sendiri nggak tahan sama panas badan saya. Akhirnya suami saya tau juga, dan ikut ngebantuin ngompres (sebelumnya saya ngompres sendiri wkwk)

Karena nggak kuat, akhirnya besok paginya saya putuskan buat bolos ijin dari kuliah dan ke sebuah klinik dokter umum bersama suami saya. Periksa - tes lab darah dan feses - lalu dikasih obat. Waktu itu saya cuma dikasih obat anti-diare, obat anti maagh (kata dokternya saya ada radang lambung gitu), obat panas, sama imunosupresan.

Saya ngerasa lega ya, soalnya dokternya itu njanjiin paling berapa hari udah sembuh.
Eh lha kok tapi,,,, sampai hari ahad diare saya masih aja lanjut dan juga gejala-gejala yang lain. Akhirnya saya cerita juga ke ibunda saya, dan langsung disuruh ke purworejo. Okelah, yuk mari, kan cuma periksa aja kan (pikir saya waktu itu)

Sampai di RSUD Purworejo ternyata saya bukan mau diperiksa, tapi langsung dimasukin ke IGD sama ibunda saya. Langsung diinfus, disuntik, diambil darah, dan sebagainya. Saya kalem, ah cuma gini aja, paling cuma bentar..

Tapi kok habis itu saya dibawa ke bangsal pakai kursi roda.....
Saya tanya ke ibunda, "Lho, kok ke bangsal? Emang mondok?"
Ibunda saya enteng njawab, "Ya iya nho, masa nggak mondok."
"Lhoooo... berapa hari?"
"Mungkin bisa seminggu."
Jedeerr..... trus kuliah saya gimanaa..... huhuhu hiks hiks hiks T__T
Patah hati deh, speechless bayangin gimana nasib absensi saya, pasrah abis....

Di sana ternyata saya terdiagnosis Demam Berdarah (DB) dan juga Typus..
Dan saya harus melalui rangkaian pengobatan yang hampir membuat saya menyerah...
Dengan infus dan berbagai obat yang diinjeksi ke dalam infus, ada yang reaksinya normal, ada yang bisa bikin saya kejang-kejang sampai nangis menjerit-jerit, ada juga yang bikin mual muntah. Belum lagi obat-obat yang harus diminum secara oral, padahal itu saya juga masih diare hebat. Subhanallaah,, kalau bukan karena kekuatan dari Allaah mungkin saya juga sudah nggak kuat ya ngejalaninnya...

Dan akhirnya,,,, dengan semua kuasa Allah,, setelah seminggu dipenjara opname di rumah sakit, tadi berasa seperti keluar dari gua dan untuk pertama kalinya menghirup udara segar, hehehe..

Nggak nggak lagi deh mau dapet penyakit kayak gini lagi,,, bikin kapok banget ternyata... Jadi banyak agenda terbengkalai, kuliah ketinggalan, undangan pernikahan yang terlewatkan, dan yang paling penting nggak mau lagi ngerepotin suami dan keluarga kayak seminggu kemarin... nggak tega..

Semogaa Allaah menggugurkan dosa-dosa melalui penyakit kemarin,, dan semogaa Allaah mengganti peluh-peluh orang yang sudah banyak membantu dan menemani saya di rumah sakit semingguan kemarin,, dan juga semogaa doa teman-teman diganti berlipat-lipat dengan yang jauh lebih baik.... aamiin...

Ana ukhibbukum fillah.... :")




*btw, ternyata dukungan fisik maupun non fisik itu sangat berpengaruh yaa ke tingkat penyembuhan orang yang lagi sakit.... terimakasih untuk teman-teman yang udah meluangkan waktu untuk sekedar mengsms dan memberikan dukungan maupun semangat selama saya sakit kemarin,,, it was very helpful. :""D ukhibbukunna fillah, dear.... :"""